Minggu, 26 September 2010

AH ! MANA ADA TUHAN ITU ?



Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya.
Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.
Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.
Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya Tuhan itu ada”. “Kenapa kamu berkata begitu ?” timpal si konsumen. “Begini, coba Anda perhatikan di depan sana , di jalanan… untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada. Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, Adakah yang sakit?, Adakah anak terlantar? Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.”

Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.
Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.
Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar (mlungker-mlungker- istilah jawa-nya), kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.

Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata, “Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR.”
Si tukang cukur tidak terima,” Kamu kok bisa bilang begitu ?”. “Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!”
“Tidak!” elak si konsumen. “Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana”, si konsumen menambahkan.
“Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!”, sanggah si tukang cukur. ” Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya”, jawab si tukang cukur membela diri.

“Cocok!” kata si konsumen menyetujui. “Itulah point utama-nya!. Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA ! Tapi apa yang terjadi… orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA. Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.”
Si tukang cukur terbengong !!!

Sahabat, Allah SWT Tuhan Semesta Alam, memang harus kita cari dan kita temukan. Ketika kita sudah menemukan Tuhan maka kita akan dengan mudah mengenalnya, bagaimana cara Dia menyayangi kita, bagaimana cara Dia menolong kita, bagaimana cara Dia menyembuhkan penyakit kita dan segala perbuatanNYA terhadap diri kita akan dengan mudah kita rasakan.

Kemana Mencarinya dan Bagaimana cara Mencarinya ?
Nabi Ibrahim ’alaihissalam mencari Tuhan lewat membaca gejala Alam Semesta, mengamati Matahari, Bulan dan Bintang yang disangkanya sebagai Tuhan tapi semuanya sirna seiring bergulirnya waktu
Nabi Musa ’alaihissalam mendaki bukit Thurissina hingga 40 malam mencari dan mengharap sebuah kepastian akan eksistensi Tuhan Semesta Alam
Ibunda Hajar istri Nabi Ibrahim berlarian antara bukit Shofa dan Marwah mencari dan menghiba mata air Tuhan agar segera dialirkan.
Muhammad SAW berbulan-bulan bertahanus di Goa Hira mencari Tuhan untuk menjawab kegelisahannya atas ummatnya yang semakin akrab dengan perilaku kehewanan.

Karena ada upaya yang keras dan kesungguhan serta kesadaran betapa lemahnya diri ini menghadapi berbagai permasalahan kehidupan maka TUHANpun MEMPERKENALKAN DIRINYA.
Nabi Ibrahim dibukakan pengetahuannya bahwa Matahari, Bulan, Bintang dan seluruh alam semesta ada YANG MENCIPTAKAN, Dialah Allah Tuhan Semesta Alam
Nabi Musa mendengarkan secara langsung jawaban dari Allah SWT ” Sesungguhnya Akulah Allah Tuhan Semesta Alam ”
Ibunda Hajar digembirakan Tuhan dengan mengalirnya Air Zam-Zam dibawah kaki anaknya Ismail dan Muhammad SAW diperkenalkan Tuhan melalui Malaikat Jibril yang membawa Wahyu pertama IQRO’ !

Lalu bagaimana dengan Kita ?
Nabi adalah manusia sama seperti kita juga manusia, bedanya Nabi menerima Wahyu sedangkan kita hanya bisa menerima Hikmah dari Allah SWT. Jadi kitapun sama akan mampu menemukan dan mengenal Tuhan sebagaimana para Nabi mencari dan menukan Tuhan, Caranya ?
Buatlah sebuah Proyek baik kecil-kecilan atau besar-besaran sekalian lalu buatlah Goal Targetnya, bersungguh-sungguhlah dalam melaksakan proyek tersebut kemudian ajukan proposal kepada Tuhan lewat munajat di sepertiga malam, maka lihatlah dan rasakanlah bagaimana cara Tuhan membimbing dan menolong kita menuju Goal Target yang telah kita tetapkan, bisa jadi hasilnya jauh melampaui Goal Target yang telah kita tetapkan.

Contoh Proyek Kecil : Ingin Membiasakan diri bangun Malam untuk Sholat Tahajjud jam 03.00, maka sebelum tidur berwudhulah dahulu, sebutlahlah nama Allah sebanyak mungkin melalui zikir yang kita sukai, sebelum terlelap mintalah dibangunkan jam 03.00 tepat, silahkan coba dan rasakan apa yang terjadi, dan amatilah bagaimana caranya Allah membangunkan kita !

Demikian juga dengan proyek sedang dan proyek besar, kerahkan seluruh potensi kita secara maksimal untuk meraih Goal Target lalu munajatkan disetiap malam dalam Tahajjud kita, maka perhatikanlah bagaimana cara Allah memperkenalkan dirinya kepada kita.

ARTI SEBUAH 'KESETIAAN'


Tulisan ini kupersembahkan untuk istriku tersayang...
Untuk mengenang 16 Tahun PERNIKAHAN kami...25 September 1994


Burung betina ini terkapar tak berdaya karena tertabrak mobil di salah satu jalan raya di Perancis karena terbang menukik terlalu rendah. Dia meminta pertolongan dan berharap sang jantan bisa menolongnya.

Sang jantan berusaha menolong, tetapi dia tidak bisa berbuat banyak. Pertolongan yang bisa diberikan hanyalah memberikan makanan dan minuman. Beberapa kali dengan penuh cinta, sang jantan membawakan kekasihnya makanan dan minuman dari mulutnya.

Lagi, ia membawakan makanan tetapi sang betina sudah tidak merespon, kepalanya terkulai dan matanya terpejam. Jantan itu mencoba mengerakkan tubuh pasangannya untuk memastikan apa yang terjadi.... dan ”Innaalillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” sang jantan sangat sedih karena kekasihnya sudah tidak bernyawa.

Sadar bahwa belahan hatinya telah tiada dan tak akan kembali, ia berkicau keras meratapi kepergian pasangannya dan tidak percaya akan apa yang telah terjadi dan menyesali dirinya yang tidak dapat berbuat banyak menolong sang kekasih.

Setelah sang kekasih meninggal dia tidak dapat berbuat banyak, karena tidak dapat menguburkan di aspal. Sang jantan dengan penuh KESETIAAN hanya menunggu jasad sang kekasih dalam waktu yang lama.

Jutaan orang di dunia menangis usai melihat rangkaian gambar yang dibidik seorang wartawan ini. Sang wartawan menjual foto-foto ini ke salah satu koran terbesar di Perancis. Seluruh eksemplar koran tersebut habis terjual ketika gambar-gambar ini dimuat.

(UNTUK LEBIH JELASNYA SILAHKAN MEMBUKA DI NOTE "KATA-KATA HIKMAH" AGAR DAPAT MELIHAT GAMBAR YANG SANGAT MENGHARUKAN di link ini:http://www.facebook.com/notes/kata-kata-hikmah/arti-sebuah-kesetiaan/449359845848)


Kisah KESETIAAN yang lain adalah kisah anjing Hachiko yang sangat setia.

Kisahnya sudah melegenda di Tokyo dan difilmkan.

Ia menanti tuannya selama 10 tahun di stasiun KA Shibuya, Tokyo.

Dan Hachiko tidak tahu tuannya Profesor Ueno telah meninggal di kampusnya.

Tetapi ia tetap setia menjemput ’tuannya yang telah hilang’ hingga ajalnya sendiri tiba.

Patung tembaga Hachiko menjadi monumen ”KESETIAAN” di stasiun tersebut.


Sahabat Hikmah...
Mengapa binatang bisa memiliki KESETIAAN ?
Binatang bisa memiliki sifat setia, penurut dan penyayang ...
Adalah karena KESETIAAN-nya kepada Tuhannya
Mereka menuruti apa yang menjadi kehendak Tuhannya


Ada juga binatang yang tidak setia, rakus dan buas..
Seperti ayam, kambing, sapi yang tidak memiliki pasangan tetap.
Seperti ikan lele, hamster yang bisa memakan anaknya sendiri.
Binatang tersebut berbuat adalah karena KESETIAAN-nya kepada Tuhannya
Mereka menuruti apapun yang menjadi kehendak Tuhannya

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya):

“… bahkan APA yang ada di langit dan di bumi adalah kePUNYAan Allah; semua TUNDUK kepadaNya.” (QS. Al-Baqarah: 116)

“…padahal kepadaNya-lah berSERAH DIRI segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan SUKA maupun TERPAKSA…” (QS. Ali Imran: 83)

“Dan kepada Allah sajalah berSUJUD (TUNDUK) segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para MALAIKAT, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.” (QS. An-Nahl: 49)

“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah berSUJUD apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan SEBAGIAN BESAR daripada MANUSIA?” (QS. Al-Hajj: 18)


Ketundukan BINATANG kepada Allah subhanahhu wa ta’ala
Sesungguhnya sama dengan ketundukan MALAIKAT kepada Tuhannya
Semuanya adalah karena KESETIAANnya kepada Tuhan Penciptanya.


Sahabat Hikmah...
Bagaimana dengan manusia..?
Mengapa manusia banyak yang KESETIAAN-nya telah hilang ?
Baik KESETIAAN kepada isterinya,
KESETIAAN kepada majikannya,
KESETIAAN kepada sahabatnya,
Bahkan... KESETIAAN kepada Tuhannya
Mereka sebagian terbiasa berselingkuh, korupsi, berkhianat dan bermaksiat.

Adalah karena NAFSU ...manusia ’hilang’ KESETIAANnya.
Karena NAFSU manusia bisa berselingkuh,
Karena NAFSU manusia bisa korupsi,
Karena NAFSU manusia bisa berkhianat,
Dan Karena NAFSU manusia bisa bermaksiat.

Dengan SETIA kepada TUHANnya maka manusia akan SETIA kepada MAKHLUK lain.

Dengan tidak SETIA kepada TUHANnya dia akan tidak setia kepada MAKHLUK lain....

Dan itu adalah karena NAFSUnya yang telah menjadi TUHANnya.

”Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan HAWA NAFSUnya sebagai TUHANnya, dan Allah memBIARkannya SESAT berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengKUNCI MATI penDENGARan dan HATInya dan meletakkan TUTUPAN atas pengLIHATannya? Maka SIAPAkah yang akan memBERInya PETUNJUK sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”

(QS Al Jatsiyah : 23)


Karena Allah menciptakan DUNIA dan AKHIRAT untuk MANUSIA...
Bukan untuk BINATANG, ATAUPUN MALAIKAT...
Apa yang di langit dan di bumi selain manusia hanyalah pelengkap,
dan Allah telah MEMULIAKAN bani Adam
Maka Allah memberikan KEBEBASAN yang BERTANGGUNG JAWAB kepada MANUSIA
Disamping memberikan JIWA yang MULIA seperti MALAIKAT,
Allah juga memberikan NAFSU seperti BINATANG.

”Maka Allah mengILHAMkan kepada jiwa itu (jalan) keFASIKan dan keTAKWAannya, Sungguh berUNTUNG orang yang menSUCIkan jiwa itu, Dan Sungguh meRUGI orang yang mengKOTORinya.”

