Rabu, 10 Agustus 2011

Manfaat GerakanSholat

Gerakan Sholat Lenturkan Saraf Tubuh..

Kalau saja pesan salat bisa kita terapkan dalam pekerjaan dan aktivitas sehari-hari, tentu hasil kinerjanya akan optimal dan berkualitas. Dampak positif lain dari salat juga mendatangkan kesehatan.

Jika kita perhatikan dan rasakan dalam gerakan-gerakan salat, dari mulai takbir mengangkat kedua tangan, ruku, sujud, duduk dan gerakan lainnya, jaringan saraf tubuh akan tetap lentur dan rileks.

Dari banyak penelitian, sujud misalnya mampu membebaskan otak saraf dari kegelisahan, rasa resah dan tekanan kejiwaan. Kepasrahan yang dilakukan orang yang sujud membuat otak dan saraf menjadi tenang dan terasa kosong. Seorang yang salat telah berbagi keresahan dan kegelisahan hidupnya kepada Tuhannya sehingga akan terasa ringan.

Dengan ucapan dan gerakan salat kita dapat menyatukan antara hati pikiran dan gerak untuk mencapai khusyuk. Mengapa tahajud pada waktu malam sangat ditekankan? Karena dalam keheningan malam itu kita akan merasakan kedekatan dengan Tuhan.

Setiap gerakan salat adalah bahasa ritual, sejak dari mengangkat tangan, membungkukkan badan, sampai menundukkan kepala ke tanah. Semuanya itu, kalau saja dihayati dengan mendalam, jauh lebih ekspresif ketimbang ucapan seribu kata.

Ketika seorang muslim bersujud dengan khusyuk menundukkan kepala dan menempelkan dahinya ke tanah, maka rangkaian kata-kata tidak cukup untuk mengungkapkan perasaan hatinya ketika bersimpuh menghadap Tuhan.

Dengan demikian seseorang yang salat dengan tertib dan khusyuk akan mampu membuat dirinya dalam keyakinan tinggi untuk menjalani hidup serta kepasrahan tulus atas semua ketentuan Tuhan. Hidup akan tetap optimistis karena selalu dekat dengan Tuhan.

Sumber : Komarudin Hidayat/Tribun News

Kekuatan Nilai Pujian


Kekuatan Nilai Pujian
Alkisah, di sebuah rumah yang cukup mewah. Tinggal sepasang suami istri muda. Banyak orang merasa iri dengan keharmonian jodoh di antara mereka berdua. Yang laki-laki berwajah ganteng dan pianis yang handal, sedangkan istrinya berparas cantik dan bersuara merdu. Saat denting piano mengiringi nyanian, sesekali terdengar komentar, "Sayang, bagian depan nadanya kurang tinggi," atau "Duh...bagian tengah seharusnya lebih perlahan lagi dan bagian akhirnya mestinya turun sedikit."

Kali lain, saat si istri bersenandung pun, si suami selalu sibuk memasang telinga dan memberi berbagai komentar untuk memperbaiki nada yang dilagukan. Kejadian ini berulang hampir di setiap kesempatan. Dan celakanya, komentarnya semakin hari semakin pedas dan kasar, seakan tidak ada hal baik yang bisa diucapkan. Akhirnya si istri pun malas bernyanyi terutama jika suaminya berada di sekelilingnya, "Aku menyanyikan lagu apa pun, selalu saja ada yang kurang. Malah ujungnya berakhir dengan bertengkar dengan suamiku. Ah, lebih baik aku tidak usah menyanyi lagi," kata hatinya dengan sedih.

Singkat cerita, karena suatu musibah, sang suami meninggal dan lama setelah itu, perempuan ini menikah lagi dengan seorang kontraktor bangunan. Suami yang ini, sama sekali tidak mengerti musik. Yang ia tahu, istrinya punya suara yang amat bagus. Maka, dia selalu mengagumi dan memuji istrinya jika sedang bernyanyi.

Jika si istri bertanya, "Bagaimana laguku, Pa?"

Jawabnya, "Wah Ma, aku selalu ingin cepat pulang karena tidak sabar mendengarkanmu menyanyi! Suara Mama begitu indah dan menawan..."

Suatu hari, si suami berkata, "Ma, aku sungguh beruntung menikah denganmu. Kalau tidak, mungkin aku ini sudah ‘gila\' karena bunyi dentuman, bunyi gergaji, dan bunyi gesekan pipa-pipa yang kudengar sepanjang hari. Sebelum menikah denganmu, suara-suara yang bising itu membuatku stres, bahkan terbawa-bawa hingga tidur. Tapi sekarang....hidup sungguh nikmat. Suara dan nyanyian Mama selalu terngiang-ngiang di kepalaku."

Istrinya sangat senang dan merasa tersanjung dengan pujian tulus yang diterimanya itu. Ia pun menjadi makin gemar bernyanyi dan terus bernyanyi, baik saat memasak, berkebun, mandi, apalagi jika suaminya berada di sekitar dia. Tanpa disadarinya, ia terus melatih diri. Suaranya semakin hari semakin bagus, hingga terdengar oleh seorang sahabat dari perusahaan rekaman. Dengan persetujuan dan dorongan sang suami, album perdana sang istri pun dirilis. Dan ternyata, sambutan masyarakat sangat antusias karena lagu dan suara sang penyanyi.

Perempuan itu akhirnya menjadi seorang penyanyi terkenal. Seorang pengamat musik kemudian berkomentar, sang diva sukses berkarir bukan pada saat bersuamikan seorang seniman musik yang cemerlang, tetapi justru saat bersuamikan seseorang yang tidak mengerti musik sama sekali tetapi mampu menghargai dan memuji setiap lagu yang dinyanyikan oleh istrinya.

Netter yang Luar Biasa,

Pujian yang tulus mampu memberikan rasa diterima, sekaligus semangat dan dorongan untuk melakukan suatu hal dengan baik dan lebih baik lagi. Pujian juga dapat membuat seseorang mampu meraih prestasi tertinggi yang bisa diraihnya.

Sebaliknya, omelan, bentakan, kecaman, amarah atau kritik yang tidak membangun justru tidak banyak mengubah seseorang bahkan bisa menghentikan semua bakat baik yang pernah dimiliki seseorang sebagai talenta di kehidupannya.

Maka, jika ada pilihan, daripada kita mengkritik jauh lebih baik kita memberikan pujian untuk mendorong agar orang yang kita puji bisa berprestasi lebih baik lagi. Dan lebih dari itu, memberi pujian tidak butuh biaya apa pun.

Salam sukses luar biasa!!

Kenapa Harus Puasa?


Berpuasalah, niscaya engkau akan sehat

Saudaraku, tiada henti-hentinya terkuak hikmah akan manfaat berpuasa. Seiring majunya ilmu pengetahuan dan semangat penelitian, begitu banyak bayang-bayang hitam kini menjadi jelas terlihat. Semakin meyakinkan bahwa apa yang Allah perintahkan bukan sekedar pembuktian kehambaan, namun juga sebuah kebutuhan.

Dr. Abdul Aziz Ismail dalam bukunya “Al Islm wat Tibbul Hadits” menjelaskan bahwa puasa adalah obat dari bermacam-macam penyakit.

Mac Fadon seorang dokter Amerika dan sebuah lembaga kesehatan di Jerman menggunakan puasa untuk mengobati penyakit yang sudah tidak dapat diobati dengan obat-obat sintetis dan alat kesehatan tekhnologi modern.

Dr. Alexis Carel seorang dokter internasional dan pernah memperoleh penghargaan nobel dalam bidang kedokteran menegaskan bahwa dengan berpuasa dapat membersihkan pernafasan.

Dan masih banyak lagi deretan peneliti baik yang dilakukan oleh muslim atau “belum muslim” yang terus membuktikan akan kebenaran dinul Islam sebagai bagian tanda dekatnya era baru kejayaan Islam.

Semoga bertambah keyakinan dan semangat dalam menjalankan ibadah puasa.

Berikut beberapa hikmah puasa terhadap kesehatan yang insyaAllah akan dipapar satu-persatu di tulisan selanjutnya:

  1. Puasa menenangkan jiwa, mengobati stress dan depresi
  2. Menjadikan imun tubuh lebih kuat dan mencegah datangnya berbagai penyakit
  3. Meregenerasi sel baru jauh lebih banyak dari yang mati.
  4. Membersihkan usus, memperbaiki kerja pencernaan dan mengurangi kegemukan dan kelebihan lemak di perut
  5. Memacu fungsi dan kerja sel darah merah.
  6. Membersihkan pernafasan
  7. Menurunkan tekanan darah
  8. Menurunkan Gula darah, asam urat dan kolesterol
  9. Lebih mampu mengendalikan seks
  10. Memperlambat proses penuaan
  11. Menjauhkan dari serangan jantung dan stroke.
  12. Mengobati diabetes dan penyakit regeneratif lain
  13. Memperbaiki kerja ginjal
  14. Puasa membuat subur
  15. Puasa mengobati maag dan asam lambung tinggi
  16. Mengobati radang sendi (osteoathritis)
  17. Puasa bikin cerdas (anak dan dewasa)
  18. Puasa bikin langsing, cantik dan mengobati sakit kulit
  19. Puasa anti pikun dan alzheimer atau parkinson
  20. Membunuh sel abnormal, mengobati kanker, kista, miyom
  21. Menghindari penyakit dari gangguan jin

Jika Anda memiliki salah satu permasalahan diatas, yakinlah ramadhan ini saat paling tepat untuk membuat Anda lebih dekat dan lebih sehat.

Buka terus eramuslim.com, baca paparan selanjutnya dan tips-tips menarik seputar puasa.

Oleh : Faisal

Bagaimana Cara Memulai Agar Hidup Jadi Seimbang?


Bagaimana cara memulai agar hidup menjadi seimbang?

Untuk memulai hidup yang seimbang, Anda perlu melakukan langkah-langkah berikut :

- Untuk keseimbangan eksternal

1. Inventarisir berbagai peran hidup Anda saat ini. Caranya dengan melihat apa yang Anda lakukan setiap harinya. Peran adalah apa yang Anda lakukan secara spesifik, seperti peran pegawai, mahasiswa, ayah, ibu, dan lain-lain. Jika peran yang Anda inventarisir terlalu banyak, gabungkan peran-peran yang sejenis, seperti peran ayah dan suami bisa digabung menjadi peran keluarga. Peran sebagai ketua RT, pengurus mesjid dan tokoh masyarakat bisa digabung menjadi peran warga masyarakat. Peran yang terlalu banyak (idealnya tidak lebih dari 7-8 peran), akan mempersulit Anda untuk mengevaluasi keseimbangan dari masing-masing peran tersebut.

2. Lakukan penilaian apakah peran-peran tersebut sesuai dengan misi hidup Anda. Jika tidak sesuai, maka Anda perlu segera menghilangkan peran yang tidak sesuai dengan misi hidup Anda itu. Jika tidak bisa segera, tanggalkan peran tersebut secara perlahan-lahan.

3. Penuhi segala hak dari peran-peran hidup Anda secukupnya. Atur waktu Anda agar dapat melayani seluruh peran hidup Anda. Idealnya setiap peran mendapatkan jatah waktu dalam setiap minggu. Jika ada peran yang tidak terlayani lebih dari sepekan dikhawatirkan akan muncul berbagai indikasi ketidakseimbangan hidup seperti yang telah dibahas sebelumnya.

4. Jika ada peran yang dirasakan kurang dipenuhi haknya dengan baik lakukan segera kompensasi berupa pelayanan sebaik-baiknya. Jika perlu luangkan waktu lebih banyak dan lakukan kegiatan berkualitas yang mengundang simpatik cukup besar untuk mengganti rasa kecewa orang-orang yang Anda abaikan haknya selama ini.

5. Anda perlu selalu waspada dalam menjaga keseimbangan setiap peran hidup. Lakukan evaluasi keseimbangan peran hidup ini setiap minggu. Evaluasi apakah pada minggu ini ada peran yang terabaikan atau tidak. Jika ada segera lakukan kompensasi pada minggu berikutnya agar tidak menjadi masalah yang lebih besar di kemudian hari. Jika tidak ada, Anda perlu bersyukur dan pertahankan terus kondisi keseimbangan itu. Pada saat itu berarti Anda telah sukses dan akan terus mengalami kesuksesan tanpa henti jika Anda selalu menjaga keseimbangan peran hidup Anda.

-Untuk keseimbangan internal

1. Lakukan evaluasi mana dari keempat dimensi diri Anda (fisik, mental, emosional dan spritual) yang selama ini kurang terpenuhi haknya dengan baik. Caranya dengan melihat adanya berbagai gejala negatif yang muncul dari setiap dimensi tersebut. Misalnya untuk dimensi fisik, gejalanya bisa berupa sering sakit, sering merasa lelah, postur tubuh yang tidak ideal (kegemukan/ kekurusan), dan lain-lain. Untuk dimensi mental, gejalanya bisa berupa jarang membaca, sering ketinggalan informasi, kurang nyambung dengan pembicaraan orang lain, sulit memecahkan masalah, dan lain-lain. Untuk dimensi emosional, gejalanya bisa berupa berbagai perasaan yang tidak sehat, seperti iri, dengki, dendam, takut, tidak percaya diri, sedih, putus asa, dan lain-lain. Sedang untuk dimensi spritual, gejalanya bisa berupa rasa kesepian, hati yang selalu gelisah, sering meninggalkan ibadah, dan lain-lain.

