Senin, 16 Mei 2011

Menggapai Air Telaga di Surga-Mu


“Bunda, Hanif ingin sholat sehari dua pululuh kali.” Saya tersenyum mendengar ucapan anak sulungku itu. “loh banyak amat.” Jawab saya, “Iya Bunda, biar catatan amal baiknya berat banget.” “Alhamdulillah... Bunda seneng deh, artinya Hanief selalu ingin berbuat baik, oh iya harus ikhlas juga ya sayang, dan kebaikan itu bukan hanya sholat , Hanief menolong Bunda, sayangi adek itu juga kebaikan, Hanief senyumpun itu juga kebaikan…” Sepenggal obrolanku di suatu senja dengan si sulung, Hanif (7 tahun).

Di saat yang sama teringat akan obrolan dengan dua orang kawan sepekan yang lalu. Kawan pertama, dia gemar sekali memberi sesuatu kepada orang lain, saya kagum dengannya, karena menurut saya dia begitu murah hati. Saya sendiri seringkali mendapat bingkisan darinya.

Suatu kali saya melihatnya membungkus bingkisan. Melihat saya datang dia bertanya pada saya, “Tau nggak kenapa saya suka memberi kado kepada orang lain?” Tanyanya padaku, “Itu karena saya ingin mereka juga ingat terus kepada saya kalau mereka punya sesuatu.” Ucapnya penuh bangga.

Kawan yang kedua adalah rekan kantor, suatu hari kami mendapat kabar ada rekan yang akan pindah ke perusahaan, Dani namanya. Seorang teman menyatakan bahwa selama ini Dani banyak menolongnya dalam segala hal.

Ia berniat memberikan kenang-kenangan istimewa untuk Dani, agar kalau suatu waktu ia butuh pertolongan lagi Dani masih mau membantunya.

Duh itukah yang ada di pikiran mereka…Mengapa tujuan kebaikan hanya untuk keuntungan diri sendiri… kemana perginya rasa ikhlas itu, batinku bertanya… Lalu apabila kemudian orang-orang yang diberinya hadiah ‘lupa’ akan dirinya, ia tidak mendapat balasan seperti yang diharapkannya, apa yang terjadi… kecewa, marah, atau malah kemudian membenci orang lain karena menganggap orang lain tidak tahu membalas budi…Astaghfirullah…

Bahaya lain berbuat kebaikan tanpa ikhlas adalah bahaya riya. Berbuat kebaikan untuk mendapat pujian atau sanjungan orang. Bahaya riya tergambar dari kisah berikut.

Suatu hari Rasulullah Saw sedang duduk-duduk bersama sahabatnya. Beliau berkata “Ya Ibnu Mas’ud, bacakanlah padaku ayat-ayat Al-Qur’an.” Ibnu Mas’ud berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana aku akan membacakan Al-Qur’an kepadamu, sedangkan Al-Quran diturunkan kepadamu?” Rasulullah menjawab, “Sesengguhnya aku suka dibacakan Al-Qur’an olehmu.”

Akhirnya Ibnu Mas’ud pun membacakan Al-Qur’an hingga sampai surat an-Nisaa ayat 41. Rasulullah berkata, “Ya Ibnu Mas’ud, cukuplah, cukuplah sampai di situ.” Wajah Rasulullah telah basah oleh airmata karena kesedihan.

Kemudian beliau bersabda, “Tidaklah ada seorangpun yang akan selamat dari neraka atau pun bisa masuk surga melalu amal salehnya kecuali dengan rahmat Allah, sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, termasuk dirimukah?” Rasul menjawab, “Ya termasuk diriku.” Kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takuti dari beberapa hal yang aku takuti adalah syirik kecil,” “Ya Rasulullah apakah yang dimaksud syirik kecil itu?” “ia dalah riya.”

Kawan… Yakinlah setiap amal kebaikan pasti mendapat pahala dari Allah, itu janji Allah. Kebaikan seberat zarrahpun Allah akan membalasnya. Bahkan Allah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang berbuat kebajikan, Subhanallah, sungguh luas karunia Allah… Siapa yang tak ingin minum air dari telaga di Surga-Nya…

Mari kita luruskan niat kawan, melakukan kebaikan yang diniatkan semata untuk ridha Allah, ikhlas tanpa pamrih apapun. Insya Allah semua itu terasa indah karena kebahagiaan yang kita berikan untuk orang lain adalah kebahagiaan kita jua. Semoga kia semua juga dijauhkan dari sifat riya, yang termasuk dalam perbuatan syirik dan tidak diampuni Allah… aamiin.

“Sungguh, orang-orang yang berbuat kebajikan akan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur yaitu mata air dalam surga yang diminum oleh hamba-hamba Allah dan mereka dapat memancarkannya dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al Insan; 5-6).

Wallohu ‘alam bishshowaab.

by. Silvani

Jumat, 13 Mei 2011

Pemburu dan Peternak Domba


Alkisah, pada zaman dahulu di sebuah desa, hiduplah keluarga pemburu dan peternak yang bertetangga. Untuk membantu saat berburu, si pemburu memiliki anjing-anjing peliharaan yang galak namun kurang terlatih. Celakanya, saat di rumah, anjing-anjing itu sering melompati pagar dan melukai domba-domba si peternak.

Walaupun sudah diperingatkan untuk menjaga anjing-anjingnya, si pemburu tidak mau peduli. Hingga suatu hari, kembali salah satu domba diserang dan terluka cukup parah.

Habislah kesabaran si peternak! Setelah berpikir lama, ia memutuskan pergi ke kota untuk menemui seorang hakim yang bijaksana. Setelah sang hakim mendengarkan cerita si peternak itu, dia berkata bijak, "Peternak yang baik, saya sebagai hakim, terhadap aduanmu, bisa saja menghukum si pemburu untuk mengganti kerugianmu dan memerintahkan dia untuk merantai atau mengurung anjing-anjingnya. Tetapi, bila itu saya lakukan, kamu akan kehilangan seorang teman. Mana yang lebih kamu inginkan, teman atau musuh yang jadi tetanggamu?"

"Pak Hakim, jujur saja, walapun saya merasa dirugikan secara materi, tetapi saya tidak ingin punya musuh, apalagi tetangga yang telah menjadi kawan saya sedari kecil," kata si peternak dengan suara murung.

