Senin, 24 Agustus 2009

Diam


Arifin Ilham
Assalamu'alaikum Wr Wb

Puasa adalah diam, tentu bukan sembarang diam, bukan takut kebenaran, bukan karena bodoh, tetapi diam adalah bernilai ibadah karena sedang berpuasa. Kalau diamnya saja bernilai ibadah apalagi kalau beraktivitas ibadah dan beramal saleh, membaca Al Quran, menuntut ilmu, sedekah, mencari nafkah yang halal sampai berdakwah. Maka sungguh pantaslah mereka berpuasa mendapat nilai berlipat ganda dari Allah SWT. Subhanallah.

Diamnya orang mukmin adalah tafakur dan tadabbur. Dari mana aku? Di mana aku? Kemana aku akhirnya? Rotasi dan evolusi alam ini dalam bilion-bilion galaksi yang mencengangkan para kosmolog, renungan inilah membuat orang beriman itu sujud tersungkur diharibaan Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam QS Qaf ayat 18, "Tidaklah berkata satu kata kecuali dicatat oleh Malaikat Roqib dan Atid."

Rasulullah SAW pun mengingatkan, barang siapa beriman kepada Allah SWT dan hari akhirat hendaklah berkata baik, benar, jujur, sopan, santun, mulia kalau tidak maka diam.”

Karena itu aktivitas lisan orang mukmin hanya dua, kalau tidak bisa bicara baik maka diam, tetapi kalau bisa bicara baik itu lebih baik dari pada diam.

Sungguh tepat sikap Siti Maryam menghadapi fitnah dengan diam, ”Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa – berdiam untuk Tuhan Yang Maha Kuasa maka aku tidak berbicara dengan siapa pun pada hari ini."

Ada waktu untuk bicara, ada tempatnya untuk bicara bahkan kadang tidak hanya untuk menyampaikan tetapi yang lebih penting adalah sampai, karena itu ayat-ayat Al-Quran menggambarkan ucapan orang yang takut kepada Allah SWT.

Qaulan sadida atau ucapan tegas (QS 33:70), qaulan tsaqila atau ucapan berbobot (QS 73:5), qaulan layyina atau ucapan lembut (QS 20:44), qaulan ma’rufa atau ucapan baik dan sopan (QS 4:5). Sungguh betapa banyak orang yang diam-diam itu tatkala berbicara mengagumkan karena ia berdiam, mendengar, merenung, baru berbicara, Subhanallah.

Rasulullah SAW tidak menyukai orang yang banyak bicara dan pandai beretorika (tsar tsarah), besarlah kebencian Allah kepada orang yang berbicara tetapi tidak mengamalkan. Orang mukmin itu apa yang di hatinya itulah yang diucapkan dan apa yang diucapkan itulah yang diamalkan komitmen dan konsisten. Ingat hal yang membatalkan pahala puasa adalah dusta dan ghibah, karena itu belajarlah diam di dalam puasa ini.

Wassalamu'alaikum Wr Wb

(sumber: majelisazzikra.org)

(nwk/nwk)

Senin, 17 Agustus 2009

SETETES EMBUN


SETETES EMBUN

Kalbu yang bersih adalah…
kalbu yang tidak mengandung syirik,tipuan,
dengki dan iri hati di dalamnya

Kasihanilah orang-orang yang lemah
Niscaya anda akan bahagia

Berilah orang-orang yang membutuhkan pertolongan
Niscaya anda akan merasa puas

Redamlah emosi anda
Niscaya anda akan selamat

Berikanlah kebajikan
niscaya anda akan menjadi manusia
yang paling berbahagia

Kelembutan Allah berapapun lamanya
Niscaya terasa bagaikan kedipan mata bila mata memejam

Allah menyukai orang-orang yang suka bertobat
Karena kembali kepada-Nya
Dan mengadukan perihal kepada-Nya

Shalat menjamin kelapangan dada pelakunya
Dan mengusir segala kesedihannya

Sakit laksana misi yang membawa berita gembira
Sedang sehat bak hiasan yang mempunyai harganya sendiri

Meninggalkan maksiat adalah jihad
Dan menetapinya adalah keingkaran

Pemberian yang paling utama dan paling jernih
Adalah dari mereka yang tidak mempunyai sesuatupun
Tetapi mereka mengetahui nilai kata-kata dan senyuman

Karena berapa banyak orang yang memberi
Tetapi seakan-akan bukan pemberian yang mereka hadiahkan
Melainkan tamparan

Semua orang, baik yang memiliki istana
Maupun yang memiliki rumah sederhana
Pasti menjalani kehidupannya
Tetapi siapakah yang benar-benar
Meraih kebahagiaan dalam hidupnya?

Gunakanlah tiap detik anda untuk bertasbih,
Tiap menit anda untuk berpikir ,
Tiap jam anda untuk beramal

Hapuslah airmata anak yatim
Agar anda meraih ridha Tuhan yang Maha pemurah
Dan menempati surga-Nya

Belilah dengan uang anda doa orang-orang fakir
dan kecintaan orang-orang miskin
Esok akan merekah bunga yang harum aromanya
Mengusir segala kesedihan menjadi penghibur hati

(Dr. Aidh Al-Qarni)
Oleh Elvi Zuhailina @ Discussion Board
*EZ/11/08/09*

Selasa, 11 Agustus 2009

Memupuk Kepedulian dan Meringankan Beban Sesama



Rasulullah saw bersabda, “Sesama muslim itu bersaudara karena itu janganlah menganiaya dan jangan mendiamkannya. Barangsiapa yang memperhatikan kepentingan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kepentingannya. Barangsiapa yang melapangkan satu kesulitan sesama muslim, pasti Allah akan melapangkan satu kesulitan dari beberapa kesulitannya di hari kiamat kelak. Barangsiapa menutupi kejelekan seorang muslim Allah akan menutupi keburukannya di hari kiamat.” (HR Mutafaqun Alaihi)

Suatu ketika di ramadhan tahun yang lalu, hamba itu berbuka puasa di sebuah masjid yang megah dan ramai dikunjungi para musafir. Pengurus takmir menyediakan buka puasa kepada siapa saja yang berkunjung. Seperti masjid-masjid lainnya, mereka sangat mengharapkan sumbangan buka puasa dari rumah-rumah disekelilingnya. Masjid itu dikelilingi oleh 2 real estate besar dan beberapa tempat usaha yang mapan.

Sore itu pengurus takmir menyediakan minuman aqua gelas dan teh manis serta kopi. Para musafir yang kala itu berjumlah sekitar 30 an orang mengantri rapi untuk memperoleh minuman dan makanan tersebut. Ketika giliran hamba itu sampai, alangkah terkejutnya ia mendapati makanan hari itu hanya sejumput pisang rebus dan pisang molen. Tidak ada kurma, tidak ada kue atau bubur. “Alhamdulillah, masih bisa menikmati buka puasa hari ini.” Begitu hamba itu berkata. Dari pembicaraan dengan para pengurus takmir didapat informasi bahwa masjid itu hanya membuat anggaran seadanya untuk membeli gula, teh dan kopi. Sedangkan anggaran untuk makanan tidak ada. Mereka sangat mengharapkan sumbangan. Jika tidak ada sumbangan, maka dengan anggaran yang masih tersisa mereka membeli pisang rebus dan pisang molen seperti yang mereka hidangkan sore itu. Sangat menyedihkan memang.