2. Setelah mengetahui apa yang kurang dari setiap dimensi diri Anda. Lakukan perbaikan dengan cara memenuhi hak dari setiap dimensi yang kurang tadi. Dimensi fisik dengan cara menjaga makanan, berolahraga, dan istirahat yang cukup. Dimensi mental dengan banyak membaca dan selalu menuntut ilmu. Dimensi emosional dengan selalu meningkatkan kecerdasan emosional. Dimensi fisik dengan memperbanyak ibadah kepada Tuhan.

3. Jaga selalu agar setiap dimensi diri Anda terlayani dengan baik. Selalu waspada terhadap berbagai gejala ketidakseimbangan dari dimensi diri Anda. Jangan biarkan diri Anda hanya memperhatikan salah satu dari dimensi diri. Ingat! Setiap dimensi berperan penting dalam membuat Anda sukses. Anda akan mengalami sukses tanpa henti jika selalu menjaga keseimbangan dalam keempat dimensi diri Anda.

by. Era Muslim

Senin, 08 Agustus 2011

Rahasia Meraih Sukses Tanpa Henti


Rasanya tidak ada kata yang paling diingat oleh manusia kecuali kata ‘sukses’ dan ‘gagal’. Dua kata ini paling diingat karena manusia hidup diantara dua kontinum kata tersebut. Perjalanan hidup manusia adalah perjalanan menuju sukses dan menjauhi kegagalan.

Sukses adalah kondisi dimana Anda berhasil meraih apa yang diidamkan. Sebaliknya, gagal adalah kondisi dimana Anda tidak berhasil meraih apa yang diharapkan. Anda menginginkan kesuksesan dan menghindari kegagalan.

Walau sukses merupakan hal yang diidamkan, tapi tidak semua orang mempunyai pandangan yang sama tentang arti sukses. Yang paling umum dipahami adalah sukses identik dengan memiliki harta yang banyak, popularitas yang tinggi atau jabatan yang bergengsi. Yang lain mengartikan sukses dengan tercapainya tujuan. Ada lagi yang mengidentikkan sukses dengan memperoleh kebahagiaan. Berbagai pandangan yang beragam tentang makna sukses tentu membuat arti sukses menjadi nisbi dan beralih menjadi kata-kata tanpa makna. Apakah memang demikian?

Apakah tidak ada pengertian sukses yang benar? Benar dalam arti memiliki argumentasi yang logis dan sesuai dengan nilai-nilai universal? Apakah sukses dalam pengertian memperoleh kekayaan, ketenaran dan kedudukan merupakan arti sukses yang sesungguhnya? Pertanyaan-pertanyan inilah yang coba dijawab dalam artikel yang akan dinuat di Eramuslim secara bersambung ini.

Selain mencoba memberikan jawaban terhadap makna sukses, tulisan ini juga akan mengungkap rahasia kepada Anda tentang bagaimana cara memperoleh sukses yang benar secara mudah dan tanpa henti. Tentu perlu ada upaya untuk memperoleh sukses tanpa henti (unstoppable succsess). Akan tetapi sebelum Anda berupaya meraih sukses, Anda perlu lebih dahulu memahami apa makna sukses yang sesungguhnya, sehingga Anda tidak meletakkan ‘tangga pada tempat yang salah, sebelum menaikinya’. Hal tersebut sama saja dengan kesia-siaan. Anda hanya akan menuai penyesalan, bukan sukses yang sesungguhnya.

Tulisan tentang rahasia sukses dan bagaimana cara memperolehnya ini sengaja dibuat praktis dan tidak terlalu ‘ilmiah’ agar para pembaca mudah memahaminya. Diharapkan pemikiran ini menjadi bacaan ringan yang memberi pengaruh besar bagi perubahan diri Anda menuju kesuksesan tanpa henti. Tulisan ini cocok untuk siapa saja, baik bagi Anda yang sedang berusaha meraih sukses maupun untuk Anda yang telah memperoleh sukses. Agar bermanfaat, saya anjurkan agar Anda membaca tulisan ini sampai selesai dengan pikiran yang terbuka dan tanpa prasangka lebih dahulu.

Apa yang Dimaksud Sukses?

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-bintang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan si sisi Allahlah tempat kembali yang baik.” (QS. Ali-Imran [3] : 14)

Setiap orang pasti ingin sukses. Tidak ada orang yang ingin hidupnya gagal. Ketika Anda sukses, Anda merasakan keberhasilan mencapai cita-cita. Tidak peduli apapun cita-cita tersebut. Ketika gagal, Anda merasakan kekecewaan dan kesedihan karena tidak berhasil mencapai apa yang Anda idamkan. Sukses dan gagal menjadi dua kondisi yang saling berlawanan. Sukses menjadi idaman setiap orang. Sedang gagal menjadi momok yang dijauhi setiap orang.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, sukses berarti berhasil atau beruntung. Sedang kesuksesan berarti keberhasilan atau keberuntungan. Jadi sukses atau kesuksesan terkait erat dengan pencapaian hasil atau keberuntungan karena mendapatkan sesuatu. Sebaliknya tidak sukses adalah kegagalan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Atau ketidakberuntungan karena tidak mendapatkan sesuatu.

Menurut John C. Maxwell, sukses adalah mengetahui apa tujuan hidup Anda; bertumbuh untuk mencapai kemampuan maksimal Anda; dan menabur benih untuk memberikan manfaat kepada lainnya. Henry Wadsworth L menyebutkan sukses sebagai melakukan apa yang dapat Anda kerjakan dengan baik dan melakukan sebaik-baiknya apa yang Anda kerjakan. Sedang Napoleon Hill mengatakan sukses adalah mereka yang selalu memberi, membentuk dan mengontrol egonya sendiri, tidak menyisakan tempat untuk mengharapkan adanya keberuntungan atas tiap pekerjaan atau kesempatan, atau atas segala perubahan nasib.

Apapun makna sukses yang kita ketahui, namun kita lebih mudah mengucapkan kata ‘sukses’ daripada mengalami kesuksesan itu sendiri. Kesuksesan menjadi kata ‘sakral’ yang sulit diraih. Karena kebanyakan orang mengartikan sukses sebagai tujuan yang akan diraih, bukan proses yang sedang dialami. Inilah yang membuat sukses menjadi sekedar impian bagi banyak orang.

Bayangan kita tentang sukses biasanya adalah bayangan tentang banyaknya halangan yang harus kita lalui untuk memperoleh kesuksesan. Halangan yang sulit dan membutuhkan banyak pengorbanan, sehingga akhirnya banyak orang menganggap sukses sebagai ilusi yang tak mungkin terwujud.

Pandangan Umum tentang Sukses

Yang terbayang dalam benak sebagian orang tentang sukses adalah orang yang berhasil mengumpulkan kekayaan. Punya harta melimpah, rumah yang besar dan mewah. Kendaraan model terbaru dan jumlahnya lebih dari satu. Tanah yang dimilikinya ada dimana-mana. Sering shopping dan travelling ke luar negeri. Pendek kata, apa saja kebutuhan yang diinginkannya akan mudah terpenuhi karena banyak uang.

Sukses bagi kebanyakan orang juga berarti ketenaran. Orang yang berhasil menjadi populer di lingkungannya. Orang tersebut sukses karena namanya dikenal dan dikenang banyak orang. Aktivitasnya sering dibicarakan dan diliput media massa. Ia menjadi public figure. Biasanya, semakin populer seseorang semakin banyak pula harta kekayaan yang dimilikinya.

Gambaran lain tentang sukses adalah orang yang berhasil menduduki jabatan tinggi. Entah itu namanya manajer, direktur, jenderal, menteri atau ketua sebuah organisasi. Apapun nama jabatannya, jika organisasinya semakin besar dan jabatannya semakin tinggi, maka orang menganggapnya sebagai kesuksesan. Biasanya, dengan jabatannya itu ia bisa memperoleh apa saja, termasuk mudah memperoleh kekayaan dan ketenaran.

Kesuksesan yang digambarkan banyak orang adalah kesuksesan dalam harta, popularitas dan jabatan. Sukses seseorang biasanya diukur dari seberapa banyak harta yang dimilikinya. Seberapa tinggi popularitasnya dan seberapa besar jabatannya. Apalagi jika ketiga hal tersebut ada pada diri seseorang, maka semakin sukseslah orang menganggapnya. Apakah anggapan ini salah? Tentu saja tidak! Berhasil memperoleh kekayaan, populeritas dan kedudukan adalah kesuksesan. Kita tidak dapat memungkiri bahwa orang yang kaya, terkenal dan memiliki jabatan adalah orang sukses. Hal ini sudah merupakan anggapan umum.

Namun, pertanyaan yang perlu direnungkan adalah apakah sukses karena harta, popularitas dan jabatan merupakan kesuksesan yang sejati? Bagaimana jika orang yang kaya, tenar atau berkedudukan itu justru sering gelisah, sedih atau tidak merasa bahagia? Bukankah kondisi itu banyak terjadi di sekeliling kita?

Jadi apa indikator yang lebih tepat untuk mengukur kesuksesan seseorang? Sebab ternyata harta, popularitas dan jabatan tidak dapat dijadikan indikator bagi kesuksesan seseorang. Adakah ukuran yang lebih tepat daripada ukuran harta, ketenaran dan kedudukan dalam mengukur kesuksesan? Jika ada, apa itu? Dan bagaimana kita mencapainya?

Inilah pertanyan-pertanyan yang semestinya Anda jawab sebelum melangkah lebih jauh untuk meraih sukses. Hidup hanyalah sekali. Oleh karena itu, janganlah Anda sia-siakan hidup ini hanya untuk mengejar kesuksesan semu. Yaitu, kesuksesan yang tidak jelas ukurannya karena sekedar mengikuti apa kata orang tentang arti sukses. Ini ibarat bersusah payah naik tangga, padahal tangganya berada di dinding yang salah. Hanya penyesalan yang akan didapatkan, karena segala jerih payah kita ternyata sia-sia belaka. Kesuksesan yang perlu Anda raih adalah kesuksesan yang bersandar pada pengertian yang benar tentang sukses itu sendiri, sehingga hidup tidak menjadi sia-sia.

Mengapa Muncul Kekeliruan tentang Pengertian Sukses?

Anggapan bahwa sukses berarti kaya, tenar, atau berkedudukan muncul karena berbagai pengaruh yang ada di sekitar kita. Pengaruh tersebut bisa datang dari keluarga, teman pergaulan, pendidikan, sampai pada media massa yang ada di sekitar kita. Semuanya seakan-akan sepakat untuk menonjolkan pengertian sukses hanya berupa kekayaan, ketenaran, dan kedudukan. Tak ada kesuksesan selain tiga pengertian itu.

Begitu kuatnya pengertian sukses yang identik dengan kekayaan, ketenaran dan kedudukan, sehingga banyak orang yang hidupnya hanya mengejar ketiga hal tersebut. Bahkan di antara mereka ada yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya, yang penting mereka bisa kaya, populer, atau memiliki jabatan.

Sikap hidup yang dominan mengejar kekayaan, popularitas atau kedudukan sebenarnya tak bisa lepas dari ideologi yang berkuasa di dunia saat ini. Setelah Uni Soviet dengan ideologi komunismenya runtuh, maka Amerika dan Barat leluasa menyebarkan ideologi kapitasme dan liberalismenya tanpa saingan. kapitalisme yang memunculkan pola hidup materialisme mewabah kemana-mana. Liberalisme yang berdampak pada gaya hidup permisifisme menyebar semakin marak ke belahan dunia timur. Didukung oleh kekuatan media massa mereka yang besar, maka semakin banyak orang terpengaruh dengan slogan-slogan kebebasan, hak azasi, dan keterbukaan yang mereka dengungkan. Slogan tersebut sebetulnya tidak salah, yang salah adalah penerapannya yang kebablasan dan hanya menonjolkan kenikmatan materil. Media massa Barat selalu mengeksploitasi bahwa yang dimaksud sukses itu ukurannya adalah harta, popularitas dan kedudukan.

Padahal secara kasat mata kita dapat melihat banyak contoh yang menunjukkan kekayaan, populeritas, dan kedudukan belum tentu membuat orang sukses. Ada orang yang justru hidupnya menderita dan tidak bahagia karena harta, populeritas atau kedudukan yang dimiliki. Salah satu contohnya adalah bintang film Home Alone Macaulay Culkin. Culkin adalah seorang bocah lucu yang berbakat dalam dunia film. Ia berasal dari keluarga yang berbahagia. Ayah dan ibunya hidup rukun walau mereka hidup miskin. Bakat Culkin berakting menarik perhatian sutradara film Home Alone, yang kemudian mengajaknya bermain dalam film tersebut. Home Alone akhirnya menjadi film box office dan membuat nama Culkin terkenal. Honornya meningkat drastis. Keluarganya yang miskin berubah menjadi kaya raya.