"Jawaban yang baik dan bijak! Jika kamu ingin domba-dombamu aman tetapi tetanggamumenjadi teman yang baik, saya berikan sebuah saran...silakan kamu jalankan." Setelah mendengar saran sang hakim, si peternak langsung setuju.

Sesampainya di rumah, peternak itu segera menuju ke kandang dan memilih sepasang anak domba yang sehat, kemudian menghadiahkannya kepada anak-anak tetangganya. Keluarga si pemburu menerima hadiah itu dengan penuh sukacita. Tak lama, anak-anak pun asyik bermain dengan domba-domba kecil yang lucu dan keesokan harinya mulai berkunjung ke rumah si peternak untuk belajar merawat domba-domba tersebut.

Melihat kebahagiaan anak-anaknya, tanpa diminta, si pemburu dengan sukarela mengurung anjing-anjingnya agar tidak mengganggu domba-domba kecil kesayangan anak-anaknya. Dan sejak saat itu pula, domba-domba si peternak pun menjadi aman. Untuk membalas kebaikan si peternak, si pemburu selalu membagi hasil buruannya ke si peternak. Si peternak membalasnya dengan mengirimkan susu dan keju dari hasil dari peternakannya.

Akhirnya...singkat cerita, si pemburu dan si peternak pun kembali bertetangga dengan bahagia.

Netter yang Luar Biasa!

Cara terbaik untuk "mengalahkan" dan mempengaruhi orang adalah dengan kebajikan dan belas kasih. Seperti dicontohkan pada cerita di atas, saat keburukan dan sifat ego dibalas dengan kebaikan, ternyata hasilnya membawa manfaat dan kebahagiaan bersama.

Demikian pula di kehidupan ini, saat ego dikalahkan maka kemenangan akan memihak kepada kita. Saat perbuatan baik kita lakukan, sesungguhnya kita sedang melindungi diri sendiri dari kemalangan yang mungkin sedang mengintai.

Mari, mulai membantu dan memberi perhatian kepada orang-orang di sekitar kita.

by. abatasa

Rabu, 11 Mei 2011

Empat Kasih SayangNya


Dalam sebuah kisah diceritakan, ada seorang hamba yang sangat taat dalam beribadah, rajin serta istiqomah dalam meminta pertolongan pada Alloh, bahkan ketika berdoa pun ia tidak pernah mengganti doanya, doanya selalu sama dari hari ke hari. Kemudian malaikat bertanya, “Ya Alloh, mengapa Engkau tidak mengabulkan doa hambaMu itu?” Alloh menjawab, “Karena aku suka sekali mendengar doa-doanya yang indah, tutur bahasanya yang cantik, rintihannya yang syahdu ketika memohon padaKu, jika Aku kabulkan permohonannya maka hambaKu tidak akan berdoa lagi padaKu, Aku ingin mendengar doanya lebih lama lagi...”

Terkadang tanpa pernah kita sadari, kita merasakan jenuh dan bosan jika harus terus menerus berdoa, memohon dan meminta kepada Alloh untuk semua urusan kita, namun kita pun tak pernah menyadari bahwa ada kasih sayang Alloh yang begitu besar untuk kita. Tak pernah Alloh luput menjaga kita, mengawasi kita, bahkan tak pernah Alloh melalaikan kita sedikit pun apalagi sampai melupakan kita. Hanya saja cara Alloh yang berbeda saat menyayangi hambaNya. Seperti firmanNya:

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Alloh. Sungguh, Alloh Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Hasyr [59] : 18)

Kitalah sebagai manusia yang selalu merasa kurang, tanpa pernah merasa bersyukur atas apa yang Alloh berikan, bahkan lupa pada Alloh adalah kelalaian terbesar kita yang sudah biasa kita lakukan. Astaghfirulloh. Bagaimana jika justru sebaliknya? Allohlah yang ingin melupakan kita barang sejenak, seumpamanya Alloh tidak memberikan nafas saat kita bangun selama seperkian detik, atau mungkin tak ada oksigen di dunia ini karena Alloh lupa pada hambaNya. Tentu rasanya tak berani membayangkannya apa yang terjadi dengan diri kita.

Begitu banyak waktu yang kita pakai untuk memenuhi tuntutan dunia, tapi bagaimana dengan kewajiban penghambaan kita pada Alloh? Bukankah jin dan manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Alloh saja? Rasanya tak pantas jika mengukur diri kita dan kemudian dibandingkan dengan semua kenikmatanNya yang diberikan cuma-cuma.

Dan Alloh kembali berfirman:

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Alloh, sehingga Alloh menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.” (QS. Al-Hasyr [59] : 19)

Hidup memang sebentar, dunia memang hanya dermaga sementara, sesungguhnya tempat berlabuhnya bahtera bernama kehidupan adalah di akhirat kelak. Surgalah yang selalu ada dalam benak kita, namun tak jarang panasnya neraka membuat bulu kuduk kita merinding juga. Hidup penuh pilihan, suka atau tidak suka, surga atau neraka, baik atau buruk. Dua mata koin yang selalu terikat dan terkait, tak terpisahkan. Mengumpulkan pundi-pundi amal ibadah yang berserakan adalah kewajiban kita, sebelum kita pulang ke sisiNya. Dalam janjiNya Alloh berfirman:

“Tak sama para penghuni neraka dengan para penghuni surga; para penghuni surga itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.” (QS. Al-Hasyr [59] : 20)

Lalu kita bertanya, mengapa untuk menempuh jalan menuju surga penuh onak dan duri, penuh kerikil, penuh ujian dan cobaan? Mengapa Alloh tak memberikan jalan lurus bebas hambatan? Bahkan terkadang kita berujar “untuk menjadi orang baik itu sulit jalannya” namun tidak dengan jalan menuju neraka. Semua terasa indah di permukaan, semua kemewahan dan kenikmatan semu siap menggoda kita.