Di sore lainnya masih dibulan ramadhan tahun lalu, hamba itu mendapat undangan untuk berbuka puasa di salah satu Mall terbesar di Jakarta Selatan oleh seorang teman lamanya. Hamba itu setuju untuk menghadirinya karena disetiap lantai Mall tersebut ada musholla yang tersedia. Waktu ketika itu masih menunjukkan pukul 17.30 sore hari. Masih ada sekitar 30 menit lagi menuju waktu berbuka, tetapi setiap sudut café dan restaurant di Mall tersebut telah penuh oleh para shauman (istilah hamba itu bagi orang yang berpuasa). Para Shauman tersebut sudah memesan aneka makanan dan minuman penggugah selera. Tak tanggung-tanggung, seperti teman yang berada di depannya memesan 2 porsi dari makanan yang berbeda, lengkap dengan minuman penghilang dahaga yang berwarna warni. Hamba itu berkata kepada temannya, “Nanti aja setelah sholat maghrib baru saya pesan makanannya.” Temannya berkata, “Kalo pesan nanti pasti sudah habis!” Tapi hamba itu tetap pada pendiriannya.

Mendekati untuk berbuka, suasana dalam setiap restaurant atau café di Mall tersebut makin riuh dan ketika setiap monitor tv menayangkan gambar seorang laki-laki berlebai mengumandangkan adzan, suasana riuh makin menjadi-jadi. Semua tertawa dan gembira. Hamba itu mengeluarkan kurma yang telah dikantonginya sejak berangkat dari rumah sore tadi. Bersama dengan sebotol air mineral yang dipesannya dan 3 butir kurma Nabi oleh-oleh orang tuanya yang mengerjakan umroh di awal ramadhan itulah ia berbuka. Ia ingat sunnah Rasulullah saw yang mulia, “Berbuka dengan 3 kurma yang basah atau kering dan 3 teguk air kemudian Rasulullah saw shalat maghrib.” (HR Abu Daud). Ketika hamba itu telah selesai, ia mengajak temannya itu sholat maghrib di musholla Mall tersebut. Si teman yang masih sibuk dengan makanan dan minumannya tadi berkata, “Nanti dulu lah. Musholla juga masih kosong. Lagipula sholat maghrib kan bisa di jamak.” Wajah hamba itu memerah dan dalam hatinya ia beristighfar. Ia berkata, “Tidaklah demikian yang diajarkan Nabi. Menyegerakan berbuka adalah sunnah tapi tidak berlebihan seperti ini. Dan menyegerakan sholat maghrib adalah sunnah diatas sunnah!” Tanpa ingin berbantahan, hamba itu pergi untuk sholat maghrib. Dalam perjalanannya ke musholla itu, ia melihat bagaimana suasana di Mall itu masih riuh. Kebanyakan mereka masih tertawa dan bercanda sambil menikmati makanan berbuka yang ada di depan mereka.

Ketika sampai di musholla Mall tersebut, waktu maghrib baru berlalu sekitar 7 menit. Hanya ada tiga orang disana, seorang petugas cleaning service yang sederhana dan seorang satpam yang memiliki wajah yang penuh kedamaian selain dari petugas penjaga penitipan sepatu. Terlihat masing-masing mereka hanya menikmati sebotol air mineral dan kurma murah yang sederhana. Hamba itu mengucapkan salam dan ketika ia masih mengambil wudhu, petugas cleaning service tadi sudah melantunkan iqamahnya. Mereka mempersilahkan hamba itu untuk menjadi imam sore itu.

Ketika shalat maghrib selesai didirikan, suasana terlihat masih lowong. Hanya 2 orang yang datang belakangan yang ikut dalam sholat berjamaah tadi. Dari penampilannya mereka bukanlah pengunjung dari Mall tersebut melainkan pekerja. Lama hamba tadi memperhatikan, waktu sudah bergeser 25 menit sejak waktu maghrib, barulah para shauman berbondong-bondong memasuki musholla tersebut.

Apakah seperti ini yang Rasulullah saw contohkan kepada ummatnya?

Dalam bagian khutbah di akhir bulan Sya’ban ketika kewajiban puasa ramadhan baru saja diperintahkan, Rasulullah saw menyampaikan, “Bulan ramadhan adalah bulan penuh tolong menolong. Bulan ditambahkannya rezeki orang mukmin. Barangsiapa yang memberi makan kepada orang yang berpuasa , maka pemberiannya tersebut merupakan ampunan atas segala dosa-dosanya dan pembebasan dirinya dari api neraka, dan ia akan mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang ia beri makan itu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Begitu indahnya apa yang disampaikan Rasulullah saw tersebut. Sadarkah kita bahwa bulan ramadhan yang akan menghampiri kita sebentar lagi ini adalah bulan tolong menolong? Sadarkah kita bahwa dalam bulan ramadhan, kepekaan kita dilatih untuk menyadari begitu banyak orang-orang yang masih membutuhkan disekeliling kita?

Pantaslah dalam sebuah pernyataannya, Rasulullah saw pernah menyampaikan, “Begitu banyak orang yang berpuasa ramadhan, tapi tidak ada yang diperolehnya kecuali hanya lapar dan hausnya saja.” (HR Muslim)

Wallahu ‘Alam Bissawab

PUSPA INDAH DI TAMAN HATI


PUSPA INDAH DI TAMAN HATI

Jadikan Al-Quran dengan segala isinya sebagai landasan hidup
Pelajari makna dan tafsirnya , dan amalkan dalam kehidupan
Kuburlah semua kesalahan orang lain
Sehingga kita menjadi pemaaf, bijaksana dan berbudi

Tersenyumlah dengan ikhlas sebagai tanda hati terbuka-
Dan memberi manfaat, untuk menciptakan suasana menjadi ceria
Menyimpan "dendam " dan "amarah" atau
rasa ingin membalas suatu tindak kejahatan
adalah sama dengan menyimpan "bara"Yang dapat membakar hati sanubari

Hargai pemberian dan penghargaan orang lain
Tidak perlu berlebihan namun terimalah dengan hati terbuka
Janganlah membenci seseorang -
karena pemahaman dan pendapat yang berbeda
Perbedaan adalah suatu karunia dan bersikaplah demokrasi

Ucapkanlah salam dengan menyebut nama-NYA
Pada berbagai kesempatan dan waktu sesuai tatakrama
Fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan
Janganlah goyah bila kita tertimpanya.