Namun ternyata popularitas dan kekayaan tersebut berakibat buruk pada keluarganya. Pertengkaran ayah dan ibunya semakin meningkat. Ayahnya ingin mengeksploitasi Culkin. Sedang ibunya ingin agar Culkin berkembang wajar seperti anak-anak lainnya. Seiring dengan meningkatnya popularitas dan kekayaan yang diterima Culkin, hubungan antara ayah dan ibunya semakin tidak harmonis yang akhirnya berujung pada perceraian. Culkin frustasi dan terlibat pada penggunaan obat terlarang. Ia akhirnya menikah pada usia 19 tahun karena “kecelakaan” dengan pacarnya. Hidup Culkin dan keluarganya justru tidak bahagia karena harta dan popularitas. Kini Culkin mencoba merintis kembali karirnya dari bawah dengan paradigma yang berbeda tentang arti kesuksesan.

Contoh lain adalah apa yang menimpa Lady Diana, mantan istri putra mahkota Kerajaan Inggris, Pangeran Charles. Hidup dengan gelimang harta, popularitas dan kedudukan yang tinggi tak membuatnya bahagia. Suaminya, Charles, dianggap tak memberi cinta yang penuh kepadanya. Charles ternyata lebih mencintai wanita lain, Camilla. Diana dan Charles akhirnya bercerai. Padahal waktu itu banyak orang yang menganggap mereka sebagai pasangan serasi. Diana kemudian bertualang dari satu pelukan lelaki ke pelukan lelaki lain. Ia mencari cinta yang tak pernah didapatkannya. Diana akhirnya tewas mengenaskan ketika mobil yang ditumpanginya bersama Dodi, kekasihnya, menabrak dinding terowongan di jalanan kota Paris karena berusaha menghindari kejaran paparazzi.

Masih banyak contoh lain tentang orang-orang yang tak bahagia karena kekayaan, ketenaran dan kedudukannya. Antara lain, apa yang menimpa Tina Turner, Jimmi Hendrix, Janis Joplin, Brian Jones, dan Elvis Presley, yang mati over dosis karena merasa kesepian di tengah ketenaran mereka sebagai rocker. Contoh lain, kegelisahan yang dialami Christina Onasis, wanita kaya pewaris kerajaan minyak Onasis, yang perkawinannya selalu kandas, sehingga ia mengaku kepada media sebagai orang yang tak bahagia. Marilyn Monroe, Hitler, Stalin, Mussolini adalah nama-nama lainnya, yang hidupnya tak bahagia di tengah-tengah kedudukan, kekayaan dan popularitas yang mereka miliki.

Pada tahun 1923, sebuah kelompok kecil orang-orang terkaya di dunia bertemu di hotel Edgewater Beach di Chicago, Illinois. Pada saat itu, mereka mengendalikan uang lebih besar daripada jumlah uang yang dimiliki Amerika Serikat. Disini adalah daftar nama mereka dan apa yang akhirnya terjadi pada mereka :

  • Charles Schwab : presiden perusahaan baja mandiri terbesar, mati dalam keadaan bangkrut.
  • Arthur Cutten : spekulan tepung yang terbesar, mati di luar negeri dalam kondisi bangkrut.
  • Richard Witney : direktur bursa Saham New York, mati setelah dibebaskan dari penjara Sing-Sing.
  • Albert Fall : anggota kabinet presiden Amerika Serikat, mandapat pengampunan dari penjara dan mati di rumahnya.
  • Jess Livermore : investor terbesar Wall Street, mati bunuh diri.
  • Leon Fraser : direktur Bank Penyelesaian Internasional, mati bunuh diri.
  • Ivan Kreuger : kepala monopoli terbesar dunia, mati bunuh diri.

Masih banyak ratusan contoh lainnya yang menunjukkan kekayaan, ketenaran dan kedudukan bukanlah ukuran kesuksesan. Mungkin jumlah orang yang gagal dan merasa tidak bahagia dengan kedudukan, kekayaan atau populeritasnya lebih banyak daripada orang yang merasa sukses dan bahagia dengan kedudukan, kekayaan dan ketenarannya.

Jadi, kekayaan, ketenaran dan kedudukan bukanlah jaminan kesuksesan itu sendiri. Ia hanya sarana untuk memperoleh sukses sebenarnya. Artinya, ada sukses yang lebih tinggi nilainya dari sekedar kaya, tenar atau berkedudukan. Apakah itu? Kita akan membahas hal tersebut pada tulisan-tulisan berikutnya.

Dampak Kekeliruan Memandang Sukses

Memandang sukses sebagai ketenaran, kedudukan dan kekayaan tentu memberikan berbagai dampak yang negatif, antara lain :

1. Menghalalkan segala cara
Kekayaan, ketenaran dan kedudukan adalah ‘sumber daya’ yang langka. Ia seperti puncak dari piramida. Sedikit sekali orang yang bisa mencapainya dari sekian banyak yang menginginkannya. Karena langka, orang perlu bersaing untuk mendapatkannya. Ada yang berupaya mendapatkannya dengan cara yang sportif dan halal, tapi banyak juga yang menghalalkan segala cara untuk memperolehnya.

Godaan untuk menghalalkan segala cara dalam memperoleh harta, popularitas dan jabatan sangat besar karena susahnya memperoleh ketiga hal tersebut dengan cara yang halal. Apalagi budaya dan lingkungan kita juga sudah menganggap biasa cara-cara yang haram untuk memperoleh ketiga hal tersebut. Ditambah lagi, masyarakat juga memandang ketiga hal tersebut sebagai simbol kesuksesan. Orang yang tidak memperolehnya akan dipandang sebelah mata. Hingga akhirnya banyak orang yang tergoda untuk menghalalkan segala cara dalam memperoleh kekayaan, ketenaran atau kedudukan.

2. Egois dan kurang peduli
Mental orang yang mengejar harta, ketenaran dan kedudukan akan mudah menjadi egois. Hanya mementingkan dirinya sendiri dan tak peduli dengan orang lain. Baginya, buat apa memikirkan orang lain kalau hal itu hanya akan menghalanginya untuk memperoleh harta, populeritas atau kedudukan. Ia menghibur dirinya dengan mengatakan, “saya akan peduli kepada orang lain kalau sudah sukses memperoleh kekayaan, ketenaran atau kedudukan.” Padahal ketika kekayaan, ketenaran atau kedudukan sudah diperolehnya, ia mungkin lebih egois lagi karena mental itu sudah terlanjur mengakar dalam dirinya.

3. Tidak dapat menikmati proses mencapai sukses
Orang yang menjadikan kekayaan, ketenaran dan kedudukan sebagai tujuan suksesnya akan menjadi sulit menikmati proses mencapai sukses. Hal ini karena ia menganggap sukses sebagai ‘garis finish’ dari proses panjang yang melelahkan untuk sukses. Baginya proses mencapai sukses bukanlah kesuksesan itu sendiri, sehingga ia hanya terfokus pada tujuan yang dianggapnya sebagai sukses sebenarnya. Akhirnya, ia tak dapat menikmati proses perjalanan untuk sampai ke tujuan. Kegembiraan hanya dirasakan kalau ia mencapai tujuan. Selain itu yang dirasakan hanyalah tekanan, kegelisahan dan kekhawatiran. Orang semacam ini menjadi jarang mendapatkan kebahagiaan.

4. Mengabaikan yang lebih bermakna
Orang yang hidupnya hanya untuk mengejar kekayaan, ketenaran dan kedudukan akan mudah mengabaikan kewajiban atau tuntutan lain yang tak ada hubungannya langsung dengan upaya memperoleh harta, ketenaran dan kedudukan. Sudah banyak contohnya orang yang terlalu sibuk mengejar harta menjadi abai terhadap keluarganya. Orang yang ingin mendapatkan jabatan menjadi tega menyikut teman dekatnya. Orang yang ingin tenar menjadi rela menyerahkan kehormatannya. Padahal keluarga, hubungan baik dengan teman dan kehormatan adalah sesuatu yang bermakna dalam hidup. Semua itu dikorbankannya demi memperoleh harta, popularitas dan jabatan.

5. Hidup yang tidak seimbang
Orang yang terfokus hidupnya untuk memperoleh kekayaan, ketenaran dan kedudukan akan sangat berpotensi untuk hidup tidak seimbang. Ia tidak sempat lagi untuk istirahat yang cukup dan berolahraga. Lupa untuk beribadah kepada Tuhan. Tidak sempat lagi untuk belajar. Lupa untuk membina hubungan dengan orang-orang terdekatnya, dan lain-lain. ‘kelupaan-kelupaan’ itu disebabkan waktunya habis tercurahkan untuk mengejar kekayaan, ketenaran atau kedudukan.

6. Gagal memperoleh sukses sesungguhnya
Akhirnya, orang yang menganggap kesuksesan sebagai kekayaan, ketenaran atau kedudukan akan gagal memperoleh sukses sesungguhnya. Ia seperti mengejar fatamorgana. Ia lupa bahwa ada sukses sesungguhnya yang perlu diperoleh daripada sekedar mengejar kekayaan, kedudukan atau ketenaran. Sukses itu tak pernah terpikirkan olehnya karena ia sibuk dengan mengejar harta, popularitas dan jabatan yang tinggi.

Berbagai dampak negatif dari memandang sukses sebagai kekayaan, ketenaran dan kedudukan semestinya menyadarkan kita tentang arti sukses sesungguhnya. Kita perlu memahami hakikat sukses sesungguhnya, sehingga tidak tertipu mengejar sukses semu sepanjang usia kita. Seperti apa itu sukses sesungguhnya dan bagaimana kita dapat mencapainya? Hal inilah yang perlu dijawab semua orang sebelum ia ingin sukses.

Mengapa kita perlu mengetahui indikasi sukses yang sesungguhnya? Sebab hidup hanya sekali. Kita perlu menggunakan hidup yang singkat ini untuk mencapai kesuksesan sejati. Orang yang hidupnya hanya untuk mengejar kesuksesan semu berupa harta, populeritas dan jabatan akan menyesal kelak. Ia seperti mencari air laut untuk diminum. Semakin diminum, semakin dahaga. Semakin dicari kesuksesan semu itu, semakin gelisah dan tak terpuaskan.

Persis seperti yang dikatakan Ali bin Abu Tholib, “Sesungguhnya dunia ini bagaikan ular yang licin, namun mematikan bisanya. Karena itu berpalinglah daripadanya dan dari apa yang mengagumkan engkau, karena sedikitnya yang dapat engkau bawa sebagai bekal; dan jangan risaukan dia karena engkau yakin akan berpisah dengannya; dan letakkan kesenanganmu dalam kewaspadaan terhadap apa-apa yang ada di dalamnya, sebab penghuni dunia begitu ia mulai merasa senang, langsung ia akan terjerumus ke jurang kebinasaan”.

Jika kekayaan, ketenaran dan kedudukan bukan sukses sesungguhnya, lalu apa yang disebut sukses sesungguhnya itu? Jawabannya ada pada makna sukses berikut ini :

1. Sukses adalah keseimbangan hidup
2. Sukses adalah memberikan manfaat bagi orang lain
3. Sukses adalah proses mencapai cita-cita mulia
4. Sukses adalah menikmati kemenangan-kemenangan
5. Sukses adalah ‘akhir yang baik’

Sukses dengan lima makna di atas adalah sukses yang dapat Anda peroleh dengan mudah dan tanpa henti. Hal ini karena sukses tidak lagi dipandang sebagai tujuan berupa kekayaan, ketenaran atau kedudukan, tapi sebagai perjalanan.

Kita akan mencoba membahas makna sukses sesungguhnya itu pada tulisan-tulisan berikutnya. Bersiaplah dan bukalah mata hati Anda untuk menerima paradigma ‘baru’ tentang sukses sejati.


Hidup Seimbang adalah Kesuksesan

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS. 67 : 3)

Indikator kesuksesan bukanlah ketika Anda kaya, tenar atau memiliki jabatan yang tinggi. Usahawan John D. Rockefeller, seorang pria kaya yang mendermakan uangnya lebih dari $350 juta selama hidupnya, pernah ditanya berapa jumlah uang yang diperlukan untuk memberi kepuasan kepadanya. Jawabannya, “Hanya sedikit saja”. Novelis H.G. Wells juga pernah berkata bahwa kekayaan, ketenaran dan kekuasaan sama sekali bukan ukuran kesuksesan.