Ternyata Alloh memberikan itu semua di atas pundak kita, memenuhi isi kepala kita karena Alloh Maha tau, bahwa kita lah sebagai manusia yang sanggup memikulnya. Bagaimana dengan ciptaan Alloh yang lainnya ? Dan lagi-lagi jawabannya karena hanya manusia yang mampu mengembannya, bahkan gunung besar menjulang tinggi nan kokoh pun tak sanggup memikulnya. Dikatakan dalam firmanNya:

“Sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Alloh. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir.” (QS. Al-Hasyr [59] : 21)

Manusia mampu berpikir, tak mungkin selamanya dia akan berada dalam lembaran hitam, dan manusia pasti akan berpikir bagaimana caranya menambah bekal amal untuk kepulangannya kelak. Tapi tidak dengan makhluk ciptaan Alloh yang lain, mereka diciptakan hanya untuk menyembah Alloh, memuji dan mengagungkan asmaNya. Lihat sang surya yang tidak pernah mengeluh untuk terus terbit dari timur, bayangkan seekor cicak yang tak pernah protes karena hanya bisa memakan serangga-serangga kecil saja. Itu semua lah yang membuat manusia berbeda dengan ciptaan Alloh lainnya. Dan sekali lagi Alloh Maha tau apa yang tepat untuk kita jalani.

Kini, masihkah kita berani melupakan Alloh?

Turn to Alloh
HE’s never far away
Put your trust in HIM
Raise your hands and pray
”Ooo… Ya Alloh…
Guide my steps don’t let me go astray
You’re the only one that showed me the way…”

by. Mamah Hikmatussa'adah

Minggu, 08 Mei 2011

Stigma Dan Prasangka


Menetapnya seseorang di suatu tempat, dalam jangka waktu yang cukup lama, sering meninggalkan sebuah kesan dan kenangan yang tidak terlupakan. Hikmah yang singgah, karena cukup mencerahkan, membekas dalam lubuk hatinya yang terdalam.

Suatu ketika saya tinggal di Jakarta semasa kuliah, ikan adalah menu makanan yang tidak begitu saya gemari. Menu ikan tertentu saja yang saya sukai seperti ikan bandeng atau cumi yang tumis, itu pun racikan ibu saya di kampung. Jadi praktis saya akan makan ikan jika pulang kampung. Semasa perkuliahan jarang sekali saya makan ikan. Bagi saya ikan adalah hal yang biasa dan tidak istimewa.

Begitu selepas masa kuliah dan saya harus tinggal di propinsi Maluku, mau tidak mau saya harus mencoba dan merasakan menu ikan yang cukup beragam. Ikan sangat mudah dijumpai di pasar dan kedai makan, dan harganya pun sangat terjangkau. Saya jadi terbiasa makan ikan, bahkan kini menjadi lebih suka ikan dibanding daging ayam. Pemahaman saya makin bertambah bahwa ternyata ikan memiliki kandungan gizi yang bagus. Setidaknya kini, ikan (yang dibeli hidup) lebih natural dibanding daging hewan ternak yang proses pembentukannya kadang menuai keprihatinan seperti disuntik, atau rekayasa lain.

Pengalaman serupa terjadi pula manakala saya harus pindah ke Palembang. Jujur, saya tidak menyukai makanan pempek pada awalnya. Pernah suatu ketika bertamu di sebuah keluarga di Jakarta, saya disuguhi makanan pempek dan saya tidak bisa menghabiskannya karena rasanya yang begitu aneh dan asing di lidah. Sejak saat itu saya antipati dan memiliki stigma negatif terhadap pempek.

Namun ketika saya menetap di Palembang, saya lihat orang makan pempek dimana-mana. Kedai pempek juga tersebar, dari yang kelas kaki lima hingga restaurant. Tamu-tamu yang balik ke Jakarta dengan pesawat pun, tidak sedikit yang menenteng pempek sebagai oleh-oleh. Karena tidak alternatif makanan khas lain, pernah suatu ketika saya mengikuti mereka membeli pempek sebagai buah tangan untuk keluarga. Tidak dinyana ketika dimasak dan disajikan, saya mendapatkan rasa yang berbeda. Pandangan saya tentang pempek yang tadinya negatif jadi positif. Yang tadinya antipati menjadi suka. Ternyata pempek dari sumber penghasilnya (ahlinya) begitu orisinil dan lezat.

Begitu pun ketika saya ke Banda Aceh. Sebelum menetap di sana, saya bukanlah penikmat kopi (hobi minum kopi). Kalo minum kopi, bawaan jantung saya jadi berdebar lebih kenceng dan berakibat susah tidur. Pernah ketika masa kuliah, ada kawan yang membawa kopi Lampung. Saya minum sedikit ketika malam menjelang ujian tengah semester. Eh saya tidak bisa tidur. Kopi yang tadinya saya gunakan sebagai pemicu belajar malah menjadi kontraproduktif karena paginya saya menjadi tidak segar pikiran karena kurang tidur.

Namun ketika saya menetap di Aceh, saya lihat orang minum kopi dimana-mana. Kedai kopi pun tersebar luas di sudut-sudut kota dan desa. Ketika teman mengajak minum kopi, saya pun mengikuti. Tentu setelah dikasih penjelasan bahwa kopi di sana beda dengan kopi di Jakarta. Nikmat memang. Lebih-lebih ternyata kopi itu tidak menjadikan jantung saya berdebar kencang. Minum kopi layaknya minum teh saja, yang kadar kafeinnya sudah jauh berkurang karena proses memasaknya yang berbeda. Sejak itu saya jadi suka ngopi. Meski tidak sering, sudah ada pemahaman bahwa tidak semua kopi itu sama. Ada yang berbeda.

***

Islam adalah sistem yang sempurna. Pemahaman ini sejatinya harus ada di hati kaum muslimin yang menyatakan diri sebagai seorang Muslim. Sebab jika tidak, keimanan bisa gugur karena meragukan sistem yang berasal dari dzat yang Maha Sempurna, yakni Allah Azza Wa Jalla.

Boleh saja kaum non muslim membenci sistem Islam. Bahkan Allah menginformasikan bahwa kebencian mereka begitu tertanam kuat dan mereka tidak akan pernah rela kaum muslimin memahami Islam secara benar, sesuai apa yang dicontohkan Rasulallah SAW dan pemahaman para sahabat, hingga kaum muslim mengikuti millah (gaya hidup) mereka. (QS. Al Baqarah 120). Namun jika kebencian, prasangka dan stigma negatif dimiliki oleh orang yang mengaku muslim, sungguh sungguh sangat tidak wajar. Jika bukan karena unsur kebodohan (jahiliyah) pasti ada unsur keangkuhan.