Janganlah berkhianat atas kepercayaan yang telah diberikan
Jangan melukai hati orang lain walaupun dengan sepatah kata
Jagalah amanah jangan hilangkan kepercayaan orang
Ringankan beban mereka yang tengah dilanda derita duka dan nestapa
Hiburlah hatinya agar segera pulih dari luka

Manusia adalah makhluk ciptaan-NYA
Janganlah takut kepada manusia, Jika kebenaran dijalan Allah yang harus dibela
Bersikaplah adil , walaupun dalam memperoleh keadilan tersebut kita-
mendapat banyak hal yang merugikan dan kesukaran.

Programkan suatu rencana kehidupan untuk masa depan
Namun tetaplah tawakal atas segala kuasanya
Beramal dan berbagi kasih sayang kepada sesama manusia
Yang memiliki kekurangan, lakukan dengan ikhlas.
Kembangkan sikap peduli bukan untuk di puji.

Sebaris kalimat yang bermakna
Bagaikan sebutir mutiara di dalam samudera
Sampaikanlah sebagai nasehat kepada para sahabat dan kerabat
Agar mereka selalu ingat akan Kuasa-NYA



(Saduran bebas dari "Menggapai hidup bermakna karya Iqbal Hamdi oleh Elvi Zuhailina)
*EZ/10/08/09*

Memupuk Sabar


18 Sya'ban 1430H (9 Agustus 2009M)

“Katakanlah: ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertaqwalah kepada Rabb mu’. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini (pasti) memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS Az Zumar [39]:10)

Pernahkah kita bertanya kepada diri kita, Bagaimanakah kehidupan ini telah kita lalui? Dimanakah kita? Sedangkan jalan kehidupan itu adalah jalan yang didalamnya hamba Allah Adam as keletihan; Nuh as merasa dikalahkan dan menangis mengadu kepada Rabb nya; Al Khalil Ibrahim as dicampakkan kedalam api tanpa busana sedikitpun; Ismail as ditelentangkan untuk disembelih; Yusuf as dijual dengan harga yang murah dan mendekam dalam penjara untuk waktu yang lama; Ayyub as kehilangan anak-anak yang disayangi dan hartanya serta menderita penyakit sehingga harus menjalaninya sendirian; Daud as menangis melebihi ukuran ketika diuji dengan kesusahan dan kepayahan; Sulaiman as merasa tidak berdaya diatas singgananya kehilangan kekuasaan karena penghianatan; Isa as dalam kecemasan yang luar biasa ketika dikejar oleh tentara Rumawi; Dan Rasulullah saw hidup dalam kefakiran dan berpisah dengan orang-orang yang dicintainya!

Dalam kehidupan ini ujian datang silih berganti sebagai sebuah ketentuan qadha dan qadar yang telah Allah ‘Azza wa Jalla tetapkan untuk hamba-hamba-Nya. Sebuah ujian kasih sayang untuk membuktikan apakah hamba-hamba-Nya itu telah benar keyakinannya terhadap-Nya?

Allah berfirman, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (ujian) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam ujian) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS Al Baqarah [2]:214)

Tidak ada perkara yang lebih agung untuk menghadapi segala bentuk ujian itu selain kesabaran. Allah ‘Azza wa Jalla memakai kata-kata ‘Sabran Jamila’ yang berarti sabar yang indah (QS Al Maa’rij [70]:5). Allah menghendaki sabar yang indah karena dalam kesabaran itu tertanam kecintaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan keyakinan bahwa semua ini hanya ujian kasih sayang Allah yang sementara. Roda kehidupan akan terus bergulir dan ketika saat ini kita merasa dibawah, kita hanya menunggu saat untuk berada di atas. Dan ketika kita berada diatas kita yakin hal ini hanya sementara sebelum kita berada di bawah kembali.

Di dalam menjalani kehidupan ada 2 kesabaran yang selalu menyertai seorang hamba:

Yang pertama adalah sabar dalam ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Sabar dalam menjalani segala apa yang Allah perintahkan kepadanya dan menjauhi segala larangannya. Sabar dari gangguan orang-orang jahil yang mengajak kepada perbuatan maksiat yang merugikan dan sabar dalam beribadah kepada Allah tanpa pamrih.

Yang kedua adalah sabar atas apa-apa yang telah Allah ‘Azza wa Jalla takdirkan sebagai qadha dan qadar. Begitu banyak manusia yang hidup di dunia ini menginginkan agar hidupnya selalu dapat sesuai dengan kenginan dan harapannya. Tapi mungkinkah hal ini terus dapat terjadi? Ketika kita tidak lagi memiliki kehidupan yang sesuai dengan keinginan dan harapan, kita jadi kecewa, merintih dan marah. Kita menyalahkan diri kita dan semua orang yang ada disekeliling kita. Kita merasakan depresi dan menjauhi semua orang. Cobalah bercermin kepada Sang khalifah Al Faruk Umar Ibn Khatab ra. Ketika dalam 40 hari 40 malam ia merasakan nikmat tanpa ada kesulitan atau kesusahan sedikitpun yang ia rasakan dalam kehidupannya, Umar menyungkur bersujud kepada Allah SWT sambil berkata, “Ya Allah jangan Engkau tinggalkan aku. Jangan Engkau biarkan aku tersesat tanpa ujian Mu.” Demikian juga dengan seorang sahabat Nabi yang terkenal kaya, seorang Abdurrahman bin ‘Auf, salah seorang sahabat Nabi yang dijamin oleh Nabi sendiri bersama dengannya di surga kelak. Setiap kali Abdurrahman bin ‘Auf dihidangkan makanan yang lezat yang melebihi kebiasaan yang ia makan, ia menolaknya dan berkata, “Yang kutakutkan dalam hidup ini adalah Allah ‘Azza wa Jalla mempercepat memberi nikmat kepadaku di dunia ini, sedangkan di akhirat nanti aku tidak memperoleh apapun lagi karena Allah sudah pernah merasakannya kepadaku!”

Kesabaran akan mendatangkan keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla kepada hamba-Nya. Jika Allah sudah ridha, maka hidayah, kasih sayang, pertolongan, karunia dan ketentraman hidup itu akan menghinggapi sang hamba. Seorang ulama klasik pada zamannya yang bernama Sufyan Ats-Tsauri kedatangan seorang muridnya dan bertanya, “Wahai imam, aku ingin agar Allah ridha kepadaku, apa yang harus aku lakukan?” Sufyan menjawab, “Jika engkau ridha kepada Allah, niscaya Dia akan ridha kepadamu.” Tapi bagaimana caranya?” Tanya sang murid lagi. Sufyan menjelaskan, “Pada saat engkau dibuat senang terhadap mushibah sebagaimana senangnya engkau terhadap nikmat Allah. Sebab keduanya merupakan takdir yang telah ditetapkan Allah atasmu.”

Bulan Ramadhan yang sebentar lagi akan menemui kita adalah bulan kesabaran. Kita diperintahkan untuk menahan segala hawa nafsu kita untuk tidak makan, minum, berhubungan suami-istri dan lain-lain adalah untuk melatih kesabaran kita dalam menjalani hidup ini. Allah Maha Tahu bahwa kesabaran itulah yang dibutuhkan untuk mengarungi sebuah kehidupan yang penuh dengan rintangan ujian ini. Belajarlah untuk sabar, maka kita akan menemui sebuah keindahan dalam kehidupan ini. Keindahan yang tidak akan pernah sebanding dengan sebanyak apapun harta yang kita miliki atau kekuasaan yang kita pegang.