(QS Asy Syams : 8-10)


”Dan katakanlah: "KEBENARAN itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang INGIN (beriman) hendaklah ia BERIMAN, dan barangsiapa yang INGIN (kafir) biarlah ia KAFIR". Sesungguhnya Kami telah SEDIAKAN bagi orang-orang ZHALIM itu NERAKA, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (QS Al Kahfi : 29)


Sahabata Hikmah...
Jadi arti sebuah KESETIAAN adalah menahan diri dari HAWA NAFSU.
Dan dengan selalu MENJAGA KESETIAAN kita kepada Sang Pencipta sampai akhir hayat kita.

Sehingga dalam sholat kita selalu diingatkan perjanjian kita untuk tetap SETIA kepada-Nya:

”Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (Muslimin)". (QS Al An’am : 162)

Dengan KESETIAAN inilah kita akan BAHAGIA...

di DUNIA maupun di AKHIRAT....

”Adapun orang yang melampaui batas (THOGHO), dan lebih mengUTAMAkan kehidupan DUNIA,maka sesungguhnya NERAKAlah tempat tinggalnya.

Dan adapun orang-orang yang TAKUT kepada keBESARan Tuhannya dan MENAHAN diri dari keinginan HAWA NAFSUNYA, maka sesungguhnya SURGAlah tempat tinggalnya.” (QS An Nazi’at : 37-41)


Wallahu a’lam bi showab

Semoga bisa mengambil HIKMAH-nya



Kami yang berbahagia..

Ogy Febri Adlha & Insiyah Farhani

Jumat, 24 September 2010

Jangan Jadi Manusia "Weruh Saduruning Winarah" !


Oleh Usup Supriyadi

Sebagai manusia kita memang memiliki karakter dasar curious atau fudhul alias penasaran. Dan tidaklah jarang banyak manusia yang sangat tinggi rasa curiousnya mereka ingin menjadi manusia yang weruh saduruning winarah atau tahu sebelum kejadian. Makannya banyak dari mereka yang langsung datang kepada ahli nujum astrologi, dukun, dan sejenisnya. Mereka ingin mengetahui nasibnya di dunia ini seperti apa, misalnya tentang masalah harta, tahta, dan wanita (bagi wanita diganti pria). Astaghfirullah

Sebagai seorang yang beriman, kita harus melihat teladan hidup kita yakni Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, beliau shallallahu alaihi wa sallam yang mana sebagai Rasul Allah sama sekali tidak mampu mengetahui sesuatu sebelum kejadiannya kecuali kalau Allah Ta’ala memberitahukan kepadanya. Marilah kita simak kalamullah berikut ini;

Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfa’atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman” [7:188]

Itulah apa yang akan dikatakan oleh Rasul Allah, Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam jikalau ditanyai soal hal-hal yang belum terjadi. Tapi, kenapa orang-orang “pintar” itu jika dimintai tolong melihat masa depan mereka yang datang kepadanya malah dengan senang hati membantu dan seolah-olah memang tahu itu bakal terjadi. Ketahuilah Allah mengingatkan manusia melalui firman-firmannya, Rasul yang manusia pilihan-Nya pun tidak mampu untuk mengetahui hal-hal yang ghaib, apalagi manusia umum lainnya seperti kita.

Saya ingat sebuah sinema disalah satu Tv swasta judulnya kalau tidak salah Di Bawah Langit, dalam sebuah adegannya diceritakan bahwa beberapa nelayan akan melaut tapi mereka ingin meminta petunjuk dulu kepada seseorang (seingat saya yang jadi pemeran seseorang itu, maaf saya tidak hafal nama tokoh-tokohnya, yakni Opick), nah, saat melewati rumah seorang guru agama, kebetulan sang guru agama sedang membenarkan motornya dipekarangan rumahnya, lantas melihat beberapa nelayan hendak ke tempat seseorang tersebut, sang guru langsung menghadangnya, dan berikut ini kurang lebih dialog yang terjadi;

Sang Guru : “Maaf, kalian mau kemana?

Para Nelayan : “Mau melaut, tapi kami mau ke seseorang dulu untuk minta petunjuk agar hasil melaut kita kali ini melimpah…

Sang Guru : “Kalian orang beriman bukan! kalian orang beriman bukan! kalian orang beriman bukan!!! Meminta petunjuk itu sama Allah…berdo’a sama Allah…kalian itu sudah melakukan kesyirikan karena percaya dengan seseorang itu! Sekarang pulang!

Itulah kurang lebih yang saya ingat, tahu tidak? saat itu berlangsung saya sangat tertegun…betapa itulah yang saya harapkan ada pada para da’i, ulama, dan sejenisnya untuk lantang menentang segala bentuk kesyirikan kepada Allah Ta’ala.

Sahabat, bagi saya, hidup ini untuk kita nikmati segala prosesnya dan perjalanannya, dan mengetahui yang seharusnya kita ketahui dan kita alami nanti itu bagi saya sangatlah tidak menarik… bagi saya, orang-orang yang seperti itu adalah orang-orang bodoh, dan tidaklah jauh berbeda dengan orang-orang yang tidak percaya akan adanya eksistensi Tuhan dalam segala aspek kehidupan ini…. tapi…Oleh Allah, manusia diberikan “kewenangan” menjalani hidupnya sesuai dengan pilihan jalan yang dimilikinya. Ada jalan keimanan, dan ada jalan kekufuran. Kedua jalan itu terbentang dihadapan setiap manusia. Allah telah menganugerahkan akal serta menurunkan pedoman hidup, Al-Qur’an. Di sini, saya hanya mengingatkan pada diri pribadi dan sahabat sekalian saja….

Kamis, 23 September 2010

YANG DIKHAWATIRKAN RASULULLAAH AKAN MELANDA UMMATNYA


YANG DIKHAWATIRKAN RASULULLAAH AKAN MELANDA UMMATNYA

Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
" Hal-hal yang aku KHAWATIRkan melanda pada ummatku adalah :
" BESAR PERUT, BANYAK TIDUR, PEMALAS, dan LEMAH KEYAKINAN"
( H.R Daruquthni dari Jabir ).

Sahabat Hikmah...
Kehidupan DUNIA adalah arena UJIAN, tempat untuk berMUJAHADAH, bersungguh-sungguh untuk berAMAL dan BEKERJA.
Sedangkan Kehidupan AKHIRAT adalah arena MENUAI HASIL dan MENIKMATI.
Sehingga SEBENARNYA KEHIDUPAN adalah kehidupan AKHIRAT
Dan kehidupan DUNIA adalah MENIPU dan MELALAIKAN

Sehingga Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam mengKHAWATIRkan ummatnya yang terjebak oleh TIPUAN DUNIA sehingga menganggap DUNIA itulah kehidupan yang sebenarnya dan HILANGnya KEYAKINAN akan KEBENARAN adanya KEHIDUPAN AKHIRAT, sehingga menjadi BESAR PERUT, BANYAK TIDUR, PEMALAS, dan LEMAH KEYAKINAN.

>>BESAR PERUT
Adalah gambaran orang yang BANYAK MAKAN.
Di antara sebab terbesar yang membantu seseorang untuk tetap giat menuntut ilmu, memahaminya dan tidak jemu, adalah meMAKAN SEDIKIT dari sesuatu yang halal.

Orang yang BESAR PERUT juga menggambarkan orang yang MALAS BERPUASA dan BERLEBIHAN dalam MAKAN, serta TIDAK MEMBERI MAKAN fakir miskin dan anak yatim.

Allah SWT pun berfirman dalam Al-Qur`an, "Makan dan minumlah, dan JANGAN BERLEBIH-LEBIHAN. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf : 31)

Unik sekali prinsip para sahabat Rasulullah dahulu dalam soal makan. Mereka mengatakan, "Kami adalah sekelompok kaum yang tidak makan kecuali lapar dan bila kami makan kami tidak sampai merasa kenyang."

BESAR PERUT juga mengakibatkan keKERASan HATI dan menumbuh kembang biakkan PENYAKIT-PENYAKIT HATI, serta menimbulkan KEMALASAN dalam bekerja dan beramal.

Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu berkata: “Aku tidak pernah kenyang semenjak 16 tahun lalu. Karena, banyak makan akan menyebabkan banyak minum, sedangkan banyak minum akan membangkitkan keinginan untuk tidur, menyebabkan kebodohan dan menurunnya kemampuan berpikir, lemahnya semangat, serta malasnya badan. Ini belum termasuk makruhnya banyak makan dari tinjauan syariat dan timbulnya penyakit jasmani yang membahayakan.”


>> BANYAK TIDUR
Adalah efek dari BANYAK MAKAN dan BANYAK MINUM. Banyak tidur sebab utama lembek hatinya, menyebabkan hatinya turut mengantuk, kegiatan hilang, semangat mengendur, karena beban jadi berat. Orang yang demikian hidupnya akan merasa NYAMAN dan SANTAI sehingga TERLENA dan dapat menyebabkan matinya pemikiran,lambat, malas dan menghindar dari persoalan serta meninggalkan tanggung jawab dan kewajiban diri.

Dalam Al Quran Allah menggambarkan orang-orang yang berIMAN:

تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan "(QS. As-Sajdah:16)

كَانُوا قَلِيلا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَo
وَبِالأسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُون o
"Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam, Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar." (QS adz-Dzaariyaat:17-18)

Ibnu Qoyyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan, “Banyak tidur dapat mengakibatkan lalai dan malas-malasan. Banyak tidur ada yang termasuk dilarang dan ada pula yang dapat menimbulkan bahaya bagi badan.

Waktu tidur yang paling bermanfaat yaitu :
[1] tidur ketika sangat butuh,
[2] tidur di awal malam –ini lebih manfaat daripada tidur di akhir malam-,
[3] tidur di pertengahan siang –ini lebih bermanfaat daripada tidur di waktu pagi dan sore-.

>>PEMALAS
Aadalah rentetan dari dari akibat BANYAK MAKAN dan BANYAK TIDUR. Padahal tugas kita di DUNIA adalah untuk BEKERJA/BERMAL dengan sungguh-sungguh dan sebaik-baiknya. BEKERJA/BERAMAL dalam berIBADAH dan memberikan MANFAAT kepada orang lain.

”Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS At Taubah :105)

”(Dia Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya (pekerjaannya). Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Al Mulk :2)

”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam KERUGIAN, kecuali orang-orang yang berIMAN dan MENGERJAKAN kebaikan dan NASEHAT MENASEHATI supaya mentaati KEBENARAN dan nasehat menasehati supaya menetapi KESABARAN.” (QS 103:1-3)

>>LEMAH KEYAKINAN
Adalah rentetan akibat BANYAK MAKAN ,BANYAK TIDUR, dan MALAS dalam BERAMAL / BEKERJA.

Orang yang demikian pasti akan terlena dan menganggap FATAMORGANA DUNIA sebagai KENYATAAN yang harus DINIKMATI SEPUAS-PUASNYA dan menganggap kehidupan AKHIRAT adalah hal yang TIDAK NYATA dan TIDAK PASTI serta TIDAK JELAS KEBENARANNYA.