Saya bodoh ketika punya pemahaman bahwa pempek itu adalah seperti yang saya rasakan di Jakarta, saya juga bodoh ketika punya pemahaman bahwa semua kopi mengandung kafein tinggi. Saya terjebak dalam pola pikir menggeneralisasi sesuatu hal dan mengambil kesimpulan yang salah. Alhamdulillah, saya mau mencoba-coba dan merasakan hingga menemukan yang aslinya.

Hikmahnya, kita dituntut adil dalam mensikapi sesuatu. Proporsional, rendah hati, seimbang, objectif, tanpa prasangka, chek and rechek, dan rasional. Karena sikap-sikap itulah yang menjadikan seseorang menjadi lebih baik, keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT dan juga humanity-nya terhadap sesama manusia.

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al Maa ‘idah 8)

Waallahua’lam bishshawab.

by. Muhammad Rizqon

INSPIRASI


Orang yang disebut KAYA bukalah dia yang berhasil mengumpulkan yang paling banyak, tetapi adalah dia yang paling sedikit memerlukan sehingga masih sanggup memberi kepada sesamanya.... ok???

Kalau kita berbuat baik, orang-orang akan menyangka kita punya motivasi di balik perbuatan baik kita itu, bagaimanapun juga, teruskanlah berbuat baik, terlebih mensyukuri nikmatNya " Karena pada akhirnya, ini adalah urusan antara kita dan Tuhan”.

Ketika seseorang tersenyum, maka 13 syaraf wajah bekerja. Sementara ketika seseorang cemberut dia telah memperkerjakan 47 syaraf. Lalu, mengapa anda harus berbuat zhalim terhadap diri dan urat2 anda dgn cemberut, bukan tersenyum?

Jadikanlah senyum sbg tanda jati diri anda. Senyum yg indah mampu menitikkan kesan tersendiri di hati, serta dapat menebarkan kebahagiaan dan keceriaan di antara sesama.

Setiap insan mempunyai hak yg sama atas waktu. Tidak ada seorangpun melebihi dari yg lain. Ada yg berjuang untuk melewatinya dgn membunuh waktu. Tidak pula sedikit yg merasakan sempitnya kesempatan yg ia punya.

Melewati hari ini dgn penuh makna. Makna tentang cinta, ilmu, dan iman. Dgn cinta hidup me...njadi indah. Dgn ilmu hidup menjadi mudah. Dan dgn iman hidup menjadi terarah.

Orang sukses adalah orang yang terus mencoba, meskipun telah mengalami banyak kegagalan. Ia memandang kehidupan sebagai peluang untuk mencapai kesuksesan.”

Jangan terbelenggu masa lalu, jangan takut ketidakpastian masa depan. Lakukan saja yang terbaik untuk hari ini. Nikmatilah perjalanan kehidupan, karena sebenarnya hidup itu indah.

by. Otty Febrienthy

Rabu, 04 Mei 2011

Dahsyatnya Ikhlas


Sore sepulang kantor Pak Tono berkata pada istrinya, “Bu, ada beban berat di pikiran Saya... Biaya kebutuhan hidup terus melambung tinggi, biaya sekolah anak-anak juga semakin mahal, rasa-rasanya sulit untuk mencukupi semua kebutuhan kita Bu.” Sang istri sejenak terdiam… dirasakannya ekonomi keluarga memang sesak menghimpit, sambil tersenyum sang istri kemudian berkata, “Sudah jangan sedih Pak, Kita kan bekerja dalam rangka menjemput rizki dari Allah, kalau kita niatkan kita bekerja ikhlas, semata-semata mencari ridha Allah, insya Allah tak ada yang perlu kita takutkan. Karena kita yakin akan pertolongan Allah Swt… Ibu percaya Bapak telah bersungguh-sungguh bekerja keras untuk keluarga, insya Allah semua ada jalan keluar…”

Pak Tono merenungkan kata-kata istrinya. Ikhlas? Bekerja semata-mata mencari ridha Allah? Astaghfirullah… Pak Tono tersadar, niat ikhlas ini tidak ia miliki… Selama ini motifnya bekerja adalah mencari uang sebanyak-banyaknya, hanya demi kesejahteraan keluarga. Karena itu hatinya kini begitu resah, penuh ketakutan… Padahal jika ia ikhlas, bekerja semata-mata karena Allah, mencari ridha-Nya, tentu hatinya akan tenang, dan ia akan yakin bahwa Allah akan selalu menolong hamba-nya yang ikhlas… Tak terasa air matanya pun menitik…

Ikhlas adalah salah satu buah dari tauhid yang sempurna kepada Allah Yang Mahasuci lagi Mahatinggi. Demikian Menurut Yusuf Al-Qaradhawi dalam bukunya Al-Niyyah wa Al Ikhlas.

"Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan" (QS. Al-fatihah [1] : 5).

Setiap harinya kita mengucapkan kalimat ini dalam Shalat kita sebanyak 17 kali! Dan ini tentu bukan cuma sekedar ucapan tanpa maksud. Tapi jelas, bahwa Allah menginginkan kita sebagai hamba Allah yang sebenar-benarnya.Hamba yang ikhlas, yang melakukan semua amal perbuatannya hanya karena Allah Swt… Dan bukankah dalam shalat kita juga mengucapkan “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku, semuanya hanya untuk Allah?”

Tapi kenyataannya, sangat sulit merealisasikan ikhlas dalam setiap perbuatan kita. Niat segala perbuatan kita ternyata bukan lagi untuk mencari ridha Allah. Tapi niat kita adalah untuk mencapai kepentingan pribadi, dan kepentingan duniawi. Niat Ikhlas ini seringpula disusupi oleh sifat ujub dan riya’. Perbuatan kita lakukan untuk membanggakan diri, dan ingin dipuji oleh manusia. Ya, mencari ridha manusia.