Rasulullah saw bersabda, “Jika kamu sedang berpuasa, janganlah berkata keji (memaki) dan jangan marah. Apabila ada orang yang mencaci dan mengajakmu bertengkar, hendaknya kamu katakan, ‘Aku sedang berpuasa’. (HR Bukhari dan Muslim)

Larangan Ghuluw dalam beragama


Larangan Ghuluw dalam beragama

Dari Ibnu Abbas.ra, Rasulullah.Saw bersabda:

“Jauhkanlah diri kalian dari ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama, karena sesungguhnya sikap ghuluw dalam agama ini telah membinasakan orang-orang sebelum kalian."348

Salah satu sebab yang membuat seseorang menjadi kufur adalah sikap ghuluw dalam beragama, baik kepada orang shalih atau dianggap wali, maupun ghuluw kepada kuburan'para wali, hingga mereka minta dan berdo'a kepadanya padahal ini adalah perbuatan syirik akbar.
Dan yang dimaksud dengan ghuluw dalam hak Nabi adalah melampaui batas dalam menyanjungnya, sehingga mengangkatnya di atas derajatnya sebagai hamba dan Rasulallah, menisbatkan kepadanya sebagian dari sifat-sifat Ilahiyyah, yaitu dengan memohon dan meminta pertolongan kepada beliau, bertawassul dengan beliau, atau bertawassul dengan kedudukan dan kehormatan beliau, bersumpah dengan nama beliau, sebagai bentuk ubudiyyah kepada selain Allah.SWT, perbuatan ini adalah syirik.

Padahal beliau telah melarang hal tersebut melalui sabdanya:

"Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagai mana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji `Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka kata¬kanlah, Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya).'"349

Abdullah bin asy-Syikhkhir.ra berkata, "Ketika aku pergi bersama delegasi Bani `Amir untuk menemui Rasulullah kami berkata kepada beliau, "Engkau adalah sayyid (penguasa) kami!" Spontan Nabi menjawab:

"Sayyid (penguasa) kita adalah Allah Tabaaraka wa Ta'aala!"
Lalu kami berkata, "Dan engkau adalah orang yang paling utama dan paling agung kebaikannya." Serta merta beliau mengatakan:

"Katakanlah sesuai dengan apa yang biasa (wajar) kalian katakan, atau seperti sebagian ucapan kalian dan janganlah sampai kalian terseret oleh syaithan."351

Anas bin Malik.ra berkata, "Sebagian orang berkata ke¬pada beliau, Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik di antara kami dan putera orang yang terbaik di antara kami! Wahai sayyid kami dan putera sayyid kami!' Maka seketika itu juga Nabi bersabda:

"Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan! Jangan kalian terbujuk oleh syaithan, aku (tidak lebih) adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan kepadaku."352

Beliau membenci jika orang-orang memujinya dengan berbagai ungkapan seperti: "Engkau adalah sayyidku, engkau adalah orang yang terbaik di antara kami, engkau adalah orang yang paling utama di antara kami, engkau adalah orang yang paling agung di antara kami." Padahal sesungguhnya beliau adalah makhluk yang paling utama dan paling mulia secara mutlak.

Meskipun demikian, beliau melarang mereka agar menjauhkan mereka dari sikap melampaui batas dan berlebih-lebihan dalam menyanjung hak beliau.swt, juga untuk menjaga kemurnian tauhid. Selanjutnya beliau mengarahkan mereka agar menyifati beliau dengan dua sifat yang merupakan derajat paling tinggi bagi hamba yang di dalamnya tidak ada ghuluw serta tidak membahayakan `aqidah. Dua sifat itu adalah Abdullaah wa Rasuuluh (hamba dan utusan Allah).

Dinukil dari kitab Syarah Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah,
Yasid bin Abdul Qadir Jawas

___________
348. HR. Ahmad (I/215, 347), an-Nasa-i (V/268), Ibnu Majah (no. 3029), Ibnu Khu¬zaimah (no. 2867) dan lainnya, dari Sahabat Ibnu 'Abbas e4S. Sanad hadits ini shahih menurut syarat Muslim. Dishahihkan oleh Imam an-Nawawi dan Syaikhul Islam Ibnu Tairniyyah.

349 HR. Al-Bukhari (no. 3445), At-Tirmidzi dalam Mukhtasharusy Syamaa-il al-Mu¬hammadiyyah (no. 284), Ahmad (I/23, 24, 47, 55), Ad-Darimi (II/320) dan yang lainnya, dari Sahabat Umar bin al-Khaththab


351. HR. Abu Dawud (no 4806), Ahmad (IV/24, 25), al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (no 211/ Shahiihul Adabil Mufrad no 155), an-Nasa-i dalam cAmalul Yaum wal Lallah (no. 247, 249). Al-Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani berkata: "Rawi-rawi¬nya shahih. Dishahihkan oleh para ulama (ahli hadits)." (Fathul Baari V/179)

352 . HR. Ahmad (III/153, 241, 249), an-Nasa-i dalam Amalul Yaum wal Lailah (no. 249, 250) dan al-Lalika-i dalam Syarah Ushuul ftiquad Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (no. 2675). Sanadnya shahih dari Sahabat Anas bin Mas'ud

Mengapa Allah Tidak Mengabulkan Doa Kita


Mengapa Allah Tidak Mengabulkan Doa Kita

Ibrahim bin Adham ditanya tentang firman Allah Ta'ala,
"Berdoalah kepada Ku niscaya Aku akan mengabulkan doa kalian " (Qs.Ghafir:60)

Mereka mengatakan, "Kami telah berdoa kepada Nya, namun belum juga dikabulkan." Lalu beliau menjawab, "Karena hati mu telah mati dengan sebab 10 perkara yaitu :
1. Kamu telah mengenal Allah, tetapi kamu tidak mau menunaikan hak-hakNya.
2. Kamu telah membaca kitab Allah, tetapi kamu tidak mengamalkannya.
3. Kamu mengatakann bermusuhan dengan setan, tetapi kenyataannya kamu setia dengan nya.
4. Kamu mengaku cinta Rosulullah, tetapi kamu meninggalkan sunnah-sunnahnya.
5. Kamu mengaku cinta surga, namun kamu tidak melakukan amalan-amalan ahli surga.
6. Kamu mengaku takut neraka, tetapi kamu tidak mau meninggalkan perbuatan dosa.
7. Kamu mengatakan bahwa kematian itu adalah benar adanya, tetapi kamu tidak bersiap-siap untuk kematian itu.
8. Kamu sibuk mencari aib orang lain, sedang aib mu sendiri tidak kamu perhatikan.
9. Kamu telah makan dari rizki-Nya, namun kamu tidak pernah bersyukur kepada-Nya.
10. Kamu sering mengubur orang mati, tetapi kamu tidak pernah mengambil pelajaran dari nya."

