Sabtu, 26 November 2011

IBU selalu TAHU...


Tiap kali menatap wajah ibu, hatiku akan bersimbah cinta…

Menelusuri tiap lekuk garis wajahnya yang menua..

Mengamati tiap helai rambutnya yang memutih..

Ku pandang ibu dalam lelap tidurnya..

Duhai Rabb, betapa muliah Engkau ciptakan dia.

Entah dari mana engkau bentuk hatinya yang begitu tulus..

Ku raba tangannya yang mulai keriput, tangan kasar namun bertabur berkah..

Ku ingin menciumnya agar berkah itu mengalir padaku..

Duhai penguasa jagad raya..

Alangkah tegar dia Kau bentuk, namun betapa lembut kasihnya Kau curahkan..

Ibu..

Menggoreskan tentangmu, tak akan ada kata yang mampu mewakilkannya..

Menggambarkan indahmu tak ada tinta yang mampu mewarnai sucimu..

Menguntai kata terindah untukmu, tak akan ada pujangga yang mampu menuliskan keagunganmu..

Ibu..

Bisa apa aku tanpamu..?

Saat ku gelisah, kau tau ada yang mengganggu fikirku.. Dan belaianmu mampu menenangkanku..

Saat ku menangis, kau tahu ada yang mengusik hatiku.. Dan senyumanmu akan mendamaikan qalbuku..

Ketika malam tiba, kau tahu ku takut gelap.. Dan aku akan segera mendapatkan pelukanmu, dan sirna sudah takutku.. Ketika ku sakit, ibu tahu penderitaanku, dan ku yakin dia merasakan jauh lebih sakit dari yang ku rasakan, akan ku temukan raut sedih dan air mata tiap menatapku yang lemah.

Ibu tahu betapa sedihnya aku ketika ku gagal meraih apa yang ku inginkan.. Dan dia akan memacu semangatku lagi.

Ibu tahu saat ku jatuh cinta, dan senyumnya akan menggodaku, namun nasihatnya membuatku tak berani melangkah terlalu jauh..

Ibu tahu ketika ku lelah, pijatannya mampu mengantarku dalam tidur yang lelap.. Ibu tahu tiap detail kesukaanku.. Dan apa yang tak kusuka. Ibu tahu semua makanan favoritku..

Ibu tahu saat ku begadang mengerjakan tugas-tugasku, dan akan ku temukan segelas susu atau kopi hangat di atas mejaku..

Ibu tahu, aku begitu sibuknya dan tak sempat membereskan kamar dan pakaian kotorku sehingga dia yang mengerjakan semuanya..

Ibu tahu ketika ku pulang, aku akan begitu laparnya sehingga tiap ku tiba, di meja telah tersaji makanan favoritku.. Ketika ku jauh dari ibu..

Ibu tahu saat ku rindu padanya, maka tak lama HP ku akan berdering dan ibulah yang menelponku.. Saat ku sakit ibu tahu, dan jauh di sana ibupun akan gelisah.. Ibu pun tahu betapa besarnya cintaku padanya, walau..

Aku tak pernah tahu, bila ibu sakit, aku tetap lelap dalam tidurku.. Dan ibu akan tertatih meraba mencari obat sendiri untuk mengatasi sakitnya..

Aku tak pernah tahu, bila ibu galau, dan aku mengabaikan keluhannya.. Dan ibu akan memikirkan masalahnya sendiri..

Aku tak pernah tahu, ketika ibu lelah mengurusi smua kebutuhanku, dan tak ku pedulikan rintihan pegal badannya.. Dan ibu akan mengatasi pegalnya dengan mencoba memijat dirinya sendiri..

Aku tak pernah tahu jika ibu melarangku, itu untuk kebaikanku, dan aku berlalu dari hadapannya dengan wajah tertekuk, dan ibu terluka..

Aku tak pernah tahu, jika ibu mengomel, itu smua agar aku tak melakukan kesalahan yang sama lagi. Namun ku membalas dengan kata-kata yang mampu melukai hatinya..

Aku tak pernah tahu, betapa sedihnya ibu saat ayah tiada, dan aku pun dengan mudahnya memutuskan bekerja di tempat yang jauh, meninggalkan ibu dalam sepinya..

Aku tak pernah tahu betapa takutnya ibu kehilanganku, saat ku memutuskan untuk menikah.. Dan setelahnya ku sibukkan diriku dengan keluarga baruku, dan mengabaikan ibu dalam sendirinya..

Ibu.. Selalu tahu.. Namun aku.. Tak pernah tahu.. “Allahummaghfirlana wa li walidaina warhamhuma kama rabbayana shighara” Amin….amin ya Rabbal alamin.