Allah Swt berfirman, “Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia, dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat.” (QS. Ali-Imran [3]: 152)

“Katakanlah, Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orangyang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. “(QS. Al-Kahfi [18] : 103-104)

Dalam sebuah Hadis dikisahkan bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang orang yang berperang dengan tujuan untuk mencari pahala Allah dan pujian dari manusia. Lalu Rasulullah SAW menjawab tiga kali, ”Tidak ada apa-apa baginya," dan beliau melanjutkan, "Sesungguhnya Allah tidak menerima sesuatu amal kecuali yang dilakukan denagn ikhlas dengan mencari ridha-Nya."

Bila kita cermati lagi, maka terjawablah mengapa negara kita tercinta, negara yang katanya memilki jumlah umat muslim terbesar di dunia, tapi anehnya merupakan negara dengan tingkat korupsi kolusi dan manipulasi yang sangat tinggi. Korupsi dan segala kebobrokan terjadi tidak lain karena para penguasa di negara kita tidak ikhlas! Motif mereka, niat mereka menjadi penguasa bukan mencari ridha Allah. Kepentingan pribadi dan duniawi lah yang mereka kejar. Mereka haus kekuasaan, haus harta, jabatan, serta haus fasilitas… Kalau niat mereka menjadi penguasa untuk mencari ridha Allah niscaya tidak akan pernah ada korupsi, tidak akan pernah ada kolusi, dan juga manipulasi. Tidak akan pernah mereka memakan, menyelewengkan, dan menghambur-hamburkan uang rakyat!

Lihatlah Rasulullah SAW, teladan kita. Rasulullah SAW pernah ditawari kerajaan, kehormatan, harta, dan semua kemewahan dunia agar beliau meninggalkan dakwah, tapi semua tawaran itu ditolak, dan dijawab tegas oleh Rasulullah SAW, “Sekalipun mereka meletakkan matahari di sebelah kananku, dan bulan di sebelah kiriku agar aku meninggalkan dakwahku ini, aku tidak akan meninggalkannya, sampai Allah memenangkan agama ini atau aku binasa membelanya." Subhanallah…!

Saudaraku… Mari kita luruskan niat kita, niatkan semua perbuatan kita hanyalah ikhlas mencari ridha Allah.. Mari kita berjuang melawan hawa nafsu. Ayo, kita pancarkan energi ikhlas dari diri kita. Awalnya mungkin akan sulit, akan penuh penderitaan, kita akan kepayahan.. Tapi percayalah dengan pertolongan Allah, semua yang sulit menjadi mudah, derita dan kepayahan akan sirna, berganti dengan kebahagiaan hakiki, kebahagiaan karena meraih ridha Allah SWT.

Wallahua’lam bish-shawaab.

by. Silvani

Dialog Dengan Syaithan


Bissmilahirrahmannirrahim

Aku berdialog dengan syaithan yang terkutuk, dimalam gelap gulita, ketika aku hendak beranjak qiamulail.

Aku berkata : " Aku khawatir tertinggal amalan utama malam ini"!

Ia mengatakan : " Waktunya masih panjang terbentang"

Aku berkata : " Aku khawatir tertinggal melakukan sholat berjama�ah"

Ia mengatakan : " Jangan terlalu membebani diri, dalam ketaatan"

Ketika matahari terbit aku dengar bisikan ditelingaku :

"jangan sesali yang sudah lalu. hari ini masih ada waktu. gunakan sebaik-baiknya." lalu aku duduk untuk bersiap berdzikir tapi dia membukakan dihadapanku daftar permasalahan yang harus dipikirkan.

Aku berkata : " ini menyibukkanku dari berdo�a"

Ia berkata : " biarkanlah ia hanya sampai sore".

Aku bertekad untuk bertaubat

ia berkata : " nikmatilah masa mudamu"

Aku berkata : " Aku takut jika maut menjemputku"

Ia berkata : " Usiamu belum akan habis"

lalu, aku bersiap untuk menghapal Al-Qur�an

Ia berkata : " Coba tenangkan dahulu dirimu dengan mendengar lagu"

Aku berkata : " lagu itu syubhat hukumnya"

Ia berkata : " bukankah sejumlah ulama masih punya pandangan lain terhadap lagu ?"

Aku berkata : " bahkan saya punya hadist-hadist yang mengharamkan lagu"

Ia berkata : " semua itu hadist - hadist lemah"

Tiba-tiba seorang wanita cantik berlalu dihadapanku. aku berusaha menundukan pandangan.

Ia mengatakan : " memangnya kenapa jika melihat?"

Aku berkata : " Melihat wanita bukan mahram tidak boleh. berbahaya "

Ia berkata : " kalau begitu berpikirlah tentang kecantikan. berpikir itu tidak terlarang"

Aku berkata : " Aku harus berusaha untuk memperbaiki kondisi umat ini."

Ia mengatakan : " Syurga tidak hanya dimasuki dengan amal-amal tertentu. kenapa engkau berupaya pergi memberi

nasehat?jangan jerumuskan kamu pada kesulitan."

Aku berkata : " Ini baik untuk para hamba Allah"

Ia berkata : " Aku khawatir engkau terkena penyakit popularitas. itulah kunci kerusakan."

Aku berkata : " Lalu apa menurutmu tentang tokoh-tokoh?"

Ia berkata : " Aku mampu bentangkan semua masalah tentang hal itu."

Aku berkata : " Ahmad bin Hambal?"

Ia mengatakan : " Dia telah membunuhku dengan perkataannya : Peganglah sunnah dan Al-Qur�an yang diturunkan."

Aku katakan : " Ibnu Tarmiyyah?"

Ia berkata : " Pukulan-pukulannya masih terasa di kepalaku, karena amal-amal hariannya."

Aku berkata : " Al-Bukhari?"

Ia berkata : " Kitab-kitabnya telah membakar rumahku"

Aku berkata : " Fir�aun?"

Ia berkata : " Dari kami untuknya segala pertolongan dan dukungan."

Aku berkata : " Shalahuddin Al-Ayyubi, pahlawan Hittin?"

Ia berkata : " Tinggalkan dia yang telah mengotori aku dengan tanah."

Aku berkata : " Muhammad bin Abdul Wahhab?"

Ia berkata : " Ia membakar dadaku dengan dakwahnya yang bergelora. ia membakarku dengan seluruh anak panah."

Aku berkata : " Abu Jahal?"