Dikirim RISDIANA NANA @ Discussion Board

ALLAH MAHA BESAR


ALLAH MAHA BESAR

Salam Hikmah...
Assalaamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh
Salam sejahtera untuk kita semua

Sahabat Hikmah...
Untuk bisa memahami ALLAH MAHA BESAR,
Tidak bisa kita memahami KEBESARAN DZAT-Nya
Tapi kita bisa memahami KEBESARAN CIPTAANNYA

Manusia di LINGKUNGANNYA dia seperti PENGUASA
Tapi begitu dia TERBANG naik pesawat terbang, RUMAH kitapun TAK TERLIHAT
Dan begitu naik pesawat LUAR ANGKASA, BUMI hanya sebesar BOLA
Begitu dibandingkan dengan MATAHARI, hanya sebesar BATU KECIL.

Matahari dibandingkan dengan galaksi BIMA SAKTI hanya SEBUTIR PASIR di lautan
Dan galaksi BIMA SAKTI pun hanya satu dari ribuan galaksi
Dan masih banyak bintang yang tidak terdeteksi oleh teknologi kita
Belum ada yang tahu BATAS LANGIT samapai dimana..

Garis tengah Galaksi BIMA SAKTI = 150.000 Tahun cahaya
Dngan KECEPATAN CAHAYA, pesawat akan sampai di ujung galaksi setelah 150.000 tahun
Padahal sejak Nabi Isa lahirpun baru 2009 tahun
Dengan PESAWAT KECEPATAN CAHAYA berangkat waktu Nabi Isa lahir, akan sampai di ujung GALAKSI BIMA SAKTI nanti masih menunggu 147.991 tahun lagi.

Subhanallah....begitu besarnya ciptaanmu ya Allah
ALLAHU AKBAR.....ALLAH MAHA BESAR
Masihkah kita berani MENYOMBONGKAN DIRI?



Wassalaam

Senin, 10 Agustus 2009

NIKMAT DUNIA SETETES AIR DARI LAUTAN NIKMAT SURGA?


NIKMAT DUNIA SETETES AIR DARI LAUTAN NIKMAT SURGA?

Salam Hikmah...
Assalaamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh
Salam sejahtera untuk kita semua...

Sahabat Hikmah...
Ada seseorang yang bertanya, bagaimana untuk memahami dan meyakinkan diri bahwa nikmat dunia ini kecil dibanding nikmat akhirat?

Sahat Hikmah.... sesungguhnya Rasulullah saw bersabda:
"Demi Allah, DUNIA ini dibanding AKHIRAT ibarat seseorang yang MENCELUPKAN JARINYA ke LAUT; AIR yang MENETES di jarinya ketika diangkat itulah NIKMAT DUNIA" (HR Muslim).

Mengapa nikmat dunia hanya satu tetes air yang menetes dari jari yang dicelupkan di laut dan diangkat?
Karena sesungguhnya LUAS SURGA yang disediakan buat orang BERTAQWA adalah SELUAS LANGIT DAN BUMI.
Allah berfirman dalam QS 3:133:
" Dan BERSEGERALAH kamu kepada AMPUNAN dari Tuhanmu dan kepada SURGA yang luasnya SELUAS LANGIT DAN BUMI yang disediakan untuk orang-orang yang BERTAKWA."

Untuk memahami berapa SELUAS LANGIT dan BUMI, kita bisa membaca kembali tulisan di note saya yang berjudul ALLAH MAHA BESAR (http://www.facebook.com/s.php?q=kata-kata+hikmah&init=quick#/ogy.f.adlha?v=app_2347471856&ref=profile).

Di langit ada banyak sekali GALAKSI yang sampai sekarang para ilmuwan TIDAK BISA MENGHITUNG PASTI JUMLAHNYA, karena batas langit sampai dimanapun mereka tidak tahu, karena semakin canggih suatu alat ditemukan maka akan ditemukan bintang terjauh.

Yang jelas ilmu yang sudah kita dapat ,garis tengah Galaksi BIMA SAKTI = 150.000 Tahun cahaya
Artinya dengan KECEPATAN CAHAYA, pesawat akan sampai di ujung galaksi setelah 150.000 tahun
Padahal sejak Nabi Isa lahirpun sampai sekarang baru 2009 tahun
Jadi dengan PESAWAT KECEPATAN CAHAYA berangkat waktu Nabi Isa lahir, akan sampai di ujung GALAKSI BIMA SAKTI nanti masih menunggu 147.991 tahun lagi.
Dan itu baru satu dari jutaan galaksi di LANGIT.

Untuk memahaminya lagi KEHIDUPAN AKHIRAT adalah TANPA BATAS WAKTU....KEKAL DIDALAMNYA SELAMA-LAMANYA.

Semoga kita bisa lebih memahami NIKMAT DUNIA HANYALAH SETETES AIR DARI LAUTAN NIKMAT SURGA, dan semoga KITA TIDAK MENGGADEKAN NIKMAT AKHIRAT DENGAN NIKMAT DUNIA YANG KECIL DAN FANA INI.

Wallahu a'lam bishowab
Wassalaam
OFA

Sabtu, 08 Agustus 2009

Ketika Hasud Menyerang .. lanjut


“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (Qs. Thoha: 131)

Ketika seorang muslimah telah menjadikan ridha Allah sebagai tujuan hidupnya, maka buat apa lagi ia hasad terhadap nikmat yang didapat orang lain. Karena pikiran, hati dan tubuhnya telah tersibukkan dengan upaya untuk mendapatkan ridha Allah, mendapatkan keselamatan di akhirat serta mendapatkan kenikmatan Surga. Surga, yang luasnya seluas langit dan bumi. Surga, yang di dalamnya tersimpan berbagai kenikmatan yang menyedapkan mata.

Sesungguhnya memelihara hasad hanya akan merugikan diri kita sendiri. Ia hanyalah akan menjadi penambah beban hati. Maka, buanglah ia jauh-jauh dari hati. Hidup dengan hati yang qona’ah dan selalu bersyukur dengan nikmat Allah … Inilah yang lebih indah dan menentramkan.

Saudariku, setiap dari kita sangat menginginkan surga. Maka, jadikanlah usahamu untuk membebaskan diri dari hasad adalah salah satu usaha untuk menggapainya. Sebagaimana seorang sahabat yang disebut-sebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai penghuni surga. Ternyata, kedudukan mulia itu didapatnya karena kebersihan hatinya dari hasad terhadap nikmat orang lain. Wallahu Ta’ala a'lam

Ketika Hasad Menyerang


Penyusun: Ummu Rumman
Muraja’ah: Ust. Aris Munandar

Saudariku, Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

“Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling benci membenci, saling membelakangi, jangan menjual atas penjualan orang lain, dan jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara.

Sesama Muslim itu bersaudara. Oleh karena itu, jangan menganiaya, merendahkannya, dan menghinanya. Taqwa itu ada di sini (sambil menunjuk dadanya, beliau mengucapkannya tiga kali).

