Selasa, 01 Februari 2011

Sedekah


Islam adalah agama yang mengutamakan amal, derma, kebaikan, kemurahan hati, dan tolong-menolong antar sesama. Sifat kikir, rakus,dan tamak adalah bagian dari sifat syaitan. Allah menyuruh kita untuk berderma sebagai berikut:

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS 2:274)

Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Menurut pengertian istilah syariat, sedakah berarti segala pemberian amal derma di jalan Allah. Perngertian sedekah sama dengan perngertian infak. Hanya saja, jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut juga hal yang non-materi.

Misalnya amal kebaikan yang dilakukan seorang Muslim juga termasuk sedekah.

Hadis dari Abu Musa R.A. bekata bahwa Nabi SAW bersabda, "Tiap Muslim wajib bersedekah." Sahabat bertanya, "Jika tidak dapat?" Nabi menjawab, "Bekerjalah dengan tangannya yang berguna bagi dirinya dan ia dapat bersedekah." Sahabat bertanya lagi, "Jika tidak dapat," jawab Nabi, "Membantu orang yang sangat membutuhkan." Sahabat bertanya lagi, "Jika tidak dapat?" Jawab Nabi, "Menganjurkan kebaikan." Sahabat bertanya lagi, "Jika tidak dapat?" Nabi menjawab, "Menahan diri dari kejahatan, maka itu sedekah untuk dirinya sendiri."

Dari penjelasan hadis di atas, sedekah tidak mesti dengan hanya mengeluarkan sejumlah materi atau uang, tetapi semua amal kebajikan yang dilakukan seorang Muslim, seperti menciptakan kebersihan lingkungan, bersikap santun, memberikan pendidikan agama kepada anak dan istri dan bahkan memberikan senyuman pun adalah sedekah. Membaca tasbih, membaca takbir, tahmid, tahlil, berhubungan suami-istri, atau melakukan kegiatan amar ma'ruf nahi munkar adalah sedekah.

Sudah menjadi suatu kewajiban bagi seorang Muslim untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Tidak dapat dipungkiri bahwa di dunia ini sebagian Muslim mendapat kelebihan rezeki pemberian Allah melalui kerja kerasnya maupun melalui sebab-sebab lainnya yang sah. Sementara ada sebagian saudara kita yang hidup sebatas cukup, atau bahkan di bawah cukup. Namun demikian Islam telah mengatur adanya perbedaan tsb melalui suatu mekanisme penyaluran di jalan Allah seperti zakat, infak, sedekah, dan juga dalam kehidupan sosial seperti tolong menolong, hibah, dll. Bersedekah merupakan aktivitas seorang Muslim yang memiliki sifat keutamaan, karena ketinggian derajat seorang Muslim ditentukan oleh sebesar dan sejauh mana ia memiliki kepedulian dan kepekaan sosial kepada Muslim yang lainnya. Juga keutamaan tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.

Harta bukan untuk ditumpuk, kemudian dinikmati sendiri. Seorang Muslim harus ingat bahwa ada kewajiban yang mesti dilakukan terhadap harta itu yang di dalamnya juga ada milik orang lain, agar harta yang diberikan Allah tidak sia-sia dan bisa menjadi bekal hidup, baik dunia maupun di akhirat. Keseimbangan dalam mengelola harta itulah yang ditekankan Rasulullah SAW. Inilah yang terkadang berat dilakukan, karena menganggap harta benda yang dimiliki adalah hasil kerja keras yang harus dinikmati sendiri. Padahal, dalam harta seseorang sejatinya ada campur tangan dari Allah SWT. Karena itu, harta mesti dikelola sesuai dengan petunjuk Allah juga.

Pada orang yang suka bersedekah, ada jaminan surga dari Allah bahwa sedekah akan melindunginya di hari perhitungan. Dalam riwayat Ibnu Hibban dan Hakim dari 'Uqbah ia mendengar Rasulullah bersabda, "Setiap orang bernaung di bawah perlindungan sedekahnya hingga ditetapkan hisab (perhitungan) di antara manusia di yaumil akhirat."

Islam menganjurkan umatnya untuk memperhatikan adab dalam bersedekah atau berzakat. Ini agar orang yang membutuhkan harta dapat menikmati hartanya dengan baik, sementara orang yang bersedekah juga mendapat pahala maksimal.

Bersedekah mesti dalam keadaan sehat dan sangat ingin, karena sedekah yang dilaksanakan pada saat menjelang kematian tidak ada gunanya.

Hadis dari Abu Hurairah yang diriwayatkan Al-Bukhari bahwa seseorang berkata kepada Nabi SAW, "Sedekah yang mana yang lebih utama itu?"

Nabi bersabda, "Engkau bersedekah dalam keadaan sehat (shahih) dan berkeinginan (harish)."

Pada satu kesempatan, Rasulullah SAW ditanya seseorang sahabatnya tentang sedekah yang paling utama. Kata beliau, ''Engkau menyedekahkan harta itu pada saat engkau dalam keadaan sehat dan di kala engkau benar-benar menginginkan harta tersebut saat itu.'' (HR Abu Dawud).

Allah SWT berkata, ''Engkau tak akan mendapatkan kebaikan apa pun hingga kalian menyedekahkan sebagian harta yang paling kalian cintai.

Ketahuilah, apa pun yang kalian infakkan, Allah pasti mengetahuinya.'' (Ali 'Imran: 92).

Di antara adab-adab bersedekah yang lain adalah menyegerakan berzakat atau bersedekah ketika sudah waktunya. Hal ini untuk menampakkan rasa suka cita muzakki dalam memenuhi perintah Allah untuk membahagiakan hati fakir-miskin. Salah satu akhlak mulia Nabi SAW dalam masalah sedekah adalah mempercepat dalam memberikan sedekah itu. Pernah suatu ketika, Nabi SAW mempercepat shalatnya hingga membuat para sahabatnya bertanya-tanya. Setelah ditanya, beliau menjawab, ''Ketika shalat, aku teringat ada harta bendaku yang belum aku sedekahkan.'' (HR Bukhari).

Menyembunyikan sedekah dengan meminimalisir orang yang mengetahuinya agar amal baik tidak dikotori oleh godaan riya' juga merupakan bagian dari adab bersedekah. Juga menjaga agar mustahiq tidak terbuka rahasia akan kefakirannya. Adapun kalau ia yakin tidak akan riya', ia dapat menampakkannya agar diketahui oleh orang banyak. Dengan catatan orang-orang itu akan meneladaninya. Jangan merusak sedekah dengan mengungkit-ungkitnya kembali (QS Al- Baqarah : 264). Termasuk menyakiti orang yang menerima sedekah adalah dengan mengumumkan kefakirannya, membentak-bentak atau menghinanya karena meminta-minta.

Berapa pun nilai harta yang disedekahkan, kita harus menganggapnya sedikit karena alau sampai menganggapnya banyak, maka kita akna 'ujub

(bangga) dengan pemberian itu. Dari 'ujub inilah akan timbul takabbur yang pada akhirnya akan menghilangkan pahala dari sedekah itu.

Sebagian ulama mengatakan perbuatan baik tidak akan sempurna kecuali dengan tiga hal yaitu menganggapnya ringan, menyegerakan, dan menyembunyikannya.