Orang yang demikian melihat KESUKSESAN adalah KEBERHASILAN DUNIA (Harta yang berlimaph, Rumah yang megah, Isteri yang cantik, anak yang banyak dsb) dan menganggap bodoh dan merugi orang-orang yang beriman, karena Orang yang beriman ”kurang” menikmati DUNIA yang hartanya banyak dipersiapkan untuk negeri akhirat dan sederhana di dunia dan waktunya banyak (siang dan malam) untuk beribadah kepada Allah.

Orang yang demikian merasa PUAS (RIDLO) dengan kehidupan DUNIA, mereka merasa TENANG dan TENTERAM di dalamnya sehingga tidak lagi mengharapkan KEBAHAGIAAN di negeri AKHIRAT dan PERJUMPAAN dengan TUHANnya.

Orang-orang yang demikian telah TERLENA dan TERTIPU dengan kehidupan DUNIA, sehingga mereka meLALAIkan AYAT-AYAT Allah baik ayat-ayat QAULIYAH (Al Quran) ataupun ayat-ayat KAUNIYAH (Kejadian dan alam ciptaan Allah)

Orang-orang yang demikian HANYA berDO’A dan BEKERJA untuk KEBAIKAN kehidupan DUNIA saja (Berdoa dan bekerja agar BISNISnya SUKSES, agar diberi mobil dan rumah baru dsb) tanpa pernah memohon berDO’A dan BEKERJA untuk KEBAIKAN di AKHIRAT maka karena USAHAnya itulah akhirnya mereka masuk ke dalam NERAKA. Na’udzubillaahi min dzaalik.

Maha benar Firma Allah subhanahu wa ta’ala (yang artinya) :
“Sesungguhnya orang-orang yang TIDAK MENGHARAPKAN PERTEMUAN dengan Kami, dan merasa PUAS dengan kehidupan dunia serta merasa TENTERAM dengan kehidupan itu dan orang-orang yang meLALAIkan AYAT-AYAT Kami, mereka itu tempatnya ialah NERAKA, disebabkan apa yang SELALU mereka KERJAKAN. Sesungguhnya orang-orang yang berIMAN dan MENGERJAKAN ’KEBAIKAN/KESHALEHAN’, mereka diberi PETUNJUK oleh Tuhan mereka karena keIMANannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam SURGA yang penuh keni`matan.”
(QS Yunus :7-9)


”Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah HAJImu, maka berDZIKIRlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berDZIKIRlah lebih banyak dari itu.

Maka di antara manusia ada orang yang berDO’A: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di DUNIA", dan TIADALAH baginya bahagian (yang menyenangkan) di AKHIRAT.

Dan di antara mereka ada orang yang berDO’A: "Ya Tuhan kami, berilah kami KEBAIKAN di DUNIA dan KEBAIKAN di AKHIRAT dan PELIHARALAH kami dari siksa NERAKA". Mereka itulah orang-orang yang MENDAPAT bahagian dari apa yang mereka USAHAkan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.”
(QS 2:200-202)

”Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk ISI neraka JAHANAM kebanyakan dari JIN dan MANUSIA,
mereka mempunyai HATI, tetapi tidak dipergunakannya untuk MEMAHAMI (ayat-ayat Allah)
dan mereka mempunyai MATA (tetapi) tidak dipergunakannya untuk MELIHAT (tanda-tanda kekuasaan Allah),
dan mereka mempunyai TELINGA (tetapi) tidak dipergunakannya untuk MENDENGAR(ayat-ayat Allah).
Mereka itu sebagai BINATANG TERNAK, bahkan mereka LEBIH SESAT lagi. Mereka itulah orang-orang yang LALAI.”
(QS 7:179)

Itulah mengapa kebanyakan penghuni surga adalah orang miskin dan lemah, karena dengan kemiskinannya di dunia mereka bersabar untuk mendapatkan dengan sungguh KEKAYAAN negeri AKHIRAT.

Rasulullah Saw bersabda:
"Aku telah melihat-lihat Surga.Aku menemukan Surga kebanyakan penghuninya adalah orang-orang miskin dan
Aku telah melihat Neraka. Aku menemukan Neraka kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita." (HR. Bukhari)

Wallahu a’lam bishshowab
Semoga bermanfaat dan dapat mengambil HIKMAHnya

O.F.A

Keberkahan Hidup


“Dan berdoalah, ‘Ya Rabb, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat.” (QS Al Mukminun [23]:29)

Seorang teman pernah ditanya oleh hamba itu, “Apakah yang paling engkau takutkan dalam hidupmu?” Teman itu dengan gamblang menjawab, “Aku takut akan lambatnya pertolongan Allah!” Hamba itu menampakkan raut wajah keheranan yang membutuhkan sebuah penjelasan lebih lanjut. “Kenapa begitu? Bukankah engkau memiliki tanggungan istri dan anak-anak yang harus dicukupi kebutuhannya? Engkau lebih pantas untuk takut jikalau kebutuhan mereka tidak dapat terpenuhi?”

Sang teman tersenyum seraya menjawab, “Kesempitan dan kesusahan adalah keniscayaan bagi kita hamba Allah, sama halnya dengan kelapangan dan kebahagiaan karena semua hal itu adalah ujian dari Allah yang datang silih berganti. Untuk apa harus ditakuti? Sebahagian besar penderitaan yang kita hadapi lebih sering merupakan dramatisasi dari perasaan yang kita buat. Padahal kenyataannya tidaklah demikian. Allah Azza wa Jalla tidak akan pernah menguji manusia diluar dari batas kemampuannya. Manusia selalu berkeluh kesah dan bersedih seolah-olah dirinya yang paling merugi hidup di dunia ini.”

Sang teman melanjutkan, “Bukankah pertolongan Allah amat kita harapkan disaat kita menjalani kesulitan hidup agar Allah memberi kelapangan kepada kita. Demikian juga di saat kita sedih, kita membutuhkan pertolongan Allah agar dapat merasa bahagia kembali….Jangan pernah takut sebesar apa masalah yang sedang dihadapi, tapi takutlah kalau-kalau Allah tidak menolong kita!”

Ayat diatas adalah perintah Allah kepada Nabi Nuh as untuk berdoa ketika memasuki kapal yang akan bertolak membawa dirinya dan umatnya yang hanya segelintir orang. Allah berkenan mengazab umat nabi Nuh as yang ingkar kepada-Nya.

Ada sebuah kata yang indah dalam doa ini yaitu ‘tempat yang diberkahi’ yang berarti sebuah pengharapan akan kehidupan yang lebih baik kelak dimana kapal nabi Nuh as dan pengikut-pengikutnya berlabuh. Sebuah pengharapan akan kehidupan yang menentramkan dan dekat dengan pertolongan Allah. Jauh dari rasa gelisah dan huru-hara kehidupan yang melalaikan.

Jika kita merenung, bukankah doa ini sangat relevan dengan keadaan kita saat ini? Dan memiliki korelasi yang sangat erat dengan pernyataan ‘teman’ diatas yang amat sangat takut akan jauh nya ‘dirinya’ dari pertolongan Allah?

Dalam kehidupan kita saat ini, kita merasakan kegelisahan yang amat sangat di setiap belahan waktu yang kita lalui. Kita cemas akan mushibah yang sewaktu-waktu dapat terjadi disaat alam tempat kita menghela nafas telah jauh dari bersahabat. Kita was-was disaat kejahatan dan pelecehan dapat terjadi kapan saja.

Keberkahan hidup adalah sebuah jawaban dari apa yang kita butuhkan. Dan keberkahan hidup meliputi ketentraman hati dan pertolongan Allah yang dekat sehingga sebesar apapun masalah yang sedang kita hadapi dalam kehidupan ini, tidak akan pernah sedikitpun merisaukan kita.

BUAH KESABARAN SEORANG SUAMI

Dan bergaullah kalian dengan mereka (para istri) secara patut. Kemudian bila kalian TIDAK MENYUKAI mereka (maka BERSABARLAH) karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menJADIkan pada dirinya KEBAIKAN yang BANYAK."

(QS : An-Nisa ayat 19)

Sahabat Hikmah…

Allah telah menakdirkan pasangan sesuai dengan kehendaknya.

Kadang, suami dan istri yang sholih telah dijodohkan-Nya, tapi ada juga hanya suami atau istrinya saja yang sholih.

Dan sehubungan dengan ayat tersebut di atas, Al Imam Al Hafizh Adz Dzahabi menghikayatkan satu kisah dalam kitabnya Al Kabair yang mungkin bisa menjadi renungan dan pelajaran bagi para suami:

Disebutkan ada seorang yang shalih memiliki saudara fillah (seagama) dari kalangan orang shalih pula.

Saudaranya ini menziarahinya setahun sekali.

Suatu ketika saudaranya ini mengetuk pintu rumahnya.

Berkatalah istri orang shalih tersebut : “Siapa”?

“Saudara suamimu fillah datang untuk menziarahinya,” jawab si pengetuk pintu.

“Dia pergi mencari kayu bakar, semoga Allah tidak mengembalikannya (ke rumah ini), semoga dia tidak selamat,” kata istri orang shalih tersebut dan wanita ini terus mencaci-maki suaminya.

Ketika saudara fillah ini tengah berdiri di depan pintu, tiba-tiba orang shalih itu datang dari arah gunung dalam keadaan menuntun singa yang memikul kayu bakar di punggungnya. Orang shalih ini pun mengucapkan salam dan menyatakan selamat datang (marhaban) kepada saudaranya fillah. Setelahnya ia masuk ke dalam rumah dan memasukkan pula kayu bakarnya. Lalu Ia berkata kepada singa tersebut : “Pergilah barokallohu fiik (semoga Alloh memberkahimu).”

Lalu saudaranya dipersilakan masuk ke rumahnya sementara istrinya masih terus mencaci-maki dirinya. Namun tak satu kata pun terucap darinya untuk membalas cercaan istrinya.

Pada tahun berikutnya, sebagaimana kebiasaannya saudara fillah ini kembali menziarahi orang shalih tersebut.

Ia mengetuk pintu dan terdengar suara istri orang shalih tersebut : “Siapa di balik pintu?”

“Fulan, saudara suamimu fillah,” jawabnya.

“Marhaban, ahlan wa sahlan, tunggulah. Silakan duduk di tempat yang telah disediakan, suamiku akan datang insya Allah dengan kebaikan dan keselamatan,” kata istri orang shalih tersebut.

Saudara fillah ini pun kagum dengan kesantunan ucapan dan adab istri orang shalih tersebut.

Tiba-tiba orang shalih tersebut datang dengan memikul kayu bakar di atas punggungnya, saudara fillah ini pun heran dengan apa yang dilihatnya. Orang shalih itu mendatanginya seraya mengucapkan salam dan masuk ke rumahnya beserta tamu tahunannya.

Istrinya lalu menghidangkan makanan bagi keduanya dan dengan ucapan yang baik ia mempersilakan keduanya menyantap hidangan yang tersedia.

Ketika saudara fillah ini hendak permisi pulang ia berkata,

“Wahai saudaraku, beritahulah kepadaku tentang apa yang akan kutanyakan kepadamu.”

“Apa itu wahai saudaraku?” tanya orang shalih tersebut.