Seseorang cukup dianggap jahat apabila ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain haram mengganggu darah, harta dan kehormatannya.” (HR. Muslim)

Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam mengatakan “Laa tahaasaduu…” atau janganlah kalian dengki antara satu dengan yang lain. Dengki adalah tidak senang kepada orang lain yang diberi nikmat oleh Allah. Misalnya, engkau tidak senang ketika Allah memberi nikmat kepada seseorang, baik yang berupa harta, keturunan, istri, ilmu, ibadah, maupun yang lainnya, baik kamu berharap agar nikmat itu hilang darinya maupun tidak. (Lihat Syarah Riyadush Shalihin, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin)

Mungkin engkau akan mengatakan betapa sulitnya untuk tidak hasad. Bukankah setiap orang itu memiliki harapan, maka wajar dan manusiawi jika kemudian ia merasa iri karena nikmat yang ia harapkan justru didapat oleh orang lain. Dan siapa pula yang bisa terbebas dari rasa hasad?

Saudariku, benarlah apa yang kau katakan. Membebaskan hati dari hasad adalah perkara yang sangat berat. Tidak akan terbebas darinya kecuali mereka yang dijaga Allah. Maka sungguh tepat apa yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah, “Jasad tidak pernah kosong dari hasad, yang buruk adalah yang menampakkannya dan yang mulia adalah yang menyembunyikannya.”

Allah memerintahkan kita di Al Qur’an surah Al Falaq ayat 5 agar kita berlindung kepada Allah dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki. Allah menyebutkan pendengki ini akan berpengaruh kedengkiannya tatkala ia dengki saja. Karena terkadang seseorang yang memiliki rasa dengki, tapi kemudian ia mendiamkannya, maka rasa dengkinya itu tidak akan menimbulkan pengaruh jahat.

Maka, apa yang harus kita lakukan ketika hasad menyerang ???

1. Mendiamkan dan menyembunyikannya.

Janganlah sekali-kali engkau tampakkan rasa hasadmu, baik kepada orang yang engkau dengki maupun pada orang lain. Cegahlah agar jangan sampai hasadmu terwujud menjadi usaha untuk menghilangkan nikmat dari orang yang engkau dengki. Baik hanya sekedar menghilangkan atau agar nikmat itu berpindah pada dirimu. Ketahuilah, ini adalah sejelek-jelek hasad!

2. Berdoa memohon kepada Allah agar hasad itu dihilangkan dari hati kita.

Bagaimanapun rasa hasad tidak boleh dibiarkan tetap ada. Karena bisa jadi ketika iman kita sedang lemah, maka setan akan berupaya agar kita berbuat jahat disebabkan rasa hasad tersebut.

“Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (Qs. al-Hasyr: 10)

3. Berusaha ridho dengan takdir Allah.

Orang yang hasad berarti ia menentang takdir dan ketetapan Allah. Setiap manusia yang lahir ke dunia, telah Allah tetapkan rezekinya. Dan sesungguhnya Allah membagi rezekidan nikmat-Nya dengan ilmu-Nya. Dengan hikmah-Nya Allah Memberi kepada siapa saja yang Dia hendaki, dan dengan keadilan-Nya Dia tidak memberi kepada siapa saja yang Dia hendaki. Dia berbuat sekehendak-Nya, namun tidaklah sekali-kali Dia mendzalimi hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya,

“Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (Qs. Al Furqon: 2)

Saudariku, pupuklah rasa qona’ah dan syukur dalam dirimu. Janganlah engkau resah dengan sesuatu yang memang bukan untukmu. Apa yang diberikan Allah untukmu, itulah yang terbaik untukmu. Apa yang tidak diberikan Allah, bisa jadi memang bukan hal yang kita butuhkan, bahkan bisa menimbulkan kemudharatan bagi kita. Kita memohon kepada Allah hati, lisan dan badan yang senantiasa bersyukur atas nikmat-Nya. Kita memohon pula agar Allah menjadikan hati kita ridha dengan takdir-Nya.

4. Berbuat baik kepada orang yang kita dengki
Tersenyumlah! Pasanglah wajah yang cerah, ucapkan salam dan ucapkanlah perkataan yang baik padanya! Saudariku, berbuat baik kepada orang yang kita dengki memang perkara yang sulit, tetapi insya Allah ini adalah salah satu obat mujarab untuk mengobati penyakit hasad di hatimu.

Semakin engkau merasa penyakit hasadmu bertambah parah, maka berusahalah untuk semakin bersikap baik padanya. Awalnya memang terasa sulit dan harus dipaksakan. Tapi begitulah, meski pahit tetapi ia menyembuhkan. Bahkan bila engkau mau, berilah ia hadiah. Karena hadiah bisa lebih mendekatkan hubungan. Jika engkau tidak mampu, maka ada hadiah lain yang tak kalah istimewa. Doakanlah kebaikan baginya. Dan semoga engkau pun akan mendapatkan kebaikan sebagaimana kebaikan yang engkau inginkan bagi dirinya.

Tanamkan dalam hati kewajiban menginginkan untuk saudaramu sesama muslim yang kita inginkan untuk diri kita sendiri, sehingga seharusnya ia turut bahagia ketika melihat saudaranya mendapatkan nikmat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidaklah seorang dari kalian sempurna imannya sampai mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (Muttafaqun Alaihi)

Ibnu Rajab berkata, “Dan yang demikian itu termasuk tingkatan iman yang tertinggi, dan pelakunya adalah orang yang sempurna imannya, yang mencintai bagi saudaranya apa yang ia cintai bagi dirinya.”

5. Jadikanlah surga dan ridha Allah sebagai cita-cita tertinggimu.

Salah satu sebab hasad adalah karena kesempitan hati yang lebih memandang dunia. Karena itu, cara mengobatinya adalah berusaha zuhud dengan dunia dan membawa diri ke alam akhirat. Ambillah dunia hanya sebatas kebutuhan serta hanya digunakan dalam rangka berbuat ketaatan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya

Senin, 03 Agustus 2009

BAGAIMANA AGAR SAKIT MENJADI NIKMAT DAN BERKAH


BAGAIMANA AGAR SAKIT MENJADI NIKMAT DAN BERKAH
Oleh Kamila Vyndarti

Bagaimana sebaiknya sikap Mental kita sewaktu sedang Sakit,
terutama PENYAKIT BERAT dan TIDAK KUNJUNG SEMBUH ?
TERUTAMA Bagi yang Mereka yang Suka SAKIT-sakitan atau
sedang SAKIT BERAT,
Apalagi Penyakit Tersebut BUKAN PENYAKIT MEDIS,
karena KATA-kata yang DISAMPAIKAN MEMANG BENAR ADANYA.