Dalam konteks yang agak berbeda, Hasan Al Bashri pernah berkata, “Barangsiapa mengajakmu berlomba-lomba dengan kebajikan, maka berlombalah dengan dia! Dan barangsiapa mengajak berlomba-lomba dengan dunia, maka lemparkanlah dunia itu pada lehernya! Dunia dengan perhiasannya yang berupa kekayaan, ketenaran dan kedudukan akan membuat kita tergoda untuk berlomba-lomba mendapatkannya." Hasan Al Bashri memahami bahwa hal itu adalah kesuksesan semu, maka ia berkomentar dengan agak keras agar dilemparkan saja ‘dunia’ itu.

Oleh karena itu, cukuplah sudah bukti bahwa kaya, popularitas dan jabatan bukanlah kesuksesan dan kebahagiaan yang Anda idamkan. Ia hanyalah salah satu sarana agar Anda mendapatkan peluang lebih banyak untuk memperoleh sukses sesungguhnya. Itu pun hanya salah satu sarana, bukan sarana satu-satunya. Anda perlu lebih terfokus untuk mencari kesuksesan yang sejati. Yang betul-betul bisa membuat Anda bahagia. Apa itu? Yang pertama adalah menjaga keseimbangan hidup Anda.


Keseimbangan adalah Hukum Alam

Coba Anda lihat alam semesta ini. Anda pasti melihat ada keseimbangan di dalamnya. Ada gunung dan lembah. Ada air dan api. Ada laki-laki dan wanita. Ada miskin dan kaya. Ada warna hitam dan putih.

Ketika dinosaurus punah, alam ditempati oleh binatang-binatang penggantinya yang lebih cocok dengan situasi alam yang telah berubah. Ketika manusia menebangi hutan sembarangan, alam yang tidak seimbang bereaksi dengan mengirimkan air bahnya kepada manusia, sehingga terjadi bencana banjir. Alam bekerja dengan hukum keseimbangan.

Tubuh kita juga bekerja dengan hukum keseimbangan. Kita melangkah dengan seimbang dengan bobot yang didistribusikan secara sama pada kedua belah kaki kita. Tangan kanan dan kiri kita bergerak secara harmonis dan saling bantu membantu. Mata kita ada sepasang, sehingga kita bisa melihat dengan lebih jelas dibandingkan kalau kita hanya melihat dengan sebelah mata. Bentuk raut muka kita juga seimbang antara kanan dan kiri.

Nafas kita juga bergerak teratur dan disesuaikan dengan detak jantung kita. Otak bagian dan kiri kita juga seimbang beratnya. Ketika kita bekerja terlalu lelah dan kurang istirahat, tubuh kita bereaksi dengan menampakkan gejala kesakitan tertentu. Kemudian ketika tubuh benar-benar sakit, maka zat-zat antibodi di dalam tubuh berusaha untuk menyembuhkannya agar tubuh kita kembali berada dalam keseimbangan. Tubuh kita bekerja dengan prinsip keseimbangan.

Jika alam dan tubuh kita bekerja dengan prinsip keseimbangan, maka manusia yang sukses juga adalah manusia yang hidupnya seimbang. Mengapa? Karena kita tak mungkin melawan hukum keseimbangan yang telah given (ada dengan sendirinya) di alam semesta ini. Kita akan ‘kalah’ melawan alam dan tubuh kita sendiri jika kita mencoba hidup tidak seimbang. Sebab kita hidup di dalamnya dan menjadi anggota dari alam semesta yang seimbang ini.

Mungkin Anda pernah melihat ada orang yang mampu melawan hukum keseimbangan alam. Misalnya, orang yang bisa menaklukan gunung Everest (gunung tertinggi di dunia) tanpa bantuan alat oksigen; atau orang yang bisa bertahan di dalam balok es yang sangat dingin; atau orang yang mampu berjalan di atas api. Namun contoh-contoh yang disebutkan itu juga masih berada dalam hukum keseimbangan alam. Karena orang yang mampu melakukannya pasti telah melakukan latihan dan usaha-usaha tertentu, sehingga ia kelihatannya ‘hebat’ di mata orang lain. Tapi sebenarnya ia melakukan hal itu karena bekerja sama dengan hukum keseimbangan alam.

Apa yang Dimaksud Hidup Seimbang?

Hidup seimbang berarti hidup dengan menjaga dua bentuk keseimbangan, yaitu keseimbangan internal dan eksternal.

Keseimbangan internal adalah keseimbangan dalam memenuhi hak dari diri Anda sendiri. Diri Anda memiliki empat dimensi, yaitu dimensi fisik, emosional, mental dan spritual. Masing-masing dimensi perlu dilayani haknya agar diri Anda seimbang. Hak dari dimensi fisik adalah kesehatan tubuh. Hak dari dimensi emosional adalah perasaan yang bersih. Hak dari dimensi mental adalah pikiran yang jernih. Hak dari dimensi spritual adalah kedekatan dengan Tuhan. Semua itu perlu dipenuhi haknya jika Anda ingin dikatakan hidup dengan seimbang.

Keseimbangan eksternal adalah keseimbangan dalam memenuhi hak orang-orang di sekitar Anda. Anda mungkin sudah mengtahui bahwa setiap orang pasti memiliki beberapa peran yang berbeda dalam hidupnya. Anda misalnya, mungkin memiliki peran sebagai ayah bagi anak Anda, suami bagi isteri Anda, anak bagi orang tua Anda, mahasiswa jika Anda kuliah, dan juga menjadi warga di dalam lingkungan sekitar Anda. Dalam contoh tadi berarti Anda memiliki 5 peran dalam hidup Anda.

Orang yang hidupnya seimbang melayani semua peran dalam hidupnya dengan baik. Artinya, ia memenuhi semua hak dari setiap peran hidupnya. Ketika Anda dapat memenuhi semua hak tersebut, baik dalam keseimbangan internal maupun eksternal, maka Anda telah berhasil menyeimbangkan hidup Anda. Sebaliknya, jika satu atau lebih dari hak-hak dalam hidup Anda terbengkalai, maka berarti hidup Anda tidak seimbang.

Dampak dari Orang yang Tidak Hidup Seimbang

Jika Anda hidup tidak seimbang, maka Anda melawan hukum keseimbangan. Anda tak dapat melawan hukum keseimbangan itu. Cepat atau lambat Anda akan merasakan akibatnya, yaitu :

1. Gelisah terus menerus
Dampak pertama dari hidup yang tidak seimbang adalah kegelisahan yang terus menerus. Anda merasa ada yang tidak lengkap dalam hidup ini. Ada yang tercecer dan yang terabaikan, sehingga Anda sering dilingkupi rasa bersalah (feeling guilty).

Mungkin Anda pernah menyaksikan film Leathal Weapon. Film yang berkisah tentang dua orang polisi. Polisi yang satu sudah lama berkarir dan bahagia dengan keluarganya. Sedang polisi yang satu lagi baru berkarir dan rumah tangganya kurang bahagia. Ia bercerai dengan istrinya.

Dikisahkan dalam film itu bagaimana konflik batin yang dialami polisi yang bercerai dengan isterinya itu. Ia sering diliputi rasa bersalah dan penyesalan, sehingga hidupnya selalu gelisah. Ia digambarkan sering melakukan tindakan yang ceroboh, nekat, dan emosional dalam menjalankan perannya sebagai polisi. Untung ia selalu didampingi oleh polisi bijak yang keluarganya bahagia, sehingga selalu selamat dari bahaya melawan kekejaman penjahat.

2. Keberhasilan yang selama ini telah dicapai akan berubah menjadi kegagalan
Kehidupan yang tidak seimbang akan menghancurkan kesuksesan Anda selama ini. Sebagai contoh, ketika Anda sukses berkarir tapi abai menyediakan waktu untuk mengurus isteri/suami Anda, maka cepat atau lambat istri/suami akan ‘merongrong’ keberhasilan Anda dalam karir.

Mereka akan menuntut Anda, bahkan mungkin menuntut secara berlebihan sebagai pelampiasan terhadap kewajiban Anda yang selama ini terabaikan. Jika Anda tak dapat memenuhinya, mungkin hubungan Anda dengan isteri/suami akan berakhir dengan perceraian atau pertengkaran terus menerus. Dampak dari kegagalan rumah tangga ini, bisa mengganggu konsentrasi Anda dalam karir, sehingga cepat atau lambat karir Anda yang sukses akan menurun prestasinya, bahkan dapat hancur jika Anda tak mampu mengatasinya. Ini adalah hukum keseimbangan. Hukum yang akan bereaksi ketika Anda hidup tidak seimbang.

3. Menyakiti orang lain
Ketika Anda hidup tidak seimbang, kemungkinan besar akan ada orang lain yang hak dan kewajibannya Anda abaikan. Ia mungkin akan kecewa dan sakit hati dengan Anda. Pada saat itu, Anda telah mengorbankan yang penting dalam hidup Anda, yaitu hubungan baik dengan orang lain. Rusaknya hubungan akan berdampak pada hilangnya kerjasama, bantuan dan rida dari orang lain. Hal ini jelas akan menyulitkan Anda untuk memperoleh sukses.

4. Tidak bisa menikmati kesuksesan yang lebih besar
Jika Anda hidup tak seimbang, Anda akan sulit untuk memperoleh kesuksesan lebih besar lagi. Hal ini karena ketidakseimbangan akan menganggu konsentrasi Anda untuk bergerak maju. Waktu, pikiran dan tenaga Anda habis untuk menyelesaikan masalah yang muncul dari ketidakseimbangan itu.

Sebagai contoh, Anda sibuk bekerja tapi lupa menjaga kesehatan tubuh. Ketika Anda jatuh sakit, mungkin butuh waktu lama untuk sembuh kembali. Bahkan mungkin sakit itu menjadi kronis dan menahun. Waktu, pikiran dan tenaga Anda jelas akan beralih pada penyembuhan penyakit tersebut. Konsentrasi Anda untuk sukses yang lebih besar lagi akan terganggu. Anda menjadi terhalang untuk memperoleh sukses berikutnya atau sukses yang lebih besar lagi.

5. Mengorbankan sesuatu yang berharga
Hidup yang tidak seimbang membuat Anda mengorbankan sesuatu yang berharga dalam hidup Anda. Hal itu bisa berupa hubungan baik dengan orang lain yang Anda hancurkan, kesehatan yang Anda abaikan, cita-cita luhur yang Anda lupakan, dan lain-lain. Sesuatu yang berharga itu mungkin baru disadari di kemudian hari, sehingga terlambat dan hanya penyesalan yang didapat. Persis seperti cerita seorang anak yang sibuk berkarir dan lupa kepada ibunya.

Suatu ketika, ia mendatangi ibunya yang lama tidak dikunjunginya di rumah jompo. Ia membawa es krim kesukaan ibunya. Es krim itu diterima ibunya dengan sangat gembira. Ibunya berkata, “Sungguh kamu anak baik yang memperhatikan orang lain. Anakku tidak seperti kamu, ia sudah lama melupakanku”.

Ternyata mata sang ibu sudah rabun dan telinganya sudah tuli. Ia tidak tahu bahwa yang memberikan es krim itu anaknya sendiri. Seketika itu juga si anak menangis tersedu-sedu. Ia sadar bahwa selama ini telah melupakan ibunya. Ia bertekad untuk lebih memperhatikan ibunya. Namun semua itu terlambat, karena keesokan harinya ibunya telah meninggal.

Hidup Seimbang adalah Kesuksesan

Mengapa kesuksesan itu berarti hidup seimbang? Paling tidak ada tiga alasan yang mendasarinya :

1. Hidup seimbang membuat Anda terbebas dari berbagai masalah yang tidak perlu terjadi.

Jika hidup Anda seimbang, Anda akan terbebas dari berbagai masalah. Sesungguhnya masalah itu muncul dari ketidakseimbangan. Misalnya, masalah kegemukan muncul karena ketidakseimbangan antara makan dengan olahraga. Masalah keluarga muncul karena ketidakseimbangan antara waktu untuk keluarga dan waktu untuk kegiatan lain. Masalah ekonomi muncul karena ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. Masalah permusuhan dengan orang lain muncul karena ketidakseimbangan antara memahami dan dipahami oleh orang lain. Dengan hidup seimbang Anda bersikap preventif. Mencegah masalah sebelum masalah tersebut terjadi.

2. Hidup seimbang membuat perasaan Anda tenteram dan bahagia.

Perasaan tenteram dan bahagia terkait dengan keseimbangan. Coba Anda lihat pemandangan yang indah (karena teksturnya yang seimbang), maka Anda akan merasakan perasaan yang tenteram dan bahagia. Coba Anda dengarkan lagu yang merdu (karena nadanya yang harmonis), maka Anda akan merasa senang. Jika Anda hidup dengan seimbang, alam (hukum alam) akan membantu Anda untuk merasakan ketenteraman dan kebahagiaan. Hal itu karena Anda hidup selaras dengan hukum keseimbangan alam.