Ia berkata : " Kami saudara dan keluarganya."

Aku berkata : " Lenin ? "

Ia berkata : " Sudah ku ikat di neraka bersama stalin. "

Aku berkata : " Majalah - majalah porno ? "

Ia berkata : " itu undang - undang kami."

Aku berkata : " Apa dzikirmu ? "

Ia berkata : " lagu - lagu. "

Aku berkata : " Apa pekerjaan mu ? "

Ia berkata : " Berkhayal dan berkhayal. "

Aku berkata : " Pendapatmu tentang pasar ? ��

Ia berkata : " Disana kami menebar ilmu dan disana berkumpulnya teman-teman. "

Aku berkata : " Bagaimana engkau menyesatkan manusia ? "

Ia berkata : " Dengan syahwat, syubhat, tempat membuang waktu, khayalan dan lagu. "

Aku berkata : " lagu yang bagaimana ? "

Ia berkata : " lagu yang membuat kau lalai mengingat Tuhan mu. "

Aku berkata : " Bagaimana engkau menyesatkan penguasa ? "

Ia berkata : " Dengan ambisi haus darah, mengecilkan ulama, menolak nasihat para ahli hikmah, dan

membenarkan orang - orang dungu. "

Aku berkata : " Bagaimana engkau menyesatkan wanita ? "

Ia berkata : " Dengan perhiasan dan berpergian, meninggalkan apa yang diperintahkan, dan berani melakukan

yang dilarang. "

Aku berkata : " Bagaimana engkau menyesatkan para ulama ? "

Ia berkata : " Dengan senang tampil, ujub dan sombong, dengki yang memenuhi dada. "

Aku berkata : " Bagaimana engkau menyesatkan orang awam ? "

Ia berkata : " Dengan ghibah (gosip), menyebarkan keburukan antara mereka (Naminah), pembicaraan yang

bisa memicu permusuhan, dan pembicaraan yang tiada harganya. "

Aku berkata : " Bagaimana engkau menyesatkan para pedagang dan pembisnis?"

Ia berkata : " Dengan riba dalam interaksi bisnisnya, dengan menghalanginya dari shadaqoh, dan dengan

berlebihan membelanjakan uang."

Aku berkata : " Apakah yang membunuhmu?"

Ia berkata : " Ayat kursi. itu bisa menghimpitku, memperpanjang kurunganku, dan memberi banyak musibah

untukku."

Aku berkata : " Siapa manusia yang paling engkau benci?"

Ia berkata : " Ahli masjid, semua orang yang ruku� dan sujud, yang zuhud dan ahli ibadah juga setiap mujahid."

Aku berkata : " Aku berlindung kepada Allah darimu."

Selanjutnya ia menghilang dan lenyap sepert ditelan bumi, itulah hukuman bagi pendusta dan pembangkang.


by. Nurul Ramadanah


SUUDZON


Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita dengar orang berbicara dengan nada pesimis (sinis, negatif, ragu-ragu, minder dll) dan sok tahu. Sikap ini didasari ketidakmauan untuk mencari kejelasan terhadap suatu perkara. Hal ini bahkan terjadi pada diri kita sendiri. Atau ada di antara kita yang suka menghukumi dan menghakimi suatu perkara dengan hanya berdasar pada bukti dan data yang sangat sedikit ( minim). Baru mendengar kabar dari seseorang, langsung dipercaya, dan sudah berani berkomentar macam-macam.

Sikap-sikap seperti ini biasanya muncul karena kita sering terburu-buru berprasangka terhadap suatu perkara yang belum jelas. Atau kalaupun sudah jelas perkara tersebut, kita kurang bijaksana dalam mensikapinya (QS. Yunus 36)[2]. Maka yang muncul kemudian emosi, marah, mau menang sendiri, dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Dengan kata lain, menjadi sok benar sendiri. Sikap menganggap dirinya yang paling benar inilah yang sering jadi penyakit di tengah masyarakat. Sikap menganggap hanya dirinyalah yang paling berpengalaman, paling bisa, paling pinter, paling tinggi derajadnya dan lain sebaginya.

Sikap ini mengingkari kenyataan ( menegasikan) bahwa banyak orang di sekitar kita yang mungkin lebih pinter, lebih berpengalaman, lebih berhak bicara, atau dalam bahasa lain tidak bisa nguwongke (memanusiakan ) orang lain. Sikap nguwongke menjadi barang langka di tengah-tengah kita. Kita lebih enjoy kalau di subyo-subyo, mriyayi dan enggan berkomunikasi secara terbuka. Masih banyak yang lebih suka nacat, mencari-cari kesalahan orang lain dan tidak mau instropeksi diri (muhasabah ).

Begitu luas akibat (implikasi) buruk yang ditimbulkan oleh sikap suudzon atau buruk sangka ini. Orang yang suka suudzon cenderung suka menilai orang lain dengan memperbesar kekurangannya. Maka dicari-carilah kekurangannya. Kelebihan yang tampak pada orang lain selalu ditutup-tutupi, atau kalaupun disebut maka hanya sedikit dengan maksud untuk menjatuhkan. Tak heran jika sikap suudzon ini bisa menjauhkan orang dari sahabat-sahabatnya atau teman-temannya. Orang lain jadi tidak mau mendekat karena takut dinilai kesehariannya atau sifatnya. Kalau sudah tidak ada yang mendekat maka akses apapun akan sulit didapat termasuk akses usaha dan bisnis. Inilah mengapa, suudzon bisa menutup jalan rejeki.
Apalagi kalau sampai suudzon kepada Alloh. Artinya selalu berpransangka yang tidak baik kepada Alloh. Ini ditunjukkan dengan sikap pesimisme, menyerah pada nasib, suka mengeluh dan lain-lain. Hampir tidak ada celah positif dalam hidupnya. Ini menimbulkan persepsi diri yang selalu negatif; pesimis, suka mengeluh, suka nyacat, menilai jelek orang lain, suka mencari-cari kesalahan, gengsi dll.