Adalah Sesuatu yang LAZIM bila
Sebagian kita JATUH MENGELUH TATKALA SAKIT.
Tubuh Lunglai, Wajah Kuyu dan Pudar Cahayanya.
Padahal,
SEMAKIN KITA MENGELUH, Maka AKAN SEMAKIN TERASA PULA SAKITNYA.
Yang PALING MEMBAHAYAKAN adalah
Bila PIKIRAN kita TIDAK TERKUASAI Dengan BAIK.
Biasanya MENERAWANG JAUH, REALITAS Yang Ada DIDRAMATISIR,
SEGALANYA DIPERSULIT dan DIKEMBANGKAN,
Hingga Makin PARAH dan MENEGANGKAN.

Orang yang Terkena Gejala Tumor misalnya, Akan Menjadi Sengsara
jika yang Menjadi BUAH PIKIRANNYA adalah
Sesuatu yang LEBIH MENGERIKAN Dari KONDISI SEBENARNYA.
"Ah, jangan-jangan tumor ganas.
Bagaimana kalau merambat ke seluruh tubuh, sehingga harus dioperasi ?
Lalu, bagaimana kalau operasinya gagal ?
Belum lagi biayanya yang pasti akan sangat mahal."
Bila hal ini terjadi,
maka Orang tersebut Akan Jauh Lebih Menderita
daripada KENYATAAN Sebenarnya.
Hal ini Terjadi karena KESALAHAN CARA BERPIKIR.
Kita BELUM PAHAM Terhadap HIKMAH dari PENYAKIT yang Menimpanya,
sehingga Salah Dalam Menyikapinya.

Hasilnya jelas :
RUGI DUNIA AKHIRAT.
Sikap MENTAL Semacam Ini Tentu HARUS SEGERA KITA ATASI.
Memang Benar BADAN KITA HARUS SEHAT,
karena HANYA dengan Badan Sehatlah GERAK HIDUP kita Menjadi Lancar.
Kalau pun TUBUH KITA HARUS SAKIT,
Suatu saat Nanti, maka HATI KITA HARUS TETAP BERFUNGSI DENGAN BAIK.
Bagaimana Cara Menyiasatinya ?

Pertama,
kita HARUS YAKIN bahwa HIDUP kita Akan SELALU DIPERGILIRKAN.
Boleh jadi SEKARANG kita SEHAT, tapi Esok hari kita SAKIT.
Ini adalah SEBUAH KENISCAYAAN (KETETAPAN).
Kita HARUS YAKIN bahwa SEGALA YANG ADA dan YANG TERJADI DI DUNIA INI
ADA DALAM GENGGAMAN TUHAN.

Begitu pula kalau TUHAN MENGHENDAKI KITA SAKIT.
Itu adalah HAL yang WAJAR, karena TUBUH KITA ADALAH MILIK-NYA.

Kenapa kita Harus KECEWA dan PROTES ?
Ibarat Seseorang Menitipkan Baju Miliknya Kepada kita.
Kalau Suatu Saat Diambil Kembali,
maka SANGAT TIDAK LAYAK BILA KITA MENAHANNYA.

Alangkah baiknya bila kita MEMILIH RIDHA saja
Dalam MENERIMA SEMUA YANG TERJADI.
Segala KEKECEWAAN, PENYESALAN dan KELUH KESAH,
Sama Sekali TIDAK AKAN MENYELESAIKAN MASALAH.
TUGAS KITA ADALAH RIDHA AKAN KETENTUAN-NYA dan
BERIKHTIAR SEOPTIMAL MUNGKIN Untuk BEROBAT.

Ketiga,
kita HARUS YAKIN bahwa TUHAN itu SANGAT ADIL dan BIJAKSANA
Dalam MENENTUKAN SESUATU HAL Bagi MAKHLUK-Nya.
TUHAN ITU MAHA TAHU Akan KEADAAN Tubuh Kita.
Semua yang DITIMPAKAN kepada Kita SUDAH DIUKUR
dengan SANGAT SEMPURNA dan MUSTAHIL “OVER DOSIS”.

Keempat,
Bila kita MENZHOLIMI DIRI SENDIRI atau ORANG LAIN,
maka TERIMALAH sebagai HUKUMAN DARI TUHAN.
Karena APAPUN yang Berhubungan dengan ZHOLIM,
Pasti TUHAN Akan Memberikan SANKSI-NYA kepada Kita
agar kita BERTAUBAT TIDAK MENGULANGINYA LAGI.

Dengan SAKIT,
Kita Dapat TERHINDAR dari KEMAKSIATAN
yang mungkin Akan kita Lakukan dalam Keadaan Sehat.
Kita Menjadi INSYAF akan Betapa Penting dan
MAHALNYA HARGA PUJI SYUKUR dan KESEHATAN
yang Seringkali kita Sia-siakan Ketika Sehat.

*KV-23/06/09*

Sabtu, 01 Agustus 2009

BANGKITLAH!


BANGKITLAH!
Oleh Elvi Zuhailina

BANGUNKAN HATI dari TIDUR panjangnya
Karena ORANG-ORANG YANG BERUNTUNG adalah
Orang yang dapat membuat HATINYA selalu TERJAGA
Jika TIDAK ADA yang mampu MEMBANGUNKANNYA
KITALAH yang HARUS MEMBANGKITKANNYA
JANGAN TUNGGU AZAB yang MEMBANGUNKANNYA

ASTAGFIRULLAH hanya lafal yang TERUCAP
Dari orang yang BERTOBAT
Kata TOBAT yang TERUCAP
Tetapi SEBALIKNYA yang DIPERBUAT
Bagaimana ia BERHARAP DOANYA DIKABULKAN?
Sementara DOSA-DOSA terhadap ALLAH TETAP DILAKUKAN?

Sungguh MENGHERANKAN melihat orang-orang
Mereka MEWAJIBKAN MAKAN karena TAKUT akan PENYAKIT
AKAN TETAPI...
Mereka Tidak mengharuskan UNTUK MENINGGALKAN PERBUATAN DOSA
Karena TAKUT API NERAKA !!!

Banyak HATI BUTA tidak MELIHAT NIKMAT-NIKMAT ILAHI
Sehingga DIA LUPA untuk MENSYUKURINYA
AZAB TURUN menjauhkannya
Dari NIKMAT yang PERNAH DI BERI
KESULITAN-KESULITAN dalam USAHA DIA ALAMI
SIA-SIA semua KERJA SELAMA INI...

Barangsiapa MEMBENCI SUATU PERBUATAN
Tentu DIA akan LARI MENJAUHINYA
Barangsiapa MENYUKAI SUATU PERBUATAN
Tentu DIA akan SELALU MEMBIASAKANNYA
Maka CARILAH JALAN
Untuk MENYEMPURNAKAN DIRI KELUAR DARI DOSA
Dan CARILAH SERIBU CARA
Untuk MEMPEROLEH KEBAHAGIAAN
ALAM AKHIRAT YANG ABADI

LIHATLAH WAKTU yang TELAH BERLALU
LIHATLAH USIAMU
SETENGAH UMUR telah TERLEWATI bersama IRINGAN MALAM
SETENGAH UMUR BERLALU TANPA DIRASA
Kini TERSISA UMUR hanya untuk KESIBUKAN dan CITA-CITA

TIDAK MUNGKIN MEMETIK ANGGUR dari DURIAN
ORANG-ORANG BERMAKSIAT TIDAK AKAN BISA MENEMPATI
TEMPAT-TEMPAT ORANG YANG SHALEH
BERBUATLAH bermacam CARA sesuai KEHENDAK HATI
TETAPI... SETIAP JALAN YANG KITA AMBIL
Kita akan DIPERLAKUKAN sebagaimana ORANG-ORANG
YANG PERNAH MENITI JALAN ITU


"ORANG YANG PALING PELIT
DIANTARA ORANG-ORANG PELIT LAINNYA ADALAH
ORANG YANG BERBUAT PELIT TERHADAP DIRINYA SENDIRI
UNTUK MEMPEROLEH SURGA"

*EZ/29/07/09*

KAMU PERCAYA ADA SURGA DAN NERAKA?