Saudara fillah ini berkata, “Pada tahun yang awal ketika aku mendatangimu, aku mendengar ucapan seorang wanita yang jelek lisannya, mengucapkan kata-kata yang baik dan kurang adab. Wanita itu banyak melaknat. Dalam kesempatan itu aku juga melihatmu datang dari arah gunung sementara kayu bakarmu berada di atas punggung seekor singa yang tunduk di hadapanmu. Pada tahun ini aku mendengar ucapan yang bagus dari istrimu, tanpa ada celaan dari lisannya, namun aku melihatmu memikul sendiri kayu bakar di atas punggungmu. Apakah sebabnya?

Orang shalih ini berkata, “Wahai saudaraku, istriku yang jelek akhlaqnya itu telah meninggal. Aku dulu bersabar menerima akhlaqnya dan apa yang muncul darinya. Aku hidup bersamanya dalam kepayahan namun aku sabari. Karena kesabaranku menghadapi istriku, Allah menundukkan untukku seekor singa yang engkau lihat ia memikulkan kayu bakarku. Ketika istriku itu meninggal, aku pun menikahi yang shalihah ini dan hidupku bahagia bersamanya. Maka singa itu tidak pernah datang lagi membantuku hingga aku harus memikul sendiri kayu bakar di atas punggungku, karena aku sudah hidup bahagia bersama istriku yang diberkahi lagi taat.”

(Al Kabair, hal. 195-196)

Sumber : abuthalhah.wordpress.com

Tutup Mata, Telinga dan Mulutmu!


Oleh Syaripudin Zuhri

Di manapun kita berada sering kita bertemu dengan orang yang punya sipat temperamental, mudah tersinggung atau egois, maunya menang sendiri. Manusia yang satu ini kalau dalam kaca agama memang harus dikasihani, karena dia sendiri tak tahu apa kesalahannya. Nah, repotkan kalau orang hanya pandai menyalahkan orang, tanpa mengetahui kesalahan diri sendiri.

Terkadang dalam pergaulan sehari-hari, ada saja kita menemukan orang yang tak sependapat dengan kita dan dianya nyerocos seprti air dari slang mobil pemadam kebakaran yang begitu menyembur sukar dihentikan dan perlu dua tiga orang untuk menangainya. Dalam kaca mata orang seprti ini, kita atau orang lain di sekitarnya tak ada yang benar, salah melulu, karena memang yang dicari adalah kesalahan orang lain; orang seperti ini selalau merasa benar sendiri, semua orang salah, kecuali dirinya.

Untuk menghadapi orang yang seperti ini ada tiga cara. Karena orang yang seperti ini bukan hanya berada pada level tingkat bawah, menengah, tapi juga ada pada level atas, yaitu para pejabat negara atau para eksekutif di berbagai perusahaan, baik kecil maupun besar. Siapapun orangnya kalau punya tipe semacam ini, biasanya dalam pekerjaan ada rasa tidak nyaman, karena tiada hari tanpa omelan orang ini, tiada hari tanpa menyalahi orang lain, tiada hari tanpa keributan, loh kok bisa ? Loh iya, habis yang dicari kesalahan orang melulu, perkara kecilpun menjadi besar di mulut ceriwis seperti ini, ya boleh kita sebut "mulut nenek lampir."

Ibarat pepatah:" semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tidak kelihatan. " Itulah orang yang selalu memakai " kaca mata negatif " salah, salah dan salah untuk orang lain, benar hanya untuk dirinya sendiri. Orang seperti ini juga dalam diskusi selalu mencari kesalahan orang, tapi tak mau menyadari bahwa dirinya juga punya kesalahan, tidak selamanya benar. Bahkan sering kali orang seperti ini, tanpa tedeng aling-aling akan "menghantam" orang dengan kata-kata yang kasar di hadapan orang banyak, di depan umum, sehingga orang yang "dihantamnya"pun merasa malu! Dan anehnya orang seperti ini biasanya puas, kalau sudah sumpah serapahnya keluar, caci makinya berhamburan, tanpa merasa bersalah sedikitpun!

Nah menghadapi orang seperti ini kita pakai tiga cara:

Pertama, tutup mata. Anggap saja kita tak melihat apa yang dilakukan oleh orang yang berjiwa kerdil seperti ini; misalnya saja sudah menjadi pejabat negara dan sudah duduk di kursi terhormat, tapi kata-katanya kotor, kasar, keras dan galak! Sepertinya hanya dia yang bisa marah dan orang lain pantas dimarahi, kecuali dia sendiri. Kita tutup mata terhadap orang yang mempunyai sipat seperti ini, karena kalau kita melihatnya, kita menjadi jengkel, bahkan mungkin juga" tersulut " untuk ikut marah-marah dan mencaci maki orang!

Kedua, tutup telinga. Anggap saja kita tak mendengar apa yang dikatakan, kita "tulikan" telinga kita dari suara-suara keras, kotor, jorok dan lain sebagainya dari orang ini. Karena kalau kita menndengarkannya, orang ini akan semakin nyerocos mulutnya, mulutnya tak dapat disumbat oleh apapun. Nah biasanya kalau kita" tulikan " pendengaran kita, maka orang seperti ini, biasanya akan menjauh, karena suara yang keluar mulutnya, dicueki, dianggap angin lalu.

Ketiga, tutup mulut. Nah sekarang kita melakukan aksi tutup mulut, kita diamkan orang yang menyerocos bagai " nenek lampir " ini. Kita tak membalas, mulut kita diam, tak berkomentar apapun dan tak membalas kata-kata kasar, kotor dan jorok dari orang ini. Kita jadikan tontonan yang menarik, kita liatin aja ketika orang ini marah-marah, yang kadang-kadang tanpa sebab yang kita ketahui, tahu-tahu di depan kita dia marah-marah. Sebentar-sebentar marah dan marahnya tidak sebentar!

Jadi gerakan tutup mata, tutup telinga dan tutup mulut untuk menghadapi siapapun orang yang punya watak temperamental, insya Allah akan berhasil. Karena sekali lagi orang yang suka mencari kesalahan orang hidup tak mungkin bahagia, karena dihatinya penuh kotoran dan biasanya akan keluar melalui lisannya atau bahkan tulisannya. Orang yang" hobyinya " suka mencari kesalahan orang ibarat melihat seorang bapak dan anak dengan keledainya.

Bapak yang naik keledai, salah, " orang tua tak tahu diri, anaknya di suruh nuntun keledai, sedangkan dia enak-enakan duduk di atas keledainya! "

Anak yang naik keladai, salah, " ini anak kurang ajar, masa bapaknya yang sudah tua di suruh jalan kaki, sedangkan dia, enak-enakan duduk di atas keledai! "

Bapak dan anak, keduanya naik keledai, inipun salah, " anak beranak ini memang tak punya rasa kasihan, keledai kecil seperti itu dainaiki berdua, terlalu! "

Bapak dan anak kemudian menuntun keledai mereka, inipun masih salah, " ya, bapak dan anak sama bodohnya, punya keledai kok di tuntun saja, bukan dinaiki, kan lumayan, tidak jalan kaki!

Karena sangat kesalnya, begini salah, begitu salah, akhirnya bapak dan anak ini mencari kayu, kemudian keledainya mereka ikat dan mereka pikul, " bapak dan anak sudah gila!, punya keledai kok tidak naiki, eh malah dipikul! "

Mungkin anda pernah mendengar cerita itu, siapapun tokohnya, tak penting, yang penting adalah hikmah dari cerita tersebut, dimana kalau kita mendengarkan, memperhatikan dan mencoba berdialog dengan orang yang "kacamata" negatif, apapun yang kita lakukan adalah salah, karena yang dicari memang kesalahannya, bukan kebenarnnya! Maka menghadapi orang semacam itu kita pakai kiat: tutup mata, tutup telinga dan tutup mulut kita!

Tapi kalau bertemu dengan yang punya" kaca mata " atau berpandangan positif, maka yang kita lakukan adalah membuka mata, membuka telinga dan membuka mulut untuk berdialog dan berbagi kebenaran, bukan kesalahan!

Dengan kaca mata positif atau kaca mata hikmah ( pernah saya tulis diruang ini juga ) kita tak mudah emosi, tak marah, tak mudah tersinggung dalam bergaul di masyarakat banyak, karena apapun berita yang kita terima akan disaring lebih dahulu dan bila berhadapan orang yang emosin tadipun, ita akan tetap tenang dan berpedoman pada tiga hal diatas, tutup mata, telinga dan mulutmu!

Jangan "Beriman" Kepada HP, Syirik Tuh!


Jangan "Beriman" Kepada HP, Syirik Tuh!

Oleh Abdul Mutaqin

Makin hari, hidup semakin canggih. Dunia semakin dipenuhi dengan berbagai fitur kemudahan, familiar, cepat dan menyenangkan. Kita bisa mengakses berbagai informasi hanya dengan hitungan detik. Tidak perlu menunggu terlalu lama yang membosankan. Dunia benar-benar semakin “mewah” dan instan dengan kehadiran teknologi. Dunia terasa mengecil dengan kemajuan IT yang mementahkan jarak pandang, jarak dengar dan jarak bicara.

Sekarang, orang di satu belahan benua dapat langsung berinteraksi dengan orang lain seolah tanpa sekat. Seolah-olah Jakarta-Jeddah, Depok-Capetown atau Indramayu-Den Haag berhasil disederhanakan dengan layar mobile phone, Facebook, Twitter, YM atau apalah namanya itu. Dunia terasa semakin mudah dijelajahi karena kecerdasan otak manusia yang membesar. Dalam urusan ini, manusia menunjukkan bahwa kehadirannya lebih maju berkali-kali dari makhluk Tuhan yang lain.

“Assalamu’alaikum, halo Ayah?”

“Wa’alaikumussalam, ya halo. Bagaimana kabarmu, Nak?”

“Baik, Ayah. Kami semua sehat-sehat. Ayah bagaimana, sehat juga kan?”

“Alhamdulillah. Ayah dan Bunda baik-baik dan sehat walaupun cuaca di sini dingin sekali. Esok Ayah dan seluruh jamaah akan wukuf. Doakan agar semuanya lancar.”

“Aamiin. Semoga Ayah dan Bunda menjadi haji yang mabrur. Assalamu’alaikum.”

Bersyukurlah kita dengan kehadiran teknologi komunikasi. Illustrasi di atas hanya sebagian kecil contoh bahwa otak manusia kadang seribu kali lebih besar daripada tubuhnya. Sehingga jarak bicara Jakarta-Saudi bukan lagi sebuah persoalan. Otak manusia telah berhasil memecahkan problem jarak itu dengan perangkat buatannya. Maka, orang yang tengah beribadah di tanah suci dapat selalu memantau keadaan keluarganya di tanah air. Begitu juga sebaliknya.

Sekarang banyak komunitas Muslim tengah menikmati medium sillaturrahim digital. Di mana komunikasi dan interaksi dibangun tanpa mereka harus berada dalam satu ruang dan waktu yang bersamaan. Mereka hanya dihubungkan oleh software yang menghadirkan mereka dalam dunia maya bersifat komunal. Cepat, epektif dan efisien menjadi trademark sillaturrahim cara ini. Dan tentunya modern.