3. Hidup seimbang membuat Anda dapat mengembangkan potensi.
Manusia hidup dengan berbagai potensi. Potensi itu dapat berkembang jika disemai dalam ‘tanah’ yang tepat. ‘Tanah’ itu adalah hidup yang seimbang. Persis seperti tanaman yang akan tumbuh subur jika ditanam pada tanah dengan kandungan mineral yang seimbang. Potensi yang berkembang akan membuat Anda merasa lebih puas dan bahagia karena kebutuhan Anda untuk beraktualisasi diri dapat tercapai.

4. Hidup seimbang membuat Anda tidak menyesal meninggalkan dunia.

Jika Anda hidup seimbang, Anda akan mengalami perasaan tenteram dan bahagia sampai Anda dipanggil Tuhan kelak. Anda tidak akan menyesal meninggalkan dunia ini karena Anda tahu telah melaksanakan seluruh hak Anda dengan baik. Tidak ada orang yang Anda sakiti atau Anda abaikan. Anda juga merasa telah menjadi hamba Tuhan yang baik karena tidak menyia-nyiakan umur Anda untuk merusak diri sendiri dan orang lain. Anda akan pulang ke ‘rumah Tuhan’ dengan hati puas dan rida.

Empat hal inilah yang akan dialami oleh mereka yang hidupnya seimbang. Mereka menjadi orang yang sukses karena hidupnya seimbang. Sebaliknya, orang yang hidupnya tidak seimbang adalah orang yang gagal dalam hidup, walau ia kaya, tenar atau memiliki jabatan yang tinggi. Kekayaan, popularitas dan kedudukan yang tinggi tidak membantu seseorang untuk merasakan keempat hal diatas, jika ia gagal menyeimbangkan hidupnya.

Anda mungkin bertanya, adakah contoh orang yang sukses karena hidupnya yang seimbang? Tentu saja banyak contohnya. Mereka adalah para nabi dan rasul, ulama, orang-orang saleh dan para pahlawan. Kalau kita ingin menyebut namanya, beberapa diantaranya bisa disebutkan disini : Nabi Muhammad, keempat khalifah sepeninggal Nabi Muhammad (Abu Bakar, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abu Tholib), para ulama seperti : Imam Malik, Syaf’i, Hambali, Hanafi, Nawawi, Ibnu Taimiyah, dan lain-lain.

Para pahlawan pembela kebenaran, seperti Sholahudin Al Ayyubi, Omar Mukhtar, Sanusi, Hasan Al Banna, Sayyid Quthb, dan lain-lain. Belum lagi dari orang-orang yang tidak terkenal, tapi sebetulnya ada di sekeliling kita karena mereka berhasil hidup dengan seimbang. Ingat! Hidup yang seimbang tidak mengharuskan seorang itu kaya, tenar atau berkedudukan. Bahkan mungkin ia berasal dari orang yang miskin, tidak terkenal atau jabatannya rendah, tapi ia lebih sukses hidupnya daripada orang yang kaya, tenar atau berkedudukan namun hidupnya tidak seimbang.

Orang yang hidupnya seimbang akan mengalami kesuksesan tanpa henti karena sukses bukan lagi dilihat sebagai tujuan, tapi proses. Anda akan jarang sekali mengalami kesuksesan jika sukses itu merupakan tujuan. Apalagi jika sukses itu Anda anggap sebagai tujuan yang besar, seperti memperoleh harta yang banyak, popularitas yang melangit dan jabatan setinggi-tingginya. Namun jika sukses adalah proses, maka Anda akan lebih mudah mencapainya dan akan lebih sering mengalaminya. Bahkan bisa menjadi sukses tanpa henti jika Anda terus menjaga kesuksesan itu, yakni dengan menjaga keseimbangan hidup Anda.

Indikasi Hidup yang Seimbang

Lalu bagaimana cara untuk mengetahui apakah hidup Anda sudah seimbang? Apa indikasi dari hidup yang seimbang itu, sehingga Anda dapat mengevaluasinya dalam kehidupan sehari-hari? Memang, ada beberapa indikator dari kehidupan yang seimbang. Jika Anda memiliki satu dari beberapa indikator di bawah ini bisa dikatakan hidup Anda telah seimbang, yaitu :

1. Anda telah menyediakan kualitas waktu yang cukup untuk menjalankan peran Anda

Yang dimaksud hidup seimbang bukan berarti Anda menyediakan kuantitas (jumlah) waktu yang sama untuk setiap peran hidup Anda. Misalnya, waktu untuk peran sebagai karyawan 8 jam berarti waktu untuk menjalankan peran sebagai ayah/suami bagi keluarga juga harus 8 jam. Bukan begitu yang dimaksud hidup yang seimbang. Sebab pada prakteknya sulit bagi kita menyediakan waktu sama banyaknya untuk setiap peran hidup kita. Yang penting bukan berapa banyak (kuantitas) waktu yang Anda sediakan untuk setiap peran, tapi seberapa kualitas (mutu) yang Anda sediakan untuk menjalankan suatu peran. Walau Anda hanya menyediakan waktu untuk keluarga sehari 2 jam (karena Anda sibuk bekerja), tapi kualitas hubungan yang Anda lakukan sudah dirasakan cukup oleh keluarga Anda, maka Anda sudah menjalankan peran tersebut dengan baik.

Kualitas hubungan yang cukup ditandai dengan tidak adanya komplain (protes) dari orang yang Anda layani. Jadi yang penting bagi Anda dalam menjaga keseimbangan hidup adalah menjaga kualitas hubungan dari masing-masing peran dalam hidup Anda.

Begitu pula untuk keseimbangan internal. Bukan berarti menyediakan jumlah waktu yang sama untuk masing-masing dimensi dari diri Anda (fisik, mental, spritual dan emosional), tapi memberikan kualitas waktu yang cukup kepada masing-masing dimensi agar dapat berkembang secara optimal. Misalnya untuk olahraga (sebagai hak dari dimensi fisik) setiap harinya cukup 15 menit, tapi untuk membaca (sebagai hak dari dimesi mental) waktunya mungkin tidak cukup 15 menit, tapi 30-60 menit. Jadi masing-masing dimensi pada diri Anda mempunyai jumlah waktu yang berbeda untuk pemenuhan haknya.

Ketidakseimbangan dalam memenuhi hak dari setiap dimensi diri Anda biasanya ditandai dengan munculnya gejala ‘ketidakberesan’ dalam dimensi tersebut. Sebagai contoh, ketika Anda terserang flu berarti hal itu merupakan gejala bahwa Anda perlu lebih memperhatikan hak dari dimensi fisik Anda (Anda perlu lebih memperhatikan kesehatan fisik Anda). Jika Anda sering ketinggalan informasi dan sering tidak nyambung ketika ada orang yang berbicara mungkin itu merupakan gejala dari perlunya Anda lebih memperhatikan hak dari dimensi mental Anda (Anda perlu lebih banyak belajar dan membaca). Jika Anda sering merasa sakit hati dan dengki dengan orang lain mungkin itu merupakan gejala dari ‘kurang beresnya’ dimensi emosional Anda (Anda perlu mengasah perasaan Anda). Lalu jika Anda sering merasa kesepian dan kegersangan hati mungkin itu merupakan gejala dari ‘kurang beresnya’ dimensi spritual Anda (Anda perlu memperbanyak ibadah kepada Tuhan).

2. Tidak ada keluhan terus menerus dari orang-orang di sekitar Anda

Indikator lainnya dari hidup yang seimbang adalah ketika orang-orang di sekitar Anda tidak mengeluh secara berulang-ulang kepada Anda karena haknya untuk diperhatikan dan dilayani oleh Anda terasa kurang. Jika Anda menyediakan waktu yang sedikit untuk menjalankan sebagian peran Anda, tapi orang-orang yang Anda perlu penuhi haknya tidak mengeluh secara terus menerus, berarti Anda telah melayani peran tersebut dengan baik. Begitu pula jika keluhan tersebut hanya sesekali dan tidak begitu menunjukkan kekecewaan yang mendalam, maka hal itu masih dalam batas kewajaran. Belum menunjukkan bahwa peran Anda tidak terlayani dengan baik.

Jika ada orang yang mengeluh terus menerus kepada Anda karena haknya merasa terabaikan, maka Anda perlu menilainya dengan proporsional. Apakah keluhan tersebut masih dalam batas wajar atau tidak. Jika sudah berlebihan, Anda tak perlu melayaninya. Misalnya, sahabat Anda minta agar Anda menemaninya kemana pun ia pergi. Permintaan ini sudah berlebihan dan Anda tak perlu melayaninya. Karena kalau Anda layani, waktu Anda untuk melayani peran hidup yang lain akan terabaikan. Padahal Anda ingin agar semua peran hidup Anda terlayani dengan baik. Namun jika keluhan tersebut tidak berlebihan dan proporsional, maka Anda harus segera memenuhi hak-haknya agar hidup Anda kembali seimbang.

3. Tidak ada perasaan bersalah yang terus menerus yang Anda rasakan

Selain tidak ada keluhan, hidup yang seimbang juga ditandai dengan tidak adanya perasaan bersalah yang terus menerus dialami karena Anda merasa mengabaikan sebagian dari peran hidup Anda.

Namun hal ini juga perlu dinilai secara hati-hati oleh Anda apakah rasa bersalah itu obyektif atau tidak. Rasa bersalah yang obyektif muncul dari melanggar aturan yang bersumber dari nilai-nilai universal atau ajaran Tuhan. Sedang rasa bersalah yang tidak obyektif muncul dari perasaan diri sendiri atau pengaruh dari luar, padahal itu sebenarnya bertentangan dengan nilai-nilai universal atau ajaran Tuhan. Misalnya, jika Anda merasa bersalah karena sering tidak menepati janji maka hal itu merupakan rasa bersalah yang obyektif. Namun jika Anda merasa bersalah karena tidak mau memenuhi tuntutan pacar Anda untuk berhubungan seksual sebelum nikah, maka itu adalah perasaan bersalah yang subyektif. Rasa bersalah yang subyektif tidak perlu dijadikan indikasi dari ketidakseimbangan hidup Anda, tapi rasa bersalah yang obyektif perlu Anda jadikan sebagai indikasi dari ketidakseimbangan hidup Anda.

4. Berbagai peran/dimensi diri Anda saling mendukung satu sama lain

Indikasi lain dari hidup seimbang adalah ketika berbagai peran hidup Anda dan berbagai dimensi dalam diri Anda saling mendukung pencapaian misi hidup Anda. Misi adalah filosofi hidup Anda. Misi adalah keyakinan, nilai-nilai, ideologi atau agama yang menjadi pedoman hidup Anda. Ketika peran/dimensi dalam hidup Anda saling mendukung satu sama lain untuk pencapaian misi hidup Anda, berarti hidup Anda seimbang. Sebaliknya, ketika peran/dimensi dalam hidup Anda tidak saling mendukung pencapaian misi hidup Anda, berarti hidup Anda tidak seimbang. Misalnya, Anda berprofesi sebagai mahasiswa, tapi di sisi lain Anda juga menjadi bandar narkoba, maka peran-peran tersebut saling bertentangan satu sama lain dan tidak saling mendukung pencapaian misi hidup Anda.

by. Era Muslim

Sukses adalah Hak Saya


“Sukses adalah hak saya ! Sukses bukan milik orang-orang tertentu. Sukses milik Anda, milik saya dan milik siapa saja yang menyadari, menginginkan dan memperjuangkan dengan sepenuh hati…” — Andrie Wongso

Karena kesuksesan adalah hak setiap orang, sepanjang orang yang bersangkutan menyadari, menginginkan dan memperjuangkannya dengan sepenuh hati. Maka setiap orang pada dasarnya bisa merancang kesuksesannya sendiri, asalkan ia menguasai prinsip, cara, bidang dan pelajaran utama untuk menciptakan sendiri kesuksesan di masa depan.

Apakah saya bisa Sukses?

Brian Tracy, penulis yang masuk dalam Guiness Book of Record mengatakan, "Kehidupan seperti balok kombinasi; tugasmu menemukan angka-angka yang tepat, dalam susunan yang tepat, sehingga kau bisa memperoleh apa pun yang kau inginkan.”

Renungkan Al-Quran Surah Ar-Ra'du ayat 11, "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum hingga mereka berusaha untuk merubah keadaan mereka sendiri.”

Seperti sudah dituliskan di atas bahwa setiap orang pada dasarnya bisa merancang kesuksesannya sendiri, asalkan ia menguasai prinsip, cara, bidang dan pelajaran utama untuk menciptakan sendiri kesuksesan di masa depan. Terkait prinsip, ada tiga Prinsip Utama untuk menciptakan kesuksesan bagi diri Anda sendiri.