Mengatasi hal ini tak lain dan tak bukan hanyalah dengan mengubah pola pikir kita dalam menghadapi sesuatu. Kita menyangka baik terhadap orang lain, kalau sangkaan itu salah maka kita tetap dapat pahala kebaikan, tetapi sebaliknya kalau kita suudzon terhadap orang lain, kalau sangkaan buruk itu benar kita tetap berdosa, apalagi kalau sampai sangkaan itu salah. berangkat dari suudzon ini pula kita sering terjatuh ke dalam kubangan Lumpur mnggunjing atau ngrasani jeleknya orang lain. Na’udzubillahi min dzaalik.

TIPS menghindari suudzon (buruk sangka):
1. Perbesar penghargaan pada orang lain; Suka Nguwongke orang lain
2. Mau belajar dari orang lain
3. Perbanyak ilmu; Ilmu agama, social, dsb.
4. Banyak bergaul dengan orang lain
5. Terbuka, tidak suka menyembunyikan sesuatu/ masalah
6. Apa adanya
7. Perbanyak pengalaman
8. Perbanyak kegiatan, jangan suka menganggur. Menganggur adalah sumber masalah.
9. Khusnudzon; baik sangka pada orang lain dan kepada Alloh ( pandai bersyukur).


Seberapa kualitas diri kita
Alloh menyebut kualitas dengan bahasa-bahasa yang sangat indah dalam AL Qur’an; Muttaqiin (orang-orang yang bertaqwa), muhsiniin (orang-orang yang suka membalas dengan lebih baik), Ahsan ( lebih baik), Shoobiriin (orang-orang yang sabar), Syaakiriin (orang yang banyak bersyukur), dll.

Kualitas seseorang bisa diukur dari bicaranya.
Orang berkualitas baik/ tinggi adalah otrang yang bicara pada waktu dan tempat yang tepat, dan sarat dengan hikmah, yaitu mengandung ide, gagasan , ilmu, dzikir, dan solusi yang bermanfaat bagi semua orang. Tentunya tanpai bersikap menggurui orang lain, karena kalau sudah suka menggurui oaring lain maka yang muncul adalah sikap keminter (sok pinter). Jadi dalam berbicara harus proporsional (lihat-lihat).

Orang berkualitas diri biasa-biasa saja mempunyai ciri dari ucapan yang sibuk menceritakan peristiwa-peristiwa yang dia alami atau ketahui. Suka ngrumpi mungkin lebih pasnya. Kalau ngobrol gak mau berhenti ngomongnya. Ngalor-ngidul selalu ada yang dibicarakan meskipun kurang bermanfaat.

Sedangkan orang berkualitas rendahan dalam berkata-kata yaitu suka membawa permasalahan ke manapun dia berada, yaitu suka mengeluh, mencela atau menghina. Termaasuk di dalamnya suka mencari-cari kesalahan dan kekurangan orang lain. Suka mengeluh adalah ciri orang yang kurang bisa bersyukur atas nikmat 4jjl.
(dikutip dari Taushiyah Aa’ Gym)

Ada makalah ‘ulama yang mengatakan bahwa sebagian besar orang terjerumus ke dalam dosa disebabkan karena lisannya. Di sekitar kita dan bahkan diri kita sendiri masih sulit mengendalikannya. Kita lebih suka nyacat daripada memberi penghargaan. Masih suka mencari-cari negatifnya daripada mencari sisi positifnya.

TIPS menghindari suudzon (buruk sangka):
10. Perbesar penghargaan pada orang lain; Suka Nguwongke orang lain
11. Mau belajar dari orang lain
12. Perbanyak ilmu; Ilmu agama, social, dsb.
13. Banyak bergaul dengan orang lain
14. Terbuka, tidak suka menyembunyikan sesuatu/ masalah
15. Apa adanya
16. Perbanyak pengalaman
17. Perbanyak kegiatan, jangan suka menganggur. Menganggur adalah sumber masalah.
18. Khusnudzon; baik sangka pada orang lain dan kepada Alloh ( pandai bersyukur).

[1] Oleh Najib Chaqoqo, Sekretaris Badan Koordinasi Majelis Ta’lim Al Qur’an (BKMTA) Kab. Magelang (Telp. 0293- 5508115) dan ketua Badko TPQ Kec. Salam. Dalam Dialog Remaja, KKN UAD di Moyudan Sleman, 14 Peb ’07.

[2]Artinya: “ Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran[690]. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.

by. Nurul Ramadanah

BUAH KEBENINGAN HATI


Saudara-saudaraku, sungguh beruntung bagi siapapun yang mampu menata qolbunya menjadi bening, jernih, bersih, dan selamat. Sungguh berbahagia dan mengesankan bagi siapapun sekiranya memiliki qolbu yang tertata, terpelihara, dan terawat dengan sebaik-baiknya. Karena selain senantiasa merasakan kelapangan, ketenangan, ketenteraman, kesejukan, dan indahnya hidup di dunia ini, pancaran kebeningan hati pun akan tersemburat pula dari indahnya setiap aktivitas yang dilakukan.

Betapa tidak, orang yang hatinya tertata dengan baik, wajahnya akan jauh lebih jernih. Bagai embun menggelayut di ujung dedaunan di pagi hari yang cerah lalu terpancari sejuknya sinar mentari pagi; jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Tidak berlebihan jika setiap orang akan merasa nikmat menatap pemilik wajah yang cerah, ceria, penuh sungging senyuman tulus seperti ini.

Begitu pula ketika berkata, kata-katanya akan bersih dari melukai, jauh dari kata-kata yang menyombongkan diri, terlebih lagi ia terpelihara dari kata-kata riya, subhanallah. Setiap butir kata yang keluar dari lisannya yang telah tertata dengan baik ini, akan terasa sarat dengan hikmah, sarat dengan makna, dan sarat akan mamfaat. Tutur katanya bernas dan berharga. Inilah buah dari gelegak keinginan di lubuk hatinya yang paling dalam untuk senantiasa membahagiakan orang lain.

Kesehatan tubuh pun terpancari pula oleh kebeningan hati, buah dari kemampuannya menata qolbu. Detak jantung menjadi terpelihara, tekanan darah terjaga, ketegangan berkurang,dan kondisi diri yang senantiasa diliputi kedamaian. Tak berlebihan jika tubuh pun menjadi lebih sehat, lebih segar, dan lebih fit. Tentu saja tubuh yang sehat dan segar seperti ini akan jauh lebih memungkinkan untuk berbuat banyak kepada umat.