Sillaturrahim digital sangat relevan dalam kondisi-kondisi tertentu. Handphone atau Facebook misalnya. Dalam kehidupan modern yang menuntut kita serba cepat, Handphone dan Facebook sangat cocok mewakili tuntutan kelas manusia modern untuk mendampingi kehidupan komunikasi mereka di zaman ini.

Namun, betapapun gagahnya modernitas itu, ia tidak bisa melumpuhkan nilai luhur silaturrahim konvensional yang selama ini mengakar kuat dalam praktik kehidupan kita. Ada yang tidak bisa dihadirkan oleh IT dalam sillaturrahim, yakni kehangatan, senyum, taraahum, tafaahum, secangkir teh dan jiwa ukhuwwah dalam jabat tangan atau peluk cium. Meskipun bercengkrama, layar Hanphone atau Facebook tetap rigid, kaku dan mekanis.

Nyatanya, banyak Facebooker tetap saja mengejar pulang kampung atau mudik saat lebaran. Mengapa? Apakah tidak cukup mengucapkan selamat Idul Fitri di akun Facebooknya? Atau menguntai kata-kata mutiara yang panjang dan mempesona walaupun ujung-ujungnya minta maaf lewat SMS? Tidak, tidak cukup.

Karena baik Facebook maupun SMS, tidak nyata menghadirkan kehangatan, senyum, taraahum, tafaahum, secangkir teh dan jiwa ukhuwwah dalam jabat tangan atau peluk cium. Mereka mendapatkan semua itu melalui sillaturrahim konvensional dengan muwajjahah dengan orang tua, karib-kerabat, handai-tolan atau kawan karib di kampung halaman. Sesudahnya, barulah masing-masing bercerita di layar Facebook atau SMS dalam komunitas pertemanannya secara massal. Begitulah kecanggihan teknologi yang mekanis tidak selamanya bisa menghadirkan harapan manusiawi dalam satu waktu. Meskipun dalam waktu yang lain, kita semua amat “bergantung” pada kesaktian dan keunggulannya.

Anehnya, masih tersisa manusia dengan isi otak yang cerdas itu dan isi hati yang berperasaan itu, mengerdilkan martabatnya di bawah ketiak teknologi rekayasa mereka sendiri. Mereka secara tidak sengaja menjadi kelihatan lebih ‘tolol” dari sekadar HP atau Internet. Seolah-olah mereka begitu “beriman” kepada teknologi hampir sepadan dengan keimanannya kepada Allah dan Rasulullah.

Ah, jangan-jangan itu hanya ilusi dan soal yang terlalu didramatisasi belaka. Bukan. Ini adalah kenyataan meskipun kenyataan itu tidak merata dan hanya terjadi sebatas kasus yang tidak dapat dipukul rata begitu.

Dalam satu kesempatan berjama’ah, kali itu saya merasa kenikmatan berjum’at menjadi hilang. Saya sedikit terusik dengan ulah beberapa orang dari jamaah yang tidak mengindahkan khatib yang sedang berkhutbah. Ada di antara mereka yang asyik main game di HP, SMS-an bahkan mengangkat panggilan telpon saat jamaah lain khusyuk menyimak nasihat khatib. Bahkan yang amat “menyebalkan” saya, ada di antaranya yang masih menyumpal telinganya dengan headset yang terhubung dengan Blackberrynya.

Paling tidak, ada lima pelanggaran sekaligus yang mereka lakukan. Pertama, menjadikan teknologi hampir seperti ”tuhan” yang mereka sembah. Kedua, mengabaikan pesan pengurus masjid agar sebelum Jum’atan dimulai agar menonaktifkan berbagai alat komunikasi. Ketiga, mengganggu kekhusukan jamaah lain. Keempat, melecehkan kehadiran khatib dan keagungan hari Jum’at. Dan kelima, melecehkan ucapan Rasulullah berikut :

أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ

Abu Hurairah mengabarkan, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika kamu berkata kepada temanmu pada hari Jum'at 'diamlah', padahal Imam sedang memberikan khutbah maka sungguh kamu sudah berbuat sia-sia (tidak mendapat pahala)." (HR. Bukhari No. 882).

Belum lagi jika adzan telah berkumandang, sejujurnya masih ada di antara Muslim yang masih mamatut-matut di layar Facebook. Tapi hati-hati, bisa saja layar Facebooknya online, namun usernya sedang berdiri berjamaah di masjid. Bisa saja.

Teknologi atau Muslimnya sih yang salah?

Ada yang berargumen: ”Teknologinya yang salah, sebab kehadirnnya memancing orang dan membentuk mindset orang untuk berbuat salah. Kalau tidak dibuat HP-HP atau facebook itu, orang itu tidak akan mengabaikan segala tata tertib dan sarat rukun berjum’at. Makanya jangan terlalu ”beriman” kepada buatan orang kafir. Buatan orang kafir lebih banyak bahayanya dari pada manfaatnya.”

Ada lagi argumen yang lain: ”Bukan, bukan teknologinya yang salah, tapi orang Muslim itu yang tidak dewasa berhadapan dengan teknologi. Bagaimana pun, kehadiran teknologi hanya sebatas sarana. Ia hanya berfungsi bila dijalankan oleh manusia. Manusianya saja yang tidak mengerti aturan saat kapan dan di mana teknologi itu dimanfaatkan. Toh, HP itu tidak menuntut kalo dia dimatikan saat sedang Jum’atan.”

”Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: 'Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu.' Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: 'Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu; sesungguhnya aku dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya aku takut kepada Allah.' Dan Allah sangat keras siksa-Nya.” (terjemah QS. Al-Anfal [8] : 48).

Ya Allah, ampuni saya. Wahai teman, maafkan saya.

Profesional Kunci Sukses Dunia Akhirat


Oleh Yuli Wasini Santoso

“Barang siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin termasuk orang yang beruntung, barang siapa hari ini sama dengan hari kemarin termasuk orang yang lalai dan barang siapa hari ini lebih buruk dari hari kemarin termasuk orang yang merugi.”

Rangkaian kalimat diatas merupakan sebuah hadist popular yang bisa kita jadikan motivasi untuk senantiasa memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik dan masuk dalam golongan orang–orang yang beruntung. Arti beruntung dalam kalimat ini bukan beruntung dari sisi materi saja atau bersifat duniawi tapi beruntung dalam arti sukses dunia akhirat.

Bagaimana kita bisa meraih sukses dunia dan akhirat ? Bagaimana kita bisa termasuk orang-orang yang beruntung ? Tentu saja tidak semudah membalik telapak tangan, akan tetapi bukan suatu kemustahilan kita bisa meraih kesuksesan tersebut. Dengan senantiasa memperbaharui niat kita dan dengan formula yang jitu insya Allah kesuksesan dunia akhirat bisa kita raih. Kunci nya adalah menerapkan sikap professional pada setiap langkah-langkah kehidupan kita. Benarkah kita sudah bersikap professional ?

Kita bisa mengukur sikap professional kita dengan cara antara lain :

  1. Sabar, arti sabar di sini adalah berfikir sebelum bertindak. Yaitu tidak mengedepankan emosi sehingga tindakan yang akan dilakukan tidak merugikan atau menyakiti orang lain. Contoh yang sederhana dan sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat adalah ada dua orang ibu yang tidak saling menyapa berhari-hari hanya karena perselisihan anak. Seperti kita ketahui dunia anak-anak memang seperti itu, sebentar gaduh masalah sepele tapi tak berselang lama mereka sudah akur kembali, sementara kedua orang tua belum akur. Hal tersebut tidak akan terjadi jika kedua pihak bisa bersifat sabar sehingga tindakan yang dilakukan tidak menciderai nilai-nilai yang kehidupan bertetangga yang sudah dibangun lama yang akhirnya musnah sekelip mata.
  2. Lapang dada, arti lapang dada di sini adalah siap menerima masukan atau kritikan.Tidak semua masukan atau kritikan itu bersifat menjatuhkan atau mendiskreditkan suatu pekerjaan justru dari masukan atau kritikan itu bisa menjadi bahan evaluasi dari pekerjaan yang sudah kita lakukan dan bisa menjadi tolok ukur langkah selanjutnya.
  3. Tidak meremehkan orang lain, arti tidak meremehkan orang lain ini adalah memandang semua pekerjaan itu penting, setiap orang yang kita jumpai itu orang penting buat kehidupan kita tanpa memandang pangkat, derajat dan kedudukan. Namun sering kita jumpai seseorang akan bersikap hormat jika bertemu orang yang berpangkat atau lebih tinggi posisi pekerjaannya, sebaliknya akan memandang remeh pada orang yang pekerjaannya di nilai hina missal pembantu rumah tangga, kuli bangunan, tukang sapu jalan dan lain sebagainya.

Ketika ketiga prinsip tersebut diatas terpatri dalam sanubari kita, bisa dipastikan setiap gerak, langkah dan pikiran akan bersinergi menuju sikap professional yang akan menghantarkan kita pada kesuksesan dunia dan kesuksesan akhirat. Dan sudah bisa dipastikan kita akan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung.


Wallahualam.

Sang Pencerah Ataukah "Sang Pengacau"?


Oleh Yogie Edi Irawan

“Akh, udah nonton film Sang Pengacau belum?”

Sebuah SMS dari sahabatku.

Sang Pengacau? Filmnya K.H Ahmad Dahlan itu? Koq Pengacau?!?!”

“Iya. Kan pengacau itu. Ngacaukan arah kiblat, ngacaukan takhayul, bid’ah dan khurafat. He he he...”

Ini hanya guyonan sahabatku saat menunggu pintu masuk menonton film “Sang Pencerah”.

***

Film itu bercerita tentang seorang pemimpin pergerakan Muhammadiyah. Muhammad Darwis nama kecilnya. Pemuda Jawa tumbuh sebagaimana pemuda yang lainnya. Pada lingkungan yang sama tempat anak-anak yang lain berkembang, pada pendidikan yang sama, pada kultur dan budaya yang sama. Ia juga menyaksikan rusaknya aqidah umat, kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan yang sama akibat penjajahan kolonial Belanda saat itu. Dari sedikit biografi yang pernah saya baca tentang Darwis muda, tidak ada yang istimewa.

Namun, hasilnya kemudian berbeda. Ia muncul sebagai pembaharu dan pemimpin. Lantas, dimanakah rahasianya? Belajar dari sejarah para pahlawan Mukmin, ada dua faktor.

Pertama, semua itu sepenuhnya adalah karunia Allah SWT untuk masyarakat yang hidup di zamannya. Sebab, Rasulullah saw pernah bersabda, “Jika Allah SWT meridhai suatu kaum, maka Allah akan mengangkat orang-orang terbaik dari mereka sebagai pemimpin. Dan jika Allah memurkai suatu kaum, maka Allah akan mengangkat orang-orang terjahat dari mereka sebagai pemimpin.” (HR. Tirmizi)

Kedua, Dahlan muda mempersepsi lingkungannya dengan cara yang berbeda dari kebanyakan orang. Pada banyak orang di masyarakatnya, keterbelakangan akibat penjajahan dianggap sebagai nasib yang niscaya dan tidak dapat diubah. Dahlan justru melihat keterbelakangan itu sebagai objek yang harus diubah dan kendali perubahan itu ada pada manusia. Jadi, sejak awal ia berpikir sebagai pelaku dan perubah. Dia mungkin lapar, tetapi ia lebih banyak memikirkan kemiskinan sebagai fenomena sosial yang harus diubah. Dia mungkin dari keluarga tidak terdidik, tetapi dia kemudian berpikir menjadi otodidak dan mengembangkan pendidikan. Begitulah akhirnya ia menjadi Sang Pencerah.