By. Oaseimani.com

Berhijrahlah dan Tetaplah Bertasbih Memuji-Nya


Sekarang kita berada di ujung tahun 1432 hijriyah, dan memasuki awal tahun 1433 hijriyah, yang akan tetap memberikan segala harapan masa depan bagi orang-orang mukmin. Orang-orang mukmin yang shabar dan ikhlas.

Orang-orang yang selalu bersujud dan menghadapkan wajahnya kepada Rabbnya dengan penuh keikhlasan, bertasbih dengan tahlil, tahmid dan takbir. Tanpa henti. Mereka inilah yang dijanjikan oleh Allah Azza Wa Jalla memperoleh kemenangan di dunia dan kebahagiaan akhirat.

Di ujung akhir tahun 1432 hijriyah ini, Allah Azza Wa Jalla, dan dengan segala Kemahakuasaan-Nya, serta memperlihatkan kepada orang-orang mukmin, betapa Allah Azza Wa Jalla telah menghinakan orang-orang fasik, zalim, kafir dan musyrik, serta munafik. Mereka tidak dapat menolak Kemahakuasaan Allah Azza WA Jalla.

Mereka yang berlaku sombong, semena-mena, melakukan makar, zalim, durhaka, khianat, dan membuat kerusakan, serta membunuhi orang-orang mukmin, tanpa alasan yang haq, semua telah dihancurkan sehancur-hancurnya oleh Allah Azza Wa Jalla.

Orang-orang fasik, zalim, kafir, musyrik, serta munafik yang berlaku sombong dihadapan Allah Azza Wa Jalla, semuanya binasa dan tenggelam dalam kehinaan, dan mereka tak dapat melawan kehendak Allah Azza Wa Jalla.

Tidak ada satupun makhluk di muka bumi ini, yang dapat berlaku sombong dihadapan Allah Azza Wa Jalla. Sepanjang kehidupan ini. Mereka yang berlaku sombong dan berkhianat serta durhaka, menemukan nasibnya dengan penuh kehinaan, tanpa ada yang dapat menolongnya.

Hari ini, di ujung tahun 1432 hijriyah, orang-orang mukmin menyaksikan kebesaran dan kekuasaaan Allah Azza Wa Jalla, yang selama ini orang-orang fasik, zalim, kafir, musyrik, dan munafik selalu melecehkan dan tidak mau mempedulikannya. Mereka menolak tunduk dan patuh atas syariah-Nya dan hukum-hukump-Nya, sekarang mereka seperti daun kering dan ranting kering yang runtuh satu-satu.

Mereka yang selama ini berlaku sombong, merasa paling kuat dan memiliki kekuatan dan kekuasaan, tanpa ada dapat mengalahkannya, kemudian mereka itu tak lebih hanya seperti sarang labah-labah. Begitu rapuhnya.

Lihatlah. Betapa Allah Azza Wa Jalla dengan kehendak-Nya menghancurkan Zine al-Abidin ben Ali, Hosni Mubarak, Muammar Gaddafi, Ali Abdullah Saleh, mungkin Bashar al-Assad, dan lainnya, yang selama berpuluh tahun, berlaku sombong dengan kekuasaannya, tidak mau menjalankan perintah-Nya, menghinakan dan mencampakkan hukum-hukum-Nya, serta membunuhi orang-orang mukmin, sekarang mereka seperti sampah, yang diterbangkan angin.

Mereka yang selama ini menjadi "anjing" atau "budak" Zionis-Israel dan Amerika, benar-benar Allah Azza Wa Jalla hancurkan sehancur-hancurnya. Mereka seperti pasir yang diterpa badai gurun, yang berterbangan dan hilang dari permukaan bumi.

Inilah tanda-tanda kekuasaan Allah Azza Wa Jalla dihadapan seluruh umat manusia. Supaya mereka menyadari betapa kemahakuasaan Allah Azza Wa Jalla. Dengan sangat mudahnya menghancurkan siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Mereka yang selama ini disangka kuat perkasa, dan tidak mungkin dapat hancur serta akan berlaku kekal, ternyata mereka telah musnah, tak bersisa, dan tak berbekas sedikitpun. Masihkah ini belum cukup sebagai tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah Azza Wa Jalla?

Betapa negeri-negeri yang menjadi pusat kefasikan, kezaliman, kekafiran, kemusyrikan, dan kemanufikan, tak luput dari kehendak Allah Azza Wa Jalla. Mereka satu-satu bangkrut, dan tak ada lagi yang disebut sebagai negeri : "Super Power".

Mereka bangkrut. Amerika Serikat dan Uni Eropa yang selama ini menjadi pusat kekuasaan dunia, sekarang telah bangkrut, akibat sistem yang mereka ciptakan, dan nilai-nila yang mereka anut, yaitu sistem bathil. Tak ada lagi yang dapat dibanggakan, dan kebanggaan bagi mereka. Sistem yang mereka agung-agungkan, sekarang telah menistakan mereka.