Orang yang bening hati, akal pikirannya pun akan jauh lebih jernih. Baginya tidak ada waktu untuk berpikir jelek sedetik pun jua. Apalagi berpikir untuk menzhalimi orang lain, sama sekali tidak terlintas dibenaknya. Waktu baginya sangat berharga. Mana mungkin sesuatu yang berharga digunakan untuk hal-hal yang tidak berharga? Sungguh suatu kebodohan yang tidak terkira. Karenanya dalam menjalani setiap detik yang dilaluinya ia pusatkan segala kemampuannya untuk menyelesaikan setiap tugas hidupnya. Tak berlebihan jika orang yang berbening hati seperti ini akan lebih mudah memahami setiap permasalahan, lebih mudah menyerap aneka ilmu pengetahuan, dan lebih cerdas dalam melakukan beragam kreativitas pemikiran. Subhanallah, bening hati ternyata telah membuahkan aneka solusi optimal dari kemampuan akal pikirannya.

Walhasil, orang yang telah tertata hatinya adalah orang yang telah berhasil merintis tapak demi tapak jalan ke arah kebaikan tidak mengherankan ketika ia menjalin hubungan dengan sesama manusia pun menjadi sesuatu yang teramat mengesankan. Hatinya yang bersih membuat terpancar darinya akhlak yang indah mempesona, rendah hati, dan penuh dengan kesantunan. Siapapun yang berjumpa akan merasa kesan yang mendalam, siapapun yang bertemu akan memperoleh aneka mamfaat kebaikan, bahkan ketika berpisah sekalipun, orang seperti ini menjadi buah kenangan yang tak mudah dilupakan.

Dan, Subhanallah, lebih dari semua itu, kebeningan hatipun ternyata dapat membuat hubungan dengan Allah menjadi luar biasa mamfaatnya. Dengan berbekal keyakinan yang mendalam, mengingat dan menyebut-Nya setiap saat, meyakini dan mengamalkan ayat-ayat-Nya, membuat hatinya menjadi tenang dan tenteram. Konsekuensinya, dia pun menjadi lebih akrab dengan Allah, ibadahnya lebih terasa nikmat dan lezat. Begitu pula do’a-do’anya menjadi luar biasa mustajabnya. Mustajabnya do’a tentu akan menjadi solusi bagi persoalan-persoalan hidup yang dihadapinya. Dan yang paling luar biasa adalah karunia perjumpaan dengan Allah Azza wa Jalla di akhirat kelak, Allahu Akbar.

Pendek kata orang yang bersih hati itu, luar biasa nikmatnya, luar biasa bahagianya, dan luar biasa mulianya. Tidak hanya di dunia ini, tapi juga di akhirat kelak. Tidak rindukah kita memiliki hati yang bersih?

Silahkan bandingkan dengan orang yang berperilaku sebaliknya; berhati busuk, semrawut, dan kusut masai. Wajahnya bermuram durja, kusam, dan senantiasa tampak resah dan gelisah. Kata-katanya bengis, kasar, dan ketus. Hatinya pun senantiasa dikotori buruk sangka, dendam kesumat, licik, tak mau kompromi, mudah tersinggung, tidak senang melihat orang lain bahagia, kikir, dan lain-lain penyakit hati yang terus menerus menumpuk, hingga sulit untuk dihilangkan. Tak berlebihan bila perilakunya pun menjadi hina dan nista, jauh dari perilaku terhormat, lebih dari itu, badannya pun menjadi mudah terserang penyakit. Penyakit buah dari kebusukan hati, buah dari ketegangan jiwa, dan buah dari letihnya pikiran diterpa aneka rona masalah kehidupan. Selain itu, akal pikirannya pun menjadi sempit dan bahkan lebih banyak berpikir tentang kezhaliman.

Oleh karenanya, bagi orang yang busuk hati sama sekali tidak ada waktu untuk bertambah ilmu. Segenap waktunya habis hanya digunakan untuk memuntahkan ketidaksukaannya kepada orang lain. Tidak mengherankan bila hubungan dengan Allah SWT pun menjadi hancur berantakan, ibadah tidak lagi menjadi nikmat dan bahkan menjadi rusak dan kering. Lebih rugi lagi, ia menjadi jauh dari rahmat Allah. Akibatnya pun jelas, do’a menjadi tidak ijabah (terkabul), dan aneka masalah pun segera datang menghampiri, naudzubillaah (kita berlindung kepada Allah).

(Q.S. Asy-Syam [91] : 9 – 10).Ternyata hanya kerugian dan kerugian saja yang didapati orang berhati busuk. Betapa malangnya. Pantaslah Allah SWT dalam hal ini telah mengingatkan kita dalam sebuah Firman-Nya :

Ingatlah saudaraku, hidup hanya satu kali dan siapa tahu tidak lama lagi kita akan mati. Marilah kita bersama-sama bergabung dalam barisan orang-orang yang terus memperbaiki diri, dan mudah-mudahan kita menjadi contoh awal bagaimana menjadikan hidup indah dan prestatif dengan bening hati, Insya Allah.

by. Irfan Maulana

Selasa, 03 Mei 2011

Jangan minum sambil berdiri,hey. Bahaya!

Minum Air Putih Sambil Berdiri.



Dalam suatu kajian kesehatan akupuntur yang diadakan salah satu ahli
aku puntur. Ini dibuktikan dari segi kesehatan dan ilmu sains.

Air minum yang masuk dengan cara minum sambil duduk akan disaring secara unik oleh sfringer.
Sfringer adalah suatu struktur maskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup. Setiap air yang kita minum akan disalurkan pada pos- pos penyaringan yang berada di ginjal….

Nah Jika kita minum berdiri, Air yang kita minum tanpa disaring lagi.
Langsung menuju kandung kemih… Ketika langsung menuju kandung kemih, maka terjadi misteri pengendapan disaluran ureter..

Karena banyak limbah-limbah yang menyisa di ureter. Inilah yang bisa
menyebabkan penyakit kristal ginjal.

Salah satu penyakit ginjal yang berbahaya.. Susah kencing itu penyebabnya.

Cara mengatasinya :
1. biasakan minum duduk.
2. banyak minum air putih tapi jangan kebablasan dan jangan terburu-buru