Prinsip Utama 1: Bertanggung Jawab 100 % atas Kehidupan Anda

“Kau harus bertanggung jawab atas kehidupanmu. Kau tidak bisa mengubah keadaan, musim atau arah angin. Tapi, kau bisa mengubah diri sendiri.” Jim Rohn, filsuf bisnis nomor satu Amerika

Siapakah yang paling bertanggung jawab atas kehidupan, nasib dan apa yang telah Anda capai dan miliki hari ini? Hanya ada satu orang yang bertanggung jawab atas hasil kehidupan yang Anda jalani. Orang itu adalah Anda sendiri. Jika ingin berhasil, Anda harus bertanggung jawab 100 % atas semua yang Anda alami dalam kehidupan Anda. Hal itu termasuk hasil yang Anda peroleh, tingkat prestasi Anda, hal-hal yang Anda hasilkan, mutu hubungan Anda, Kondisi kesehatan fisik Anda, penghasilan Anda, utang Anda, perasaan Anda – semuanya !

Kenyataannya, kebanyakan diri kita sudah terbiasa menyalahkan sesuatu diluar diri kita sendiri atas kehidupan kita yang tidak kita sukai. Kita menyalahkan orang tua kita, atasan kita, teman kita, media, rekan kerja, pelanggan kita, pasangan kita, cuaca, krisis ekonomi, buruknya keuangan kita – siapapun dan apapun yang bisa kita jadikan KAMBING HITAM. Kita tak pernah melihat ke sumber masalahnya – DIRI KITA SENDIRI….

Siapakah yang paling bertanggung jawab atas kehidupan saya hari ini?
Hasil yang saya peroleh hari ini?
Apakah saya bertanggung jawab 100 % atas kehidupan saya?
Apakah saya pernah menyalahkan orang lain atas kejadian apapun dalam hidup saya?
Apakah saya pernah mengeluh tentang sesuatu?

Jika ya, berarti Anda tidak bertanggung jawab 100 % atas kehidupan Anda. Bertanggung jawab 100 % berarti Anda mengakui bahwa Anda menciptakan semua yang terjadi pada diri Abda. Hal itu berarti Anda mengerti bahwa Anda-lah penyebab semua pengalaman Anda. Jika Anda benar-benar ingin sukses, dan saya tahu Anda sangat ingin, maka Anda harus berhenti menyalahkan orang lain dan mengeluh, serta mengambil tanggung jawab penuh atas kehidupan Anda – itu berarti semua hasil perbutan, baik kesuksesan maupun kegagalan. Itulah syarat menciptakan kehidupan sukses. Hanya dengan mengakuinyalah – bahwa Anda yang menciptakannya semuanya sampai sekarang – Anda bisa mengambil alih kendali untuk menciptakan masa depan yang Anda inginkan.

“Anda tidak bisa menyewa orang lain untuk berolah raga untuk Anda. Anda harus melakukannya sendiri jika ingin memperoleh manfaatnya. Entah itu berlatih fisik, peregangan, bermeditasi, membaca, belajar bahasa baru, menciptakan kelompok perencana, menentukan target yang terukur, memvisualisasikan kesuksesan, mengulangi penegasan, atau berlatih ketrampilan baru, Anda-lah yang harus melakukannya. Tak ada orang lain yang bisa melakukannya untuk Anda,” Jim Rohn, filsuf bisnis nomor satu Amerika.

Berhentilah mencari alasan, berhenti mengeluh, berhenti menyalahkan keadaan di luar diri Anda. Anda harus berhenti melakukan semua itu selamanya.

Jika sesuatu tidak berhasil sesuai dengan rencana, Anda harus bertanya kepada diri sendiri, ”Bagaimana cara saya melakukannya? Apa yang saya pikirkan? Apa keyakinan saya? Apa yang tidak saya katakan? Apa yang tidak aku lakukan untuk menciptakan hasil itu? Bagaimana cara saya membuat orang lain bersikap begitu? Perubahan apa yang harus aku lakukan untuk memperoleh hasil yang kuinginkan?

Jika Anda tetap melakukan apa yang selalu Anda lakukan, Anda akan tetap memperoleh apa yang selalu Anda lakukan. Hanya satu orang yang bisa merubah nasib dan keadaan Anda hari ini menjadi lebih baik lagi…..orang itu ANDA SENDIRI.”

Prinsip Utama 2: Tentukan Tujuan Hidup Anda

Apakah Tujuan Hidup Anda?

Ketika perjalanan kehidupan Anda tidak jelas, perhatian Anda akan mudah teralihkan. Anda jadi gamang, menyimpang dan hanyut tanpa arah, tidak menghasilkan apa-apa. Tapi dengan tujuan, kehidupan Anda seperti kepingan teka-teki yang saling melengkapi. Hidup sesuai tujuan berarti melakukan apa yang Anda suka melakukan apa yang merupakan keahlian Anda dan mencapai apa yang penting bagi Anda. Ketika Anda benar-benar hidup sesuai tujuan, orang-orang, sumber daya, dan peluang yang Anda perlukan dengan sendirinya bergerak menghampiri Anda. Dunia juga merasakan manfaatnya, karenan ketika Anda bertindak sesuai tujuan hidup Anda yang sebenarnya semua tindakan Anda dengan sendirinya berguna bagi orang lain.

“Cari tahu apa yang suka kau lakukan sedini mungkin, dan kemudian upayakan untuk menjadikan hal itu sebagai sumber penghasilanmu,” Pat Williams, senior president Orlando Magic

Untuk mengingat apa tujuan hidup Anda, tulislah dalam sebuah catatan "Tujuan hidup saya adalah ...." Begitu tekad Anda sudah bulat dan Anda sudah menuliskan tujuan hidup Anda, bacalah tiap hari, lebih baik dipagi hari.


Prinsip Utama 3: Memutuskan Apa yang Anda Inginkan dan Yakin Hal Itu Mungkin

Begitu Anda sudah memutuskan tujuan hidup Anda (prinsip 2), Anda harus memutuskan Anda ingin melakukan apa, menjadi apa dan memiliki apa. Apa yang ingin Anda capai? Apa yang ingin Anda alami? Serta apa yang ingin Anda miliki?

“Salah satu alasan utama mengapa kebanyakan orang tidak memperoleh apa yang mereka inginkan, karena mereka tidak memutuskan apa yang mereka inginkan. Mereka tidak secara jelas dan terperinci memutuskan hasrat dan keinginan mereka.”

Salah satu cara termudah untuk menjelaskan apa yang benar-benar Anda inginkan adalah membuat daftar "Aku Ingin" terdiri dari 30 hal yang Anda ingin lakukan, 30 hal yang ingin Anda miliki, dan 30 hal yang ingin Anda capai sebelum Anda mati. Itulah cara ampuh untuk memulai! Anda bisa memulainya sekarang !

Yakinlah hal itu mungkin. “Apapun yang bisa diciptakan dan diyakini pikiran, bisa dicapai. Kenyataannya pikiran adalah alat yang sangat ampuh sehingga bisa memberikan apapun yang Anda inginkan. Tapi anda harus yakin bahwa apa yang Anda inginkan bisa Anda peroleh.” Feat Napoleon Hill – Brian Tracy

“Kebanyakan orang gagal bukan karena tidak punya keterampilan atau kemampuan untuk mencapai tujuan mereka, tapi hanya karena mereka tidak yakin bisa mencapainya.” Tim Ferris

Anda bisa melakukan beberapa latihan untuk menstimulasi diri Anda. Berdirilah di depan cermin (usahakan Anda melihat diri Anda secara utuh) kemudian katakanlah dengan keras pada bayangan Anda di cermin, “Seburuk apapun sekarang dan sesulit apapun nanti, aku akan berhasil.”

"Jika Anda Anda ingin sukses dalam menciptakan impian Anda, Anda harus yakin bahwa Anda mampu mewujudkannya. Anda harus yakin Anda punya hal yang diperlukan, bahwa Anda mampu melakukannya. Anda harus yakin kepada diri sendiri.”

Salah satu cara terbaik memperoleh kejelasan dan kekhususan tujuan Anda adalah dengan menuliskannya secara terperinci, seolah-olah Anda sedang menulis spesifikasi peintah kerja. Anggaplah ini sebuah permintaan kepada Tuhan. Sertakan semua perincian yang ada. Jika ada rumah tertentu yang ingin Anda miliki, tuliskan spesifikasinya secara terperinci, hidup dan jelas--semuanya, landscapnya, perabotannya, karya seninya, sound systemnya, dan rancangan lainnya. Jika ada gambarnya, buat salinannya. Jika hal itu merupakan sebuah khayalan yang ideal, sempatkan diri untuk memejamkan mata dan mengisi semua detailnya, lalu tentukan tanggal Anda akan memilikinya.

Salah satu hal menyenangkan hidup di dunia masa kini yang melimpah dan penuh peluang adalah hampir semua yang Anda inginkan sudah dilakukan oleh orang lain, entah itu menurunkan berat badan, ikut marathon, memulai bisnis, bebas secara finansial, mengalahkan kanker payudara dan sebagainya – seseorang sudah melakukannya dan meninggalkan petunjuk dalam bentuk buku, manual, progam audio dan video, kuliah, kursus, internet, seminar dan lokakarya. (bersambung)

by. Era Muslim

Jumat, 05 Agustus 2011

Berbuat Baik Setiap Hari


Hasil penelitian fakultas psikologi The University of Michigan, AS, beberapa waktu lalu, sungguh mengingatkan kita akan pentingnya berbuat baik. Selama ini kita melakukannya dengan alasan spiritual agar kita mendapat pahala dari Tuhan. Tetapi hasil penelitian itu menunjukkan bahwa berbuat baik ternyata memperpanjang umur!

Seseorang yang melakukan perbuatan baik, hatinya akan tenang. Orang yang hatinya tenang, hormon baik dalam tubuhnya akan berkembang. Terbentuklah tubuh yang sehat. Seperti itulah hubungan sederhananya. Berangkat dari kepuasan batin, kesehatan jasmani seseorang bisa dibentuk. Ini karunia yang tiada tara nilainya dan sepantasnya kita jalankan sebaik-baiknya.

Berbuat baik itu bisa dilakukan dengan cara apa saja. Tersenyum,memberi jalan bagi orang yang terburu-buru, atau mengucapkan terima kasih adalah cara berbuat baik yang sederhana. Pasti bisa dilakukan oleh siapa saja. Apa sulitnya menyapa, menyalami dan menerima orang dengan senyum ramah? Apa sulitnya memperlakukan semua orang dengan kasih, kemurahan, dan rasa hormat?

Sahabat yang Luar Biasa!

Pagi tadi saya membawakan tema "Berbuat Baik Setiap Hari" pada talkshow rutin saya di jaringan Radio Sonora. Kita sudah jenuh dengan berita-berita mengerikan di berbagai media massa. Tawuran di mana-mana. Persekongkolan yang merugikan rakyat banyak. Sampai-sampai kita merasa ngeri membuka koran pagi atau menyaksikan berita televisi karena isinya hampir seluruhnya pemberitaan perbuatan tercela.

Berbuat baik itu tidak ada ruginya! Berbuat baik itu membuat hidup kita menjadi lebih indah! Karena itu, mari membiasakan diri berbuat baik. Mulailah dari diri kita sendiri, saat ini.

by. abatasa


Ramadhan Bulan Penuh Keberkahan


Sungguh merupakan sebuah kenikmatan yang sangat luar biasa karena hari ini kita memasuki awal Ramadhan 1432 H. Bulan yang penuh dengan keberkahan, ampunan, rahmat, dan kasih sayang Allah SWT. Di bulan ini, Allah SWT mewajibkan kepada seluruh orang yang beriman untuk melaksanakan ibadah shaum, sebagaimana firman-Nya dalam QS al-Baqarah [2] ayat 183: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Di bulan ini pula, Allah SWT menurunkan Alquran sebagai petunjuk bagi umat manusia, dan terutama bagi orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang hidupnya ingin meraih kebahagiaan dan kesuksesan yang hakiki, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. Allah SWT berfirman dalam QS al-Baqarah [2] ayat 185: "(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)."

Pun, di bulan ini, dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, dan diikat serta dirantai setan-setan (sehingga sulit menggoda dan mengganggu orang yang berpuasa). Di bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Akan tetapi, barang siapa yang terhalang mendapatkan kebaikan di bulan ini, maka sungguh merugilah ia. (HR Imam Ahmad dari Abu Hurairah).

Disebut dengan bulan penuh berkah karena terdapat banyak keutamaan dan keistimewaan di dalamnya. Allah berjanji akan mengampuni dosa-dosa orang yang bersalah bila mereka segera bertobat dan memohon ampunan Allah. Allah akan mengabulkan segala permohonan, bilamana hamba-hamba-Nya mau meminta dan berdoa kepada Allah. Selain itu, Allah juga akan melipatgandakan nilai ibadah hamba-Nya pada bulan Ramadhan ini. Bahkan, ibadah sunah bernilai wajib pada bulan Ramadhan ini. (HR Ibnu Khuzaimah).

Itulah beberapa keutamaan dan keistimewaan bulan suci Ramadhan. Dan, kerugianlah bagi orang-orang yang tidak mendapat apa-apa selama bulan Ramadhan. "Berapa banyak orang yang berpuasa, namun mereka tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali hanya sekadar lapar dan haus." (Shahih al-Jami\', jilid III/174).