Akan tetapi, tanpa tahu kisah hidup beliau dari film atau biografinya, mungkin hanya sedikit orang yang tahu berapa besar pajak yang harus dibayar hingga namanya turut meghiasi zamrud khatulistiwa yang mengalungi sejarah Indonesia. Kita juga tidak pernah tahu bagaimana beliau mengalami keterasingan, isolasi, dan ditinggalkan kaumnya. Saat itu, tidak semua orang dapat memahaminya. Saat itu dia sedikit, bahkan sendiri. Disebut sebagai “pengacau”, ketika keyakinan leluhurnya tentang Islam yang berbau mistik coba untuk diluruskan. Saat namanya mengenang dalam sejarah, dia sudah tiada. Mungkin juga dia tidak pernah tahu, jika satu abad kemudian kisah hidupnya difilmkan bukan sebagai “Sang Pengacau”, tapi “Sang Pencerah.” Dan memang seperti itu jalan dakwah para Rasul dan penerusnya. Mulanya disebut pengacau, tetapi keikhlasannya dalam memberikan kontribusi pada umat, mengabadikan namanya dalam ingatan manusia justru ketika ia sudah tiada sebagai Sang Pencerah.

Lalu, apakah hari ini yang diperjuangkan KH. Ahmad Dahlan untuk membersihkan aqidah umat dari syirik, khurafat, dan bid’ah sudah berhasil? Belum. Ternyata musuh-musuh dakwah membingkainya dengan sangat cantik. Ternyata kebathilanpun lebih terorganisir. Kesyirikan sekarangpun berpindah dari tempat-tempat keramat seperti pohon besar, kuburan, berpindah ke majalah-majalah mingguan horoscop, televisi, internet, bahkan ada yang berlangganan melalui ponsel pribadinya. Meskipun di daerah-daerah terpencil syirik kuno itu masih banyak yang melakukannya. Karena memang belum tersentuh dakwah Islam. Butuh kerja keras dari para generasi penerusnya. Bukan hanya tugas Muhammadiyah, tapi setiap lapisan masyarakat yang kini mulai tinggi tingkat keberagamaannya

Zaman KH. Ahmad Dahlan, hari ini, atau bahkan setiap zaman, selalu ada pembangkangan aqidah, dan perusakan moral. Dan dari setiap potongan zaman, akan selalu ada pahlawan Mukmin yang lahir sebagai pelaku yang membenahi kerusakan-kerusakan yang terjadi dalam masyarakat. Dan setiap perbaikan itu pelakunya adalah anak-anak muda.

Ada pemuda seperti Ibrahim yang membabat berhala kemusyrikan dan menentang tirani Namrudz. Ada Musa yang menyelamatkan Bani Israel dari penyembahan terhadap Fir’aun. Ada Shalahudin Al-Ayyubi yang membebaskan Yerusalem dari tentara salib. Thariq bin Ziyad yang menaklukan Andalusia. Mimpi kaum Muslimin untuk menaklukan Konstatinopel pun di pimpin pemuda belia Muhammad Al-Fatih Murad.

Di Indonesia sendiri, setiap krisis yang melanda negeri ini dalam setiap potongan zamannya, hanya dapat diatasi oleh anak-anak mudanya. Kebangkitan Nasional 1908, dipelopori oleh anak-anak muda Boedi Oetomo. Sumpah pemuda 1928 pun pastinya digagas oleh anak-anak muda dari seluruh nusantara. Kemerdekaan Indonesia 1945 juga bukan semata-mata perjuangan dari tokoh-tokoh seperti Soekarno ataupun Hatta. Tetapi desakan keras dari para pemuda Indonesia untuk menculik kedua tokoh tersebut agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Krisis terus berjalan memasuki era orde lama yang dipimpin Soekarno. Kearoganan Soekarno tumbang juga oleh anak-anak muda yang tidak puas dengan kediktatoran Soekarno. Memasuki Orde Baru pun tak jauh berbeda. Soeharto juga lengser dengan cara yang tidak enak dikenang. Dan itu juga oleh anak-anak muda.

Zaman memang sudah berganti. Tetapi sejarah akan selalu diulang. Penodaan aqidah, kerusakan moral, kemiskinan, kebodohan dan masih banyak lagi persoalan yang terus menghayuti negeri ini. Jika setiap potongan zamannya selalu ada pembaru yang membawa perubahan? Lalu kemanakah dia? Apakah dia ada dinegeri ini? Saya hanya khawatir dengan sabda Rasulullah sebelumnya “Dan jika Allah memurkai suatu kaum, maka Allah akan mengangkat orang-orang terjahat dari mereka sebagai pemimpin.”

Tidak. Masa depan negeri ini tidak ditentukan seperti apa pemimpinnya hari ini. Tapi ditentukan seperti apa pemudanya hari ini. Karena pemimpin negeri ini kelak adalah para pemuda yang hari ini mau melakukan perubahan. Sebuah kehidupan yang terhormat dan berwibawa yang dilandasi keadilan masih mungkin dibangun di negeri ini. Tidak peduli seberapa berat krisis yang menimpa kita saat ini. Tidak peduli seberapa banyak kekuatan asing yang menginginkan kehancuran bangsa ini. Masih mungkin. Dengan satu kata: para pemudanya.

Tapi adakah hari ini pemuda seperti Darwis dihadapan kita? Ada. Para pemuda seperti Darwis ada disini. Mereka sedang membaca tulisan-tulisan kacau ini. Mereka adalah aku, kau dan kita semua. Mereka bukan orang lain. Mereka hanya belum memulai. Mereka hanya perlu berjanji untuk bergerak melakukan perubahan; dan dunia akan menyaksikan gugusan pulau-pulau ini menjelma menjadi untaian kalung zamrud yang menghiasi peradaban dunia yang baru.

“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (Al-Kahfi: 13)



Wallahualam bi shawab

Jumat, 17 September 2010

Kesalahan Pola Hati


Semenjak saya menanam pepaya dan pohon kersen di depan rumah, banyak orang yang bertamu komentar tentang pepaya dan pohon kersen tersebut. Sembilan puluh sembilan persen orang yang datang kerumah, termasuk beberapa orang yang datang hari ini berkomentarnya dengan kesalahan pola hati.

Ketika mereka melihat pohon kersen misalnya selalu komentarnya, nanti banyak ulatnya dan itu menjijikkan serta menakutkan, hanya satu persen yang komentar nanti akan banyak kupu-kupu dan kalau menggunakan laptop dibawahnya dengan kekuatan wifi, bisa jelajah dunia dengan biaya murah dan sejuk banget udaranya, sambil menikmati buah kersen.

Setelah saya telusuri dari tamu-tamu itu selama satu tahun, persis semenjak kami menanam pepaya dan pohon kersen itu, bagi yang komentarnya dari sisi negatif menurut versinya, dampak kehidupannya secara ekonomi, persahabatan, seni menghadapi hidup, ketenangan hati, visioner kehidupan, bersahabat dengan masalah dan lain sebagainya, lebih terlihat sangat statis, masalah kehidupannya berputar disitu-situ saja tanpa perubahan yang berarti. Paling yang berubah hanya usianya yang semakin bertambah dan masalah kehidupannya yang semakin bertumpuk. Beda yang satu persen lainnya, yaitu yang lebih memandang indahnya kupu-kupu dan sejuknya udara, mereka lebih dinamis, ceria, awet muda, visioner dan lain sebagainya.

Sahabat CyberMQ

Inilah mungkin, salah satu aplikasi kehidupan spiritual yaitu Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Jadi apa yang ada dalam pola hati kita, nanti akan mempengaruhi pola pikir kita. Apa yang ada dalam pola pikir kita, nanti akan mempengaruhi pola ucap kita. Apa yang ada dalam pola ucap kita, nanti akan mempengaruhi pola prilaku kita. Apa yang ada dalam pola prilaku kita, nanti akan mempengaruhi kebiasaan kita. Apa yang ada dalam pola kibiasaan kita, nanti akan mempengaruhi pola karakter kita. Dan .... kawan ... apa yang ada dalam karakter kehidupan diri kita, nanti akan menjadi diri kita.

Jadi ..... kita tinggal pilih saja .... Bagaimana pendapat sahabat???

Oleh : CyberMQ

Sabtu, 11 September 2010

Lebaran = Bermaafan, Silaturahmi = Berbagi


Oleh Abi Sabila

Berlama-lama di dalam pusat perbelanjaan bagiku bukanlah hal yang selalu menyenangkan, tapi malah menguji kesabaran dan juga keimanan. Betapa tidak, hanya untuk membeli satu dua kebutuhan, terkadang harus berdiri dalam antrian panjang dan memakan waktu yang cukup lama. Kalau soal hemat —konon harga di pusat perbelanjaan lebih murah dibanding harga di warung sekitar rumah— rasanya tidak terlalu bisa dipastikan, sebab seringkali justru terpancing promosi hingga membeli sesuatu yang sebenarnya tidak atau belum terlalu dibutuhkan. Alasan yang sebenarnya mengapa kami sesekali berbelanja di supermarket hanyalah karena tidak perlu berpindah-pindah tempat untuk mendapatkan aneka macam kebutuhan.

Tapi, saat itu aku bersyukur sekali berada diantara para calon pembeli yang berdiri dalam antrian panjang di depan kasir. Sebuah pelajaran berharga kudapat dari seorang laki-laki yang sederhana dan bersahaja.

“Belanjanya banyak sekali Pak, persiapan untuk mudik ?” tanyaku berbasa-basi pada laki-laki berbaju biru yang berdiri di depanku.

Sebelum menjawab, laki-laki itu tersenyum padaku. “Tidak kok, Mas. Tahun ini kami tidak mudik“ jawabnya ramah. Di akhir jawaban, sebuah senyum ramah dan bersahabat kembali ia berikan.

“Kenapa Pak?” tanyaku spontan. Sesaat kemudian aku merasa menyesal dengan kelancanganku menanyakan hal ini pada seseorang yang baru pertama kali bertemu, bahkan namanyapun aku belum tahu. Sungguh, aku tiada bermaksud memasuki area privasinya, pertanyaanku hanya reflek saja.

Aku ingin buru-buru meminta maaf, tapi laki-laki itu sudah lebih dulu menjawab. Dengan suara yang tak berubah —tetap ramah— laki-laki itu bercerita mengapa tahun ini dia dan keluarganya tidak merayakan lebaran bersama keluarga besarnya di kampung.