KAMU PERCAYA ADA SURGA DAN NERAKA?
MEMANG SUDAH PERNAH MATI DAN MELIHATNYA?

Salam Hikmah...
Assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh
Salam sejahtera untuk kita semua

Sahabat Hikmah...
Ada seorang teman yang memberikan coment:
” Surga itu apa? Yakin surga itu ada? Apa kamu sudah pernah mati?”

Saya jadi ingin menjelaskan ”KEYAKINANKU akan ADANYA SURGA dan NERAKA”.
Gak perlu mati untuk meyakini adanya surga dan neraka…
Karena percuma kalau kita YAKIN adanya surga dan neraka setelah mati...
Pasti kita sedang disiksa di neraka....
Karena kita baru TAHU dan YAKIN adanya surga dan neraka setelah melihatnya...
Dan PERBEKALAN untuk ke SURGA kita tidak ada..
QS At Takatsur: 1-8:
”Bermegah-megahan telah MELALAIKAN kamu, sampai kamu MASUK ke dalam KUBUR. JANGANLAH BEGITU, kelak kamu AKAN MENGETAHUI, Dan JANGANLAH BEGITU, kelak kamu AKAN MENGETAHUI. JANGANLAH BEGITU, jika kamu MENGETAHUI dengan PENGETAHUAN yang YAKIN, niscaya kamu BENAR-BENAR akan MELIHAT neraka Jahiim, Dan sesungguhnya kamu BENAR-BENAR akan MELIHATNYA dengan `AINUL YAQIN, Kemudian kamu PASTI akan DITANYAI pada hari itu tentang KENIKMATAN-KENIKMATAN(di duina).”

Untuk YAKIN akan adanya Surga dan Neraka, kita harus yakin BERITA yang disampaikan oleh YANG MENCIPTAKAN SURGA dan NERAKA.
Cukup kita yakin bahwa ALQURAN adalah BENAR, maka kita YAKIN SURGA dan NERAKA ADA.
Bagaimana untuk meyakini ALQURAN?
Allah berfirman dlm QS Fushilat: 53
”Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk (langit dan bumi) dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?”

Kita tahu Alquran diwahyukan kepada Nabi yg buta huruf atau UMMI,
Mungkin yang tidak memahami HIKMAH ini dia malu sebagai seorang Muslim diejek kalau Nabinya buta huruf ???
Justru inilah KUNCINYA....UNTUK MEYAKINI KEBENARAN AL-QURAN

Nabi Muhammad itu buta huruf sampai wafatnya, tapi kita lihat....
Siapa mau mengikuti ajakan Muhammad dan MEYAKINI ALQURAN?
Orang Mekah atau orang Madinah?
Ternyata yang banyak menyambut seruan Nabi Muhammad SAW dan beriman dengan ALQURAN adalah penduduk di Madinah.
Mengapa demikian? Karena mereka tahu alkitab (Yahudi dan nasrani) dan mereka tahu Muhammad itu ummi dan berasal dari kaum yg ummi (di Makah waktu itu yang bisa baca tulis hanya 15 orang).
Jadi.... mereka AHLI KITAB YAKIN bahwa...AYAT-AYAT yang disampaikan oleh N. MUHAMMAD tentang kisah Nabi-nabi dahulu seperti kisah Ibrahim, Isa, Musa dan kisah-kisah nabi yg lain dalam ALQURAN adalah BUKAN TULISAN N.MUHAMMAD yang UMMI, tetapi merupakan WAHYU dari TUHAN YANG SAMA dengan TUHAN yang MENURUNKAN TAURAT dan INJIL... yaiitu ALLAH Pencipta langit dan bumi.

Sahabat Hikmah....
Untuk MEYAKINI KEBENARAN ALQURAN juga bisa dengan mempelajari apa yg ada di langit dan bumi dan pada diri manusia sendiri....
Ilmu geografi, biologi, fisika, kedokteran....dll akan mengantarkan kita akan KEYAKINAN kebenaran ALQURAN dan kebenaran adanya NERAKA.
QS Ali Imron: 190-191
“Sesungguhnya dalam PENCIPTAAN LANGIT dan BUMI, dan silih BERGANTINYA MALAM dan SIANG terdapat TANDA-TANDA bagi orang-orang yang berakal,
yaitu orang-orang yang MENGINGAT Allah sambil BERDIRI atau DUDUK atau dalam keadaan BERBARING dan mereka MEMIKIRKAN tentang PENCIPTAAN LANGIT dan BUMI seraya berkata: "Ya Tuhan kami, TIDAKLAH Engkau MENCIPTAKAN semua ini dengan SIA-SIA. Maha Suci Engkau, maka PELIHARALAH kami dari SIKSA NERAKA."

Ada seorang ahli kelautan (namanya saya lupa) yang meneliti tentang LAUT YANG TERBELAH seperti ada kaca yg membatasi, diantara batas itu terdapat ikan dan tumbuhan laut yang BERBEDA....
Dia banyak berdiskusi dengan ilmuwan yg lain,salah satunya dg Dr.Maurice Bukhail.
Tentang ini Dr.Maurice Bukhail setuju, bahkan dia sedang MENCARI dimana laut itu berada.
Karena Dr. Maurice Bukhail sudah tahu ada laut seperti itu dari AlQuran.
Maka ilmuwan kelautan tadi meminta ditunjukkan ayatnya.
Dibukalah QS Ar Rahman : 19-21
”DIA membiarkan DUA LAUTAN mengalir yang keduanya kemudian BERTEMU,
antara keduanya ADA BATAS yang TIDAK DILAMPAUI oleh masing-masing. ”
”Maka ni`mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Seketika itu juga ilmuwan tadi mengatakan: "TIDAK MUNGKIN kitab ini TULISAN MUHAMMAD yang BUTA HURUF dan telah ditulis 1400 TAHUN YANG LALU? PASTI KITAB ALQURAN ini adalah WAHYU dari TUHAN YANG MENCIPTAKAN LAUT TERSEBUT."
Akhirnya ilmuwan tersebut BERIMAN dengan Al Quran dan masuk Islam.

Demikian, semoga tidak ada lagi yang RAGU dengan adanya SURGA dan NERAKA.

Wallahu a’lam bishowab

Wassalamu’alaikum
OFA