Oleh karena itu, mari kita masuki bulan Ramadhan ini dengan penuh sukacita karena ingin meraih keberkahan dan keutamaan dari Allah SWT. Mari kita bulatkan tekad dan niat untuk melaksanakan ibadah shaum dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan. "Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan iman dan penuh pengharapan serta ketulusan, niscaya Allah akan mengampuni segala dosa-dosanya yang telah lalu." (Muttafaqun \'alaih).

Shaum bagi orang yang beriman bukanlah semata-mata menahan diri untuk tidak makan dan minum pada siang hari. Akan tetapi, lebih jauh dari itu, menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan, tindakan, dan ucapan yang tidak ada manfaatnya sehingga kita akan menjadi orang yang produktif dan aktif dalam menebarkan kebaikan di tengah-tengah kehidupan kita.

Selamat menunaikan ibadah shaum, semoga keberkahan akan terlimpah dan tercurah kepada kita semuanya. Wallahu a\'lam bi ash-shawab. Redaktur: Siwi Tri Puji B

Sumber: republika.co.id

Oleh: Prof Dr KH Didin Hafidhuddin

Pentingnya Keseimbangan Emosi


Allah SWT dalam surat An Anas mengajarkan setiap hamba untuk memohon perlindungan kepada-Nya agar terhindar dari keadaan al-waswas. Permohonan dalam surat itu menggunakan tiga sifat sekaligus, yaitu Rabbin Nas, Malikin Nas dan Ilahin Nas. Kata Rabb, bermakna pemelihara, pendidik dan pencipta yang berkonotasi dengan sifat kasih-sayang; Malik, bermakna raja dan penguasa dengan kesan bijaksana, tegas dan adil; dan Ilah berkenaan dengan ubudiyah dan keyakinan.

Ketiga sifat itu digunakan untuk memohon perlindungan dari satu masalah saja, yaitu Al waswas fi shudurin nas. Al-waswas secara bahasa berarti bisikan-bisikan suara halus yang merasuk dalam sanubari. Dengan bahasa sederhana, bisa dipahami sebagai rangkaian situasi emosional yang tidak seimbang yang kerap menyesakkan dada.

Keseimbangan emosi merupakan ciri pribadi yang sehat. Keseimbangan emosi menjadi faktor terpenting bagi efektifitas nalar untuk mampu bekerja secara baik. Al Qur’an menilai bahwa menjaga keseimbangan emosi (al kadziminal ghaidh) adalah ciri dari ketakwaan (lihat QS 3:134). Demikian pula Rasulullah SAW memuji dan menyebut orang yang dapat menjaga emosi sebagai orang yang kuat, diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "bukanlah orang kuat itu adalah orang yang hebat bergulat, tapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan emosinya ketika ia marah" (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam kamus Psikologi, keseimbangan emosi disebut dengan emotional stabilty, karakteristik seseorang yang memiliki kontrol emosional yang baik. Terkadang diistilahkan juga dengan emotional maturity (kedewasaan emosional), yaitu satu keadaan mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosional.

Sebaliknya, emosi yang tidak seimbang (Al-waswasu) dapat mengakibatkan kecemasan (anxiety), kegelisahan (nerveus), kekawatiran yang berlebih dan sikap tak bertanggung jawab. Kondisi semacam ini bisa menghambat sistem kerja otak menalar setiap masalah secara optimal. Sehingga dapat menyebabkan kebimbangan yang berlarut. Al Qur’an mencela orang yang demikian, “mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian, tidak masuk kepada golongan ini dan tidak (pula) kepada golongan itu (QS 4:143)

Rasulullah SAW selalu memperingatkan sahabatnya, “Jangan suka marah (emosi)." Sahabat itu terus bertanya dan Nabi SAW berulang kali berpesan, “Jangan suka marah.” (HR. Bukhari)
Situasi semacam ini bisa ditimbulkan oleh faktor internal meliputi tingkat kematangan emosi, pola berfikir dan kualitas keyakinan (iman). Dapat pula disebabkan adanya pengaruh kuat dari faktor eksternal (bisikin jin atau perilaku orang lain ).
Dalam kondisi seperti itu, seseorang tidak sepantasnya mengambil suatu keputusan, sebab sikap yang diputuskan dalam situasi demikian hanya akan menciptakan masalah yang lebih rumit. Dalam hadits riwayat Abu Bakrah, Rasululah SAW bersabda, “seseorang janganlah memutuskan perkara antara dua orang sedang ia dalam keadaan marah” (HR. Bukhari dan Muslim). Dan sebaiknya memilih untuk diam menenangkan diri “bila seorang dari kamu sedang marah hendaklah diam’(HR. Ahmad). Atau dengan mengambil air wudhu, “sesungguhnya kemarahan itu dari syetan, sungguh syetan itu diciptakan dari api. Sesungguhnya api dapat padam dengan air, maka jika salah seorang dari kalian marah hendaklah berwudhu” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Wallahu a’lamu birodih.
Oleh: Muhammad Saifudin Kodiran

*) Penulis adalah dosen LSUQ Bandung dan Kandidat Doktor UIN SGD Bandung

Sumber: Republika.co.id

Salah Satu Sebab Ketidaksabaran



Kesabaran itu susah. Menjalani takdir yang diberi; berusaha terus melaju dengan apa yang ada, tanpa pernah putus asa, bukan suatu hal yang mudah.

Kesabaran bukan hanya kita praktekkan ketika menerima musibah, tapi juga harus bisa kita usahakan dalam bentuk yang aktif.

Secara umum, kesabaran itu terdiri dari tiga jenis:
(1) Kesabaran ketika ditimpa musibah,
(2) Kesabaran agar bisa terus menjalankan kebaikan, dan
(3) Kesabaran untuk bisa menghindari diri dari keburukan.

Orang-orang yang bersabar harus mampu menjaga dirinya dari melakukan perbuatan yang dilarang, dan harus juga bisa mengarahkan dirinya agar bisa terus berada di koridor kebaikan sebagaimana telah diperintahkan.

Penyebab ketidaksabaran

Dari dialog antara Nabi Musa AS dan Khidhr, kita bisa mengetahui salah satu penyebab kita tidak sabar. Kisah perjalanan mereka berdua bisa kita lihat di surat Al-Kahfi. Salah satu potongan perkataan Khidhr kepada Nabi Musa AS yaitu:

"Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" (QS. Al-Kahfi: 68)

Jika kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, terbentur kondisi realita tidak sesuai pengharapan/usaha, terkadang bisa menyebabkan ketidaksabaran. Akhirnya mempertanyakan keputusan Tuhan. Nnaudzubillah.

Maha Suci Allah dengan segala Kesempurnaan-Nya

Kita lupa bahwa Allah memiliki sifat Al `Adl (maha adil), Al `Aliim (maha mengetahui/memiliki ilmu), Al Hakiim (maha bijaksana), juga Ar Rahman (Maha Pengasih) dan Ar Rahiim (Maha Penyayang).

Lupa seakan-akan tidak ada kekuasaan Ilahi yang mengawasi kita, yang maha memelihara dan menjaga.

Kita merasa yakin bahwa apa yang kita rencanakan, inginkan, usahakan, merupakan satu-satunya hal yang terbaik bagi diri kita di dunia dan akhirat. Padahal dengan keterbatasan ilmu yang kita miliki, hal ini belum tentu 100 persen benar.

Bisa jadi Allah menetapkan suatu hal yang jauh lebih baik di balik kegagalan kita, mengatur skenario yang lebih indah dari apa yang telah kita sangka, menjaga dan mengarahkan diri kita dari keterpurukan di dunia dan kerugian di akhirat –karena sekali lagi, Allah maha mengetahui dan janganlah ragu, karena Dia juga maha penyayang terhadap hamba-hamba-Nya.

Yang perlu kita lakukan cukuplah sederhana, bersyukur ketika diberi nikmat, dan bersabar ketika diuji. Bersabarnya bukan hanya pasif, tapi juga aktif, terus mencari jalan keluar lainnya, terus mencari solusi, berusaha lagi tanpa pernah mengenal putus asa.

Penulis adalah sahabat Republika Online yang berumah maya di http://genkeis.multiply.com

Sumber: republika.co.id

Jangan Salah Berdoa


Saya memiliki sahabat yang sangat beruntung. Tidak hanya kuliah di luar negeri, tetapi juga mendapat kesempatan bermukim di dua kota suci yang menjadi idaman banyak orang Islam. Selama empat tahun belajar di Madinah, dia dapat sepuasnya shalat di Masjid Nabawi, bahkan tidak terhitung shalat di Raudhah, satu taman surga di dunia ini. Begitu juga setelah bermukim di Makkah, dia dapat melaksanakan shalat berjamaah lima waktu, kecuali Ashar, karena lebih banyak dilaksanakan di kampus.

Setiap habis shalat, dia tak pernah lupa berdoa. Yang paling sering dia minta dalam doanya adalah semoga Allah SWT memudahkan jalan baginya menghajikan kedua orang tuanya. Tatkala melepas kepergiannya dulu ke Tanah Suci, sang ibu berkata dengan suara lirih: "Nak, apakah Ibu suatu saat mungkin sampai ke Tanah Suci itu, mencium Hajar Aswad dan berdoa di Multazam?" Setiap kali ingat pertanyaan ibunya itu, dia semakin khusyuk berdoa agar Allah memperkenankan doanya.

Alhamdulillah, doa sahabat saya terkabul. Dari hasil menyisihkan beasiswa setiap bulan, dan nyambi bisnis kecil-kecilan pada musim haji, dia dapat menghajikan kedua orang tuanya. Tidak henti-henti dia mensyukuri nikmat Allah yang tak terhingga itu. Sekarang musim haji sudah berlalu, kedua orang tuanya sudah kembali ke Tanah Air, sahabat saya konsentrasi menghadapi ujian yang sangat menentukan.

Semester ini, sahabat saya hanya mengambil satu mata kuliah. Jika satu mata kuliah ini tidak lulus juga, dia masih diberi kesempatan untuk menempuh ujian sekali lagi. Jika tidak lulus, dia akan drop out (DO). Dia optimistis lulus karena satu semester ini hanya belajar satu mata kuliah. Semua buku wajib dan yang dianjurkan profesor sudah dipelajarinya. Tetapi sayang, setelah nilai diumumkan, dia tetap tidak lulus.

Akhirnya, dia belajar lagi untuk persiapan ujian ulangan sebulan lagi. Ini ujian sangat menentukan nasibnya, terus kuliah apa pulang kampung. Profesor mata kuliah itu sudah didatanginya, memohon pengertian. Dengan dingin sang profesor menjawab: "Biasa, ujian itu ada yang lulus ada yang tidak". Apa yang dia khawatirkan itu, terjadi juga, dia tetap tidak lulus dan akhirnya apa boleh buat, dia DO.

Sebelum meninggalkan Kota Makkah, sahabat saya itu mencoba mengingat-ingat apa kesalahannya, mengapa dia sampai DO. Tiba-tiba dia ingat, suatu hari pernah berdoa di Multazam dengan penuh kekhusyukan: "Ya Allah. Izinkan aku menghajikan kedua orang tuaku. Kumohon ya Allah. Asal aku dapat menghajikan kedua orang tuaku, kuliahku DO juga tidak apa-apa ya Allah."

Sahabat saya sadar dia telah salah berdoa. Akhirnya, dia berdoa lagi dengan sepenuh hati di Multazam, memohon ampun atas kesalahannya dalam berdoa. Harusnya dia meminta kedua-duanya, dapat menghajikan kedua orang tua dan lulus ujian dengan nilai baik. Setelah memperbaiki doanya, dia coba lagi melamar strata dua di universitas lain di Arab Saudi.

Alhamdulillah, dengan karunia dan izin Allah, dia diterima lagi kuliah S2 di kampus lain. Sekarang sahabat saya itu sudah menyelesaikan pendidikan doktornya dan berkiprah di Tanah Air. Itulah pelajaran dari sahabat saya, jangan salah berdoa, memohon kepada Allah.

Oleh: Prof Dr Yunahar Ilyas

Beginilah Dimensi Shalat



As-Shalah adalah nama lain untuk surah pembuka dalam al-Qur\'an al-Karim. Al-Fatihah adalah bagian integral dari shalat, tidak ada shalat tanpa Al-Fatihah. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Barang siapa shalat tanpa membaca Ummul Qur\'an di dalamnya, maka shalatnya kurang, shalatnya kurang, shalatnya kurang, dan tidak sempurna." (HR Muslim). Al-Fatihah dikenal pula sebagai \'tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang\' (sab\'al matsani) di dalam shalat, baik wajib maupun sunah. (QS al-Hijr [15]: 87).