Semula laki-laki yang menurut perkiraanku umurnya belum sampai empat puluh tahun ini berencana merayakan Idul Fitri di kampung halamannya, sebuah kota kecil di Jawa Tengah seperti tahun sebelumnya. Namun, indah yang mereka bayangkan sepertinya kali ini tidak akan menjadi kenyataan. Sebuah ujian hidup baru saja mereka jalani. Ujian yang erat kaitannya dengan biaya, hingga rencana yang sudah dipersiapkan berubah semuanya. Dan keputusan untuk tidak mudik adalah keputusan yang terbaik bagi keluarga mereka. Aku mendengar penuturan laki-laki ini seperti mendengarkan ceritaku sendiri. Ada kesamaan antara aku dan dia. Ada kemungkinan tahun ini aku dan keluargaku juga batal merayakan idul fitri bersama keluarga di kampung, dengan alasan yang senada.

“Kalau tidak mudik, tapi kok belanja kuenya banyak banget. Apa mau dikirim lewat jasa pengiriman?“ Aku kembali bertanya, dan lagi-lagi bukan maksudku untuk tahu terlalu jauh tentang laki-laki ini. Pertanyaanku muncul karena aku melihat dua kardus biscuit dalam trolley yang didorongnya.

Laki-laki itu mendorong kerangjang belanjaannya, merapat pada calon pembeli di depannya. Aku mengikuti apa yang ia lakukan. Posisi kamipun kembali berdekatan. Dengan tutur kata seramah yang pertama, laki-laki ini menceritakan untuk apa ia membeli biskuit sebanyak itu. Bukan untuk dikirim kepada keluarganya di kampung, melainkan untuk dibagi dengan saudara-saudaranya sebagai buah tangan saat mereka bersilaturahmi lebaran nanti. Selain keluarga besarnya di kampung, laki-laki ini juga mempunyai banyak saudara sepupu yang kebetulan tahun ini tidak mudik. Ada juga yang sudah beberapa tahun tidak pernah lebaran di kampung karena mereka sudah menetap di sini.

Ada satu yang menarik perhatianku saat laki-laki ini mengatakan bahwa kue-kue itu akan ia bagi-bagikan kepada saudaranya sambil bersilaturahmi nanti. Bukankah alasan dia tidak mudik karena masalah biaya, mengapa dia memaksakan diri membeli kue sebanyak itu? Bukankah silaturahmi tidak harus dengan membawa kue atau apapun sebagai buah tangan? Pastilah laki-laki ini seorang yang murah hati, senang berbagi.

“Kami memang tidak mudik tahun ini karena biaya yang tidak mencukupi, atau kalau sedikit dipaksakan sebenarnya sih bisa saja, hanya kami memiliki pertimbangan lain. Insya Allah, kami akan mudik setelah lebaran, segera setelah kondisi keuangan kami normal kembali. Dan kalau untuk sekedar membeli kue-kue ini, dengan rezeki yang ada kami masih bisa membelinya. Kami ingin sekali-sekali tangan kami berada di atas“ jawab laki-laki ini tanpa ada kesan sombong sedikitpun.

“Ada beberapa saudara sepupu kami yang tahun ini juga merayakan lebaran di sini. Mereka mempunyai anak yang masih kecil-kecil. Tak tega rasanya kalau kami datang tanpa membawa sesuatu buat mereka. Kalau dengan membawa buah tangan bisa membuat silaturahmi menjadi lebih berkesan, mengapa tidak? Bagaimanapun kami juga ingin berbagi rezeki, insya Allah kami ikhlas“ dia melanjutkan.

Aku menyimak semua yang dikatakan laki-laki ini dengan rasa kagum. Tak kusangka, dibalik kesederhanaanya, jiwa dan semangat berbaginya begitu tinggi. Jarang ada orang yang memikirkan orang lain sampai sejauh itu, apalagi ketika rencana-rencananya sendiri gagal karena masalah biaya.

Aku teringat dengan pak Karim dan istrinya yang berkeliling kampung demi mendapatkan sesuatu yang pantas mereka jadikan buah tangan saat silataurahmi lebaran. Saat itu hari terakhir puasa, tapi mereka belum memiliki apapun yang bisa mereka bawa saat bersilaturahmi esok hari. Sebenarnya bisa saja mereka bersilaturahmi tanpa membawa apapun, toh silaturahmi tidak mengharuskan itu dan saudara-suadara merekapun paham dengan kondisi keluarganya. Namun pak Karim dan sang istri bersikeras untuk membeli kue ala kadarnya, meski harus mendatangi beberapa toko hingga ke pelosok kampung. Kalau mereka punya uang lebih, tentunya mereka tidak perlu mendatangi toko hingga ke sudut kampung. Mereka tinggal datang ke minimarket atau supermarket, pilih kue mana yang diinginkan. Tapi masalahnya adalah uang yang mereka miliki tidak cukup untuk kue berkelas semacam itu. Dalam keterbatasan, mereka tetap ingin berbagi, dengan cara mereka, sesuai dengan uang yang mereka miliki.

Bukan, sama sekali bukan karena gengsi. Apa yang mereka lakukan adalah sama, ingin sesekali merasakan tangan di atas. Mereka tidak mau keterbatasan ekonomi menghalangi mereka untuk memberikan rasa bahagia pada orang lain. Mereka memaknai lebaran sebagai saat yang tepat untuk saling memaafkan sekaligus mempererat silaturahmi. Dan silaturahmi yang mereka inginkan adalah silaturahmi yang berkesan, salah satunya dengan memanfaatkan silaturahmi sebagai momen untuk berbagi. Berbagi kebahagiaan, kebaikan dan juga berbagi rezeki. Bagaimana menurut anda?

Bijak Dalam Beramal


Oleh Titikmilasari

Sabtu pagi ketika kami sedang berkumpul di rumah, datanglah seorang pengemis memberi salam. Seorang anak muda dengan membawa karung kecil dipundaknya. Bergegas aku ke dalam untuk mengambil beras dan sedikit uang….

Anakku nomor tiga yang berusia 4 tahun pun ikut sibuk,. Ia segera keluar, lalu bertanya ke pengemis tersebut “Emang berasnya udah habis yach, ko’ minta beras ke sini??”…ups..qqqq…qqq…dari dalam aku geli juga mendengarnya. Kakaknya yang berusia 6 tahun mengingatkan adiknya “De’ jangan ngomong gitu, gak sopan”…..Sementara si pengemis hanya tersenyum sambil malu-malu…

Lain waktu pula ada seorang nenek renta datang ke rumah, lalu aku persilahkan untuk duduk dulu diteras. Lalu kami berikan makanan dan uang ala kadarnya. Nah, anakku yang sama, bertanya pula ke nenek tersebut "Emang Nenek gak punya rumah, ko’ duduk dirumah aku???”” Ups……..keluar lagi dech celotehannya.. . Aku meminta maaf ke nenek tersebut, lalu menjelaskan bahwa “memang umi yang mempersilahkan nenek tersebut untuk duduk di sini.”

Sementara si nenek hanya tersenyum sambil mencandai anakku. Aku akui anakku ini memang cerdas dan kritis (semoga menjadi anak yang sholeh dan bertaqwa..). Hanya terkadang kekritisan dan kepolosannya sering membuat aku khawatir, khawatir menyinggung perasaan orang lain……

Mungkin pesan yang ingin disampaikan oleh anakku ini adalah kenapa dia meminta??? Menurutnya meminta itu perlu ada alasan.

Jika ingat pertanyaan-pertanyaan anakku, aku jadi teringat peristiwa di bis ketika bersama teman kantor sepulang kerja. Ada seorang pengamen laki-laki muda dengan menggendong anak kecil.

Lalu temanku ini berkomentar “Saya malas ngasih orang seperti ini, memanfaatkan anak-anak untuk cari uang, pemalas aja…..(pikirku ada benarnya juga, mungkin temanku berprinsip perlu selektif dalam beramal, perlu alasan yang syar’i kenapa dia meminta-minta)

Awalnya aku sependapat dengan temanku tersebut…Esoknya aku yang terbiasa naik turun bis menuju kantor mencoba untuk selektif memberi kepada pengemis. Hi..hi…hi.. alhasil dari berangkat hingga pulang aku tidak beramal sama sekali…..karena rasanya di Jakarta ini sulit untuk selektif dalam beramal ………….. (Toh tidak mungkin kita menanyakan satu persatu alasan kenapa dia meminta-minta). Karena umumnya pengemis-pengemis di Jakarta ini berbadan sehat. Hanya ditambahi aksesoris berpakaian lusuh, sambil menggendong anak atau yang lainnya lah, yang memang mengundang orang lain untuk iba.

Memang Islam juga mengatur hal tersebut, sebagaimana dalam hadits Yang diriwayatkan oleh Qobishah bin Al Mukhiriq Al-Hilaly Rosululloh saw bersabda , “ Hai Qobishah meminta-minta tidak dihalalkan kecuali bagi 3 orang : pertama, orang yang memiliki hutang, hingga ia dapat menutupi hutangnya kemudian ia berhenti meminta. Kedua, orang yang tertimpa musibah hingga menghabiskan seluruh hartanya dan ketiga orang yang ditimpa kemelaratan hingga 3 orang yang berakal dari kaumnya membuat persaksian” ………(HR Muslim 1044).

Dan Allah SWT pun memerintahkan kita untuk berinfak kepada orang-orang fakir yang berjihad di jalan Allah dan kepada orang-orang disangka kaya tapi sebenarnya mereka berusaha menahan diri dari meminta-minta (ta’affuf) sebagaimana yang tertuang dalam QS Al-Baqoroh : 273. Dan banyak pula larangan-larangan Allah kepada hamba-Nya untuk meminta-minta,sebagaimana dalam salah satu hadits Ibnu Umar dari Rosululloh SAW bersabda “senantiasa seseorang meminta-minta hingga ia datang pada hari kiamat tanpa membawa sekerat dagingpun diwajahnya / malu” (Muttafaqun ‘Alaihi).

• Tapi bukankan Allah juga banyak memerintahkan kita untuk berinfak??? Salah satunya dalam firman Allah “Wahai orang2 yang beriman! Infakkanlah sebagian dari rezeki yg telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan dan tidak ada lagi syafa’at…….. QS Al-Baqoroh ; 254.

Pun Rosululloh saw pernah bersabda “barangsiapa yang meminta dengan menyebut nama Allah maka berilah; barangsiapa yg meminta perlindungan dengan menyebut nama Allah maka lindungilah; barangsiapa yg mengundangmu maka penuhilah undangannya; dan barangsiapa yg berbuat kebaikan kepadamu maka balaslah kebaikannya itu, tetapi jika kamu tidak dapat membalasnya maka do’akanlah untuknya dengan sungguh-sungguh sampai kamu merasa bahwa kamu sudah mebalas kebaikannya”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra.)

• Dan bukankan juga Allah memerintahkan kepada kita untuk menjauhi prasangka??? sebagaimana yang tertuang dalam firman-Nya “…………Jauhilah prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa………QS Al-Hujurat ;12

Dan dalam sabdanya Rosululloh SAW berkata “jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta ( diriwayatkan oleh Abu Hurairah).

• Dan pula Allah SWT pun memerintahkan kita untuk mengucapkan perkataan baik??? Sebagaimana dalam Firman-Nya “…………dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim dan orang2 miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia……..” QS Al-Baqoroh ; 83.

Serta QS Al-Baqoroh ; 263 “perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti……”.