Komunisme, sosialisme, dan kapitalisme serta materialisme telah menggerogoti dan menghancurkan diri mereka. Hakikatnya, kebathilan selalu merusak dirinya sendiri, yang tidak mungkin akan ada gantinya, kecuali mereka hanya bersujud dan mentauhidkan Allah Azza Wa Jalla.

Betapa orang-orang mukmin di akhir tahun 1432 hijriyah ini, menyaksikan kehancuran sistem dan kekuatan bathil, yang selama ini mereka mengklaim memiliki keunggulan dan supremasi, yang sejatinya palsu dan tidak memiliki akar kekuatan dan ruh. Orang-orang mukmin melihat bagaimana pasukan Amerika Serikat telah lari dari negeri : "1001 Malam", dan mengalami kekalahan yang sangat menyakitkan.

Begitu pula, tak lama orang-orang mukmin yang shabar, pasti akan melihat kemenangan para Mujahidin di Afghanistan, dan di seluruh kawasan Timur Tengah dan Afrika, mengalahkan para "anjing" dan "budak" kafirin-musyrikin Zionis-Israel dan Amerika Serikat.

Di bumi Afghanistan itu, Uni Soviet telah pergi selama-lamanya. Selanjutnya, para Mujahidin dan orang-orang mukmin akan melihat kemahakuasaan Allah Azza Wa Jalla dengan perginya para tentara penjahat Amerika Serikat itu dari bumi yang telah dibasahi para darah syuhada' itu.

Yakinlah. Dengan izin dan kehendak-Nya pula, bumi Palestina yang dimuliakan oleh Allah Azza Wa Jalla, dan Masjidil Aqsha, pasti akan dibebaskan oleh orang-orang mukmin yang shabar dan ikhlas, yang hanya mengharapkan ridha-Nya semata, dan mereka pasti akan mendapatkan kemenangan.

Mereka pasti akan mendapatkan pertolongan dari Allah Azza Wa Jalla. Allah Azza Wa Jalla pasti tidak akan membiarkan mereka yang dengan penuh kepatuhan dan ketundukan kepada-Nya, serta berkorban bagi agama-Nya, dan pasti akan mendapatkan pertolongan.

Orang-orang mukmin di tanah Palestina yang berpuluh tahun menghadapi kesulitan, penderitaan, penghancuran, pembunuhan, pengusiran, dan penyiksaan oleh Zionis-Israel, mereka tak pernah melepaskan keyakinan mereka akan datangnya pertolongan Allah Azza Wa Jalla, di setiap waktu.

Mereka menghadapi hidup dengan penuh optimisme dan perjuangan, yang terus menerus, tak mengenal putus asa dan menyerah. Terus berkorban dan berjihad melawan Zionis-Israel laknatullah.

Sekarang Zionis-Israel terkepung. Zionis-Israel telah kehilangan dukungan dan tempat berpijak. Para penguasa Arab yang dahulunya menjadi penjaga dan pelindungnya, satu-satu dihancukan oleh tangan Allah Azza Wa Jalla.

Mungkin tidak pernah terjadinya sepanjang sejarah, sejak negara Zionis itu berdiri, di tahun 1948, di mana seorang serdadu Yahudi harus ditukar dengan 1027 tahanan Palestina. Ini semua hanya kehendak Allah Azza Wa Jalla.

Keshabaran, keikhlasan, pengorbanan, dan jihad telah memberikan kemuliaan dan kemenangan bagi orang-orang mukmin di Palestina. Mengalahkan kafir musyrik Zionis-Israel, yang selama berpuluh tahun telah menghinakan orang-orang mukmin di Palestina.

Marilah kita bersyukur dengan tetap bertasbih, mengucapkan tahmid, tahlil, dan takbir, setiap saat. Jangan melupakan Rabbul Alamin, yang telah memberikan kenikmatan dan kemenangan kepada orang-orang mukmin, menghadapi makar yang dilakukan oleh orang-orang fasik, zalim, kafir, musyrik, dan munafik, yang selama ini berusaha menghancurkan orang-orang mukmin dengan kekuatan mereka miliki.

Semua rencana dan langkah-langkah mereka telah dibalikkan oleh Allah Azza Wa Jalla menjadi kehancuran mereka sendiri.

Berhijrahlah seperti yang dilakukan para salafusshaleh. Tinggalkanlah segala bentuk kejahiliyahan. Tinggalkan segala bentuk kekafiran. Tinggalkan segala bentuk kemusyrikan, yang hanya menyebabkan kemarahan Rabbul Alamin. Tinggalkanlah segala bentuk kemunafikan yang hanya melahirkan sikap khianat. Tinggalkan segala bentuk kefasikan. Tinggalkanlah segala bentuk kedurhakaan terhadap Allah Azza Wa Jalla. Tinggalkan semua yang bathil dan diharamkan oleh Allah Rabbul Alamin.

Jangan lagi bertemu dan