Di dalam sebuah hadis Qudsi, secara eksplisit Allah SWT mengidentikkan al-Fatihah dengan as-Shalah. Nabi SAW bersabda, "Allah Yang Mahamulia dan Mahabesar berfirman: "Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku dua bagian, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya. Apabila hamba membaca:

"Alhamdulillahi rabbil \'alamin" (Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam), maka Allah Yang Mahamulia dan Mahabesar berfirman: "Hamba-Ku memuji Aku." Apabila ia membaca "Arrahmanirrahim" (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang), maka Allah Yang Mahamulia dan Mahabesar berfirman: "Hamba-Ku menyanjung Aku."

Apabila ia membaca: "Maliki yaumiddin" (Yang Memiliki hari Pembalasan), maka Allah berfirman: "Hamba-Ku memuliakan Aku", dan sekali waktu Dia berfirman: "Hamba-Ku menyerah kepada-Ku". Apabila ia membaca: "Iyyaka na\'budu wa iyyaka nasta\'in" (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan), Allah berfirman: "Ini antara Aku dan hambaKu, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya."

Apabila ia membaca: "Ihdinashshirathal mustaqim. Shirathal ladzina an\'amta alaihim ghairil maghdhubi \'alaihim wa ladhdhallin" (Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri petunjuk atas mereka bukan [jalan] orang-orang yang dimurkai atas mereka dan bukan [jalan] orang-orang yang sesat). Maka, Allah berfirman: "Ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya." (HR Muslim).

Di dalam shalat terjadi dialog yang sangat indah antara seorang hamba dengan Tuhannya. Di dalamnya juga terangkum penghormatan, penghargaan, pengakuan, dan cinta sejati (hamd), harap (raja\'), dan cemas (khauf).

Selain dimensi vertikal, di dalam shalat terbangun pula sendi-sendi dari sebuah masyarakat madani (civil society). Shalat berjamaah merefleksikan interaksi horizontal yang tertib dan teratur. Shaf-shaf shalat berjamaah memancarkan keindahan dari sebuah keteraturan dan ketertiban yang terbangun di atas dasar ketaatan, persaudaraan, dan kesetaraan. Selain interaksi fisik, terjalin pula ikatan hati di antara para jamaah baik secara lokal maupun global melalui doa-doa kolektif dan salam yang ditebarkan sebagai penutupnya.

Shalat berjamaah mengajarkan pula prinsip-prinsip kepemimpinan. Pemimpin atau imam shalat, dipilih berdasarkan kompetensi dan integritasnya. Jika imam salah, makmum berkewajiban mengingatkan, bahkan pemimpin yang tidak lagi memenuhi persyaratan. Wallahu a\'lam.

Oleh Abi Muhammad Ismail Halim


Rabu, 03 Agustus 2011

BERJILBAB tapi TELANJANG


Berjilbab tapi telanjang, sebuah ungkapan yang mungkin terlalu kasar ato bagaimana gitu. Tapi memang seperti itulah faktanya sekarang ini, begitu banyak akhwat yang berjilbab tapi mereka terkesan mempermainkan kesan jilbab tersebut tanpa memperhatikan dan memperdulikan aturan-aturan seputar jilbab tersebut.

Berjilbab adalah perintah dari Allah agar para wanita bisa menjaga auratnya. Akan tetapi sekarang jilbab cuma menjadi sekedar mode belaka, ngga lebih. Banyak orang yang berjilbab yang hanya ikut-ikutan saja tanpa memperdulikan “bener ngga sih jilbab gue ini?” atau “jilbab gue ini sudah sesuai islam ato cuma penutup kepala doang ya?”. Mereka hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh idolanya saja, “cantik bener tuh artis A pake jilbab diiket ke leher, gue ikutin ah” atau “gaul juga ya artis B itu, pake jilbab tapi masih pake kaos ketat ato pake celana jeans ketat, gue ikutin ah”.

Dilihat dari keadaan sekarang, emang bener sih ngga mutlak 100 % kesalahan para jlbabers gaul itu. Peran televisi, artis, dan para idola mereka juga cukup demikian besar membentuk suatu stigma dan paradigma tentang apa itu jilbab, dan bagaimana cara berjilbab yang benar. Sebagian besar orang sekarang ini hanya menganggap jilbab sebagai suatu penutup kepala doang, “gue udah pake tutup kepala, jadi gue udah berjilbab dong, jadi terserah gue mau pake baju kaya gimana” mungkin itu yang ada dipikiran mereka. Tapi maaf, pernyataan itu 1000% salah. Jilbab bukan hanya sekedar penutup kepala, tapi jilbab merupakan suatu kesatuan pakaian yang berfungsi sebagai penutup aurat bagi seoarang wanita atau perempuan.

Sungguh miris sebenarnya keadaan ini, karena tanpa mereka sadari berjilbab dengan hanya ikut-ikutan artis atau idola tanpa memperhatikan aturan yang ada itu bisa termasuk dalam kategori mempermainkan agama. Sedangkan Allah sendiri sangat membenci dengan orang yang menjadikan agama sebagai bercanda atau senda gurau belaka.

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (At-Taubah: 65-66)

Karena itu coba deh kita perhatikan dengan sungguh-sungguh perintah berjilbab yang telah diberikan Allah dan RasulNya, agar ngga termasuk dalam golongan yang mempermainkan agama.

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isteri engkau, anak-anak perempuan engkau dan isteri-isteri orang mu’min, supaya mereka menutup kepala dan badan mereka dengan jilbabnya supaya mereka dapat dikenal orang, maka tentulah mereka tidak diganggu (disakiti) oleh laki-laki yang jahat. Allah pengampun lagi pengasih” ( Al-Ahzab : 59 )
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” ( An-Nur : 30 )”
Perintah Allah diatas ditegaskan lagi oleh Nabi Muhammad S.A.W. dalam hadist beliau yang artinya : “Wahai Asma! Sesungguhnya seorang perempuan apabila sudah cukup umur, tidak boleh dilihat seluruh anggota tubuhnya, kecuali ini dan ini, sambil rasulullah menunjuk muka dan kedua tapak tangannya”.

Dari ayat quran dan hadist di atas sudah sangat jelas tentang perintah berjilbab dan, cara berjilbab dan keutamaan berjilbab. Jadi berjilbab itu bukan hanya sekedar menutup kepala, akan tetapi jilbab itu adalah suatu tata cara berpakaian yang menutup aurat yang sesuai dengan perintah Allah dan RasulNya.

Mungkin ada sebagian orang yang berpikir “ya lumayanlah daripada tidak berjilbab sama sekali”, tapi mengapa harus berpikiran seperti itu. Lumayan daripada tidak berjilbab ok, tapi kalau bisa lebih baik lagi mengapa tidak. Mengapa kita hanya mengambil batu jika begitu banyak emas yang tersedia, mungkin itu adalah ungkapan yang tepat untuk menjawabnya.

Jadi mumpung sebentar lagi bulan Ramadhan, perbaiki deh jilbabnya. Jangan hanya sekedar berjilbab tanpa mengikuti aturan yang kaffah.

Firman Allah (artinya) : “Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian dalam Islam secara keseluruhan”


Oleh Abdul Al-Hafizh



Umat dan Padi di Sawah


Sudah bukan menjadi pertanyaan, bahwa problematika umat hari ini adalah jauhnya mereka dari al-Qur’an. Barangkali banyak pula yang telah menguraikannya menjadi suluh-suluh yang lebih halus, menjadi tautan ilmu yang bisa ditulis berbuku-buku. Namun marilah mencoba melihatnya dari sebuah analogi sederhana, tentang padi dan bagaimana menanamnya. Ya, sebuah gambaran yang lekat dengan dunia kita, negeri agraris Indonesia.

Menanam padi adalah menanam sebuah harapan. Ada banyak hal yang menyebabkan padi tumbuh di sawah mengalami kerusakan atau gagal panen. Tentunya faktor internal dan eksternal mencakup semuanya, baik itu musim, pupuk, petani yang malas, atau mungkin karena padi itu sendiri memang tidak tumbuh sewajarnya.

Bagaimana dengan umat? Saat ini umat memang sedang ditumbuhi kangker ganas, yang menyedot hampir seluruh kekuatannya. Hingga kini, tak kita dengar lagi kehebatan dan kearifan yang benar-benar muncul dari sebuah peradaban Islam. Jikalau ada, mungkin hanya dalam mode-mode terpisah dan terdiferensiasi dalam ruang-ruang berbeda. Bukan dalam bentuk integral menyeluruh, seperti sifat Islam itu sendiri. Kondisi inilah yang menyebabkan umat kita acuh pada keadaan mereka sendiri, satu sama lain. Bagaimana sebuah euforia dan kehidupan gemerlap dapat kita temukan di satu sisi wajah umat, sementara di lain sisi kita melihat kepedihan dan luka menyayat.

Sangat jauh dari tujuan hidup dan makna yang telah digariskan Islam itu sendiri.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”(Ad-Dzariyat:56)

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”(As-Shaff:4)

Sangat sulit mempercayai bahwa umat hari ini adalah sebuah bangunan yang kokoh. Bahkan untuk sekedar menyebutnya sebagai sebuah bangunan adalah sebuah persangkaan yang menuduh. Maka, seperti menanam padi di sawah, mengembalikan umat ini pada kondisi kesatuannya adalah harapan-harapan yang kita nanti buahnya, adalah panen raya yang dirindukan setiap petani dakwah. Seperti Hasan Al-Banna dalam Risalahnya, ila aina nad’un naas. Atau generasi-generasi penerusnya yang terus berjuang menempuh jalan dakwah yang terjal ini, Sayyid Quthb, Ahmad Yasin. Menanti hadirnya peradaban Islam adalah mimpi yang membakar setiap tidur yang tak pernah lelap, untuk menjadi kenyataan di hari esok.

Tentunya mengembalikan umat ini menjadi sebuah bangunan kokoh, menjadi ladang yang membuahkan panen raya adalah mengembalikan mereka pada hakikat hidup, sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. Dan melakukannya adalah amanah setiap pendakwah, setiap pejuang dalam gerak dakwah ini. Pertarungan akan terus dihadapi, menghadapi sawah yang hampir remuk oleh hama, menghadapi iklim yang semakin tidak bersahabat, menghadapi padi yang jauh dari varietas unggul, seorang dai’ akan terus bergulat dengan tantangan itu, bahkan yang timbul dari dirinya sendiri. Hasan Al Banna menggambarkannya sebagai sebuah pertarungan melawan dendam kesumat terhadap kebenaran. Sungguh jelas, ini adalah pertarungan melawan kebathilan, tak ada lagi hujjah untuk menghindar darinya, atau menjauh dari amanah ini.

Bagaimana melakukannya? Ustadz Hasan Al-Banna menyebutkan beberapa hal yang sangat diperlukan dalam merintis sebuah kebangkitan. "Sesungguhnya setiap umat atau kelompok yang ingin membentuk dan membina dirinya, mewujudkan cita-citanya, dan membela prinsip-prinsipnya, sangat memerlukan kekuatan jiwa yang terjelma dalam beberapa perkara, yaitu : tekad yang tidak pernah lemah, kesetiaan yang teguh yang tidak disusupi oleh kemunafikan dan pengkhianatan, pengorbanan besar yang tidak dapat dihalangi oleh ketamakan dan kebakhilan, dan pengenalan, keimanan dan penghargaan kepada prinsip yang dapat menghindarkan dari kesalahan, penyimpangan, sikap tawar-menawar dalam masalah prinsip, serta tidak tertipu dengan prinsip lain.”

Tekad, kesetiaan, pengorbanan dan pengetahuan. Seperti tekad Sastro sang petani untuk menanam meski kelemahan terus mendera tubuhnya, kesetiaannya yang melahirkan pengorbanan dan pengetahuan untuk terus mengabdi. Hanya di atas rukun dasar inilah, sebuah fikrah ditegakkan, umat yang mulai bangkit dibimbing, bangsa yang kuat dibentuk dan kehidupan baru akan mengalir kepada umat yang sekian lama tidak mendapatkannya, yang sepenuhnya merupakan kekhususan jiwa dan hanya di atas kekuatan rohani yang besar. Bila suatu bangsa atau sekurang-kurangnya para pemimpin dan penyerunya tidak memiliki keempat sifat di atas, maka ia adalah bangsa yang rapuh dan miskin yang tidak akan mampu meraih kebaikan dan mewujudkan harapan. Ia akan selama-lamanya hidup dalam mimpi-mimpi dan prasangka-prasangka. 'Sesungguhnya prasangka itu tidak berguna untuk mencapai kebenaran'.

Dan di ujungnya, akan selalu ada janji Allah, yang menghidupi bara api semangat para pendakwah. Seperti panen raya yang dinanti petani, setiap dai’ selalu percaya pada janji-Nya, selalu mengawali langkah dengan nama-Nya, selalu mencangkul dan membajak ladang dakwah mereka dengan tulus, tanpa menginginkan cabang-cabang setan yang menyeruak di setiap sudut sejarah manusia. Ia tetap teguh, mengharap ridho-Nya, dan memang itulah yang akan ia panen di hari akhir kelak (atau mungkin juga di dunia).

“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (al Bayyinah:8)

Oleh Ashif Aminulloh Fathnan