Jadi alangkah baiknya kita sebagai seorang mukmin, selain perlu selektif dalam beramal kita pun harus bijak dalam beramal. Jika kita ingin memberi, berilah dengan cara yang ihsan. Jika kita merasa tidak ingin memberi, tolaklah dengan cara yang santun serta jauhilah dari berprasangka… Karena kita tidak tahu, alasan apa yang sebenarnya hingga seorang pengemis rela terjun sebagai peminta-minta. Wallahu a’lam bishowab.

(“jangan kamu remehkan kata-kata dari anakmu, sebab terkadang dari situlah awal perubahan dalam hidupmu,” perkataan DR. Sa’ad Riyadh dalam bukunya “Abaa’ wa Abnaa’).

Jumat Berharga


Jumat Berharga

Oleh Anung Umar

Di hari Jumat ini saya mendapatkan beberapa "kejutan" yang berharga. Semua itu bermula ketika saya berangkat ke masjid di dekat rumah untuk menunaikan shalat Jumat. Ketika sampai di masjid, terlihat beberapa polisi dan mobil ambulan diparkir dekat masjid.

Saya bertanya-tanya dalam hati ada apa polisi banyak berdatangan ke sini? Dan ada apa pula ambulan di sini? Saya bertanya kepada tetangga yang kebetulan ada di situ, "Ada Gubernur ya? Kok rame gitu? " Itu yang saya kira awalnya. Karena memang kondisinya mirip ketika Gubernur DKI datang ke tempat itu. Ia menjawab, "Nggak, itu ustadz fulan (tidak perlu saya sebutkan namanya) meninggal. " Inna lillah wainna ilaihi raji'uun... Ustadz yang selama ini mengajar dan mengisi khutbah di masjid ini meninggal.

Tetangga saya yang lain mengabarkan bahwa meninggalnya itu mengagetkan banyak orang karena tidak didahului dengan penyakit atau kecelakaan, pokoknya sebelumnya sehat wal afiat. Meninggalnya diketahui di waktu sahur, tatkala anaknya membangunkannya untuk bersantap sahur. Ia sempat bangun dan sedikit menjawab, lalu tidur lagi dan tidak bangun lagi seterusnya. Setelah mendengar penuturan tetangga saya tadi, saya pun masuk ke masjid, shalat tahiyyatul masjid kemudian membaca Al-Quran, sambil menunggu datangnya khotib. Tidak berapa lama khotib pun naik mimbar menyampaikan khutbah.

Khotib memulai khutbahnya dengan mengingatkan hadirin jamaah Jumat untuk mengisi Ramadhan dengan amal-amal saleh. Khotib mengingatkan apakah hadirin di hari-hari yang penuh berkah ini [baca: Ramadhan] sudah pernah menangis karena takut kepada Allah, takut akan siksa-Nya dan takut terhadap dosa-dosa yang telah dikerjakan? Ya Allah, kenapa saya lalai dari ini? Berlalu dua pertiga Ramadhan tapi kondisi saya masih...

Kemudian khotib berkata, "Sudahkah kita menangis karena takut kepada Allah? Atau kita menangis hanya karena kesulitan hidup? Khawatir tidak bisa makan besok? Atau karena ditinggalkan orang yang kita sayangi saja? " Subhanallah! Betul juga, kenapa yang selama ini ditangisi dan ditakuti hanya masalah dunia? Kenapa yang selalu muncul di kepala "takut miskin", "takut menganggur", "takut tidak dapat kerja" dan yang semisal dengannya! Bukankah adzab kubur dan neraka lebih menakutkan dibandingkan semua itu?

Kemudian khotib membacakan suatu hadits Nabi yang maknanya: “Wahai manusia, menangislah, jika kalian tidak dapat menangis, berusahalah untuk menangis. Karena sesungguhnya penduduk neraka akan menangis sampai air mata mereka mengalir ke pipi-pipi mereka seperti anak sungai hingga air mata mereka habis. Setelah habis, yang keluar bukan lagi air mata akan tetapi darah. " Naudzubillah min dzalik.. Suasana seperti mencekam, sampai-sampai saya melihat orang-orang yang ada di depan saya seolah-olah terperangah mendengarnya, karena selain isi hadits yang "menakutkan", khotib juga membacanya seperti orang yang merintih kesakitan.

Kemudian di akhir khutbah khotib kembali mengingatkan agar jangan ketakutan kita terhadap masalah dunia mengalahkan ketakutan kita terhadap prahara hari kiamat. Khatib berkata, "Kenikmatan dan kesengsaraan di dunia itu sementara, Berapa lama sih kita hidup di dunia? Mungkin paling lama sampai usia tujuh puluh tahun, sedangkan kenikmatan dan kesengsaraan di akhirat tidak berujung dan berpenghabisan. " Subhanallah! Betul juga, kenapa kita harus bersedih dan takut dengan kesengsaraan di dunia yang sementara ini?! Kenapa kita harus putus asa dan tidak sabar dengan kesusahan yang sering dirasakan, padahal kalau dibandingkan kesusahan yang dirasakan di akhirat nanti tentu kesusahan sekarang ini sangatlah sebentar dan tak seberapa!

Selesailah khutbah, lalu dilanjutkan dengan shalat Jumat. Kemudian setelah itu diumumkan kepada jamaah bahwa akan diselenggarakan shalat jenazah yaitu menyolati jenazah ustadz yang meninggal tadi. Yang membuat saya heran ketika itu, siapa sangka seorang ustadz "kampung", sosok sederhana yang jauh dari ketenaran, yang hanya mengajar ngaji dan mengisi khutbah, yang memiliki rumah hanya tipe RSSS (rumah sangat sederhana sekali) yang bila ingin menuju ke rumahnya harus melalui gang-gang sempit, ternyata dishalati orang-orang "besar" seperti Kapolsek dan Camat beserta para staf keduanya. Bahkan ada juga aparat TNI yang ikut menyolatinya, entah itu Danramil atau siapa, yang jelas saya yakin kalau ia aparat TNI yang memiliki jabatan lumayan tinggi.

Lantas kok bisa orang-orang "besar" itu kenal dengannya? Ternyata "rahasia" itu terkuak setelah salah seorang pengurus masjid memberitahukan bahwa ustadz ini selama hidupnya selain mengajar di masjid beliau juga ternyata merangkap sebagai dai Kamtibmas. Oh pantas..Tapi walaupun begitu tidak mengurangi kekaguman saya kepadanya mengingat kesahajaannya.

Cukup mengagumkan. Akan tetapi yang lebih mengagumkan lagi, di malam hari yang besoknya ia meninggal, ia sempat mengirim SMS ke Kapolsek dan itu adalah SMS terakhir yang diterima darinya(ustadz itu). Apa isinya? Di hadapan kami, jamaah yang ingin menyolati jenazahnya, Kapolsek membacakan isi SMS itu dengan mata berkaca-kaca, sayangnya saya tidak hafal seluruh kata-katanya, akan tetapi intinya ia menasehati Kapolsek untuk meningkatkan ketakwaan dan keimanan di bulan Ramadhan ini dan hendaknya tatkala menghadapi berbagai masalah memperbanyak dzikir (mengingat) Allah. Subhanallah! SMS terakhir sebelum meninggal! Nasehat terakhir di akhir hidupnya! Semoga Allah merahmatimu, melapangkan kuburmu dan menempatkanmu di tempat yang diridhai-Nya, wahai ustadz!

Jumat, 10 September 2010

SELAMAT HARI RAYA 'IDUL FITRI 1431 H



بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ

Ya اَللّهُ ..........
Jadikanlah puasa ku, puasa saudara2 ku, puasa teman2 ku , puasa sahabat2 ku dan puasa orang2 yang aku cintai disertai dengan rasa syukur dan diterima oleh Mu, diridhoi oleh Mu serta diridhoi oleh rasul Mu, dan disertai pula oleh kekuatan keberkatan Mu. Demi kenabian Muhammad SAW dan keluarganya yang suci, segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam.

Ya اَللّهُ ............
Ampunilah kesalahan dan dosa kami, dosa2 kami yang besar
dan kecil, yang terlihat maupun tersembunyi, dosa2 kami yang dahulu, yang kini dan dikemudian hari serta terimalah taubat kami. Ya Allah betapa meruginya hidup ini tanpa ampunan dari Mu.

Ya اَللّهُ ............
Mudahkanlah segala sesuatu yang sulit bagi kami, mudahkanlah rezeki kami, berikanlah kepada kami ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, berikanlah kesehatan pada diri kami serta muliakanlah diri kami.

Ya اَللّهُ ...........
Bila ada Saudara,teman, sahabat dan orang2 yang aku
cintai saat ini menderita sakit maka sembuhkanlah seperti keadaannya sedia kala dan jadikanlah rasa sakitnya sebagai
penawar dosa, bila diantara kami ada yang hatinya sedang
bersedih rubahlah menjadi bahagia kembali dan jauhkanlah
dari rasa putus asa, dan bila diantara kami ada yang
sedang dalam kesesatan berilah jalan keluar serta
bukakanlah mata hati dan pikirannya.

Ya اَللّهُ ....
Jadikanlah kami orang2 yang selalu bersyukur akan karunia dan anugerah Mu, dan selalu mengingat akan nikmat yang telah Engkau berikan, sederhanakanlah hati kami dan jauhkanlah kami dari rasa sombong, iri dan dengki , anugerahkanlah pada akhir hidup kami sebagai insan yang Khusnul Khatimah dan bahagiakanlah kami dunia-akhirat.

Ya اَللّهُ .........
Ramadhan akan berlalu, namun aku mohon kepada Mu....biarkan rasa nikmat ramadhan itu tetap tinggal dihati kami serta segala hikmah dan hidayah ramadhan Mu jangan sampai lenyap dari hati kami, perbaikilah shalat kami, tetapkanlah iman dan takwa kami kepada Mu
dan berilah kami kesempatan untuk berjumpa dengan indahnya Ramadhan Mu kembali.....Ya Allah...

Ya اَللّهُ .........
Ramadhan akan segera berlalu......tapi aku yakin Engkau selalu akan dihati kami, terima kasih Ya Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.....biarlah air mata dan keikhlaslan hati ini menjadi saksi dari ketulusan doa ku.......Amin Ya Robbal Alamin.

"ROBBANA TAQOBBAL MINNAA INNAKA ANTAS SAMII'UL 'ALIIM. WA SALLALLAHU 'ALA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA' ALAA ALIHI WA SHOHBIHI WA SALLAM".

( Ya Allah Ya Tuhan kami, kabulkanlah segala permohonan kami karena sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Sholawat dan salam semoga Engkau curahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabatnya).

آمين يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ


اَللّهُ اَكْبَرُ اَللّهُ اَكْبَرُ اَللّهُ اَكْبَرُ،
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ وَاللّهُ اَكْبَرُ،
اَللّهُ اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد،

Sebagai manusia biasa, tentunya tidak akan lepas dari salah dan khilaf baik itu ucapan ataupun tingkah laku.

Untuk itu kami sekeluarga menghaturkan :
Mohon Ma'af Lahir dan Bathin".

SELAMAT HARI RAYA 'IDUL FITRI 1431 H"



تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّ وَ مِنْكُمْ
تَقَبَّلْ يَا كَرِيْمُ

Odhie dan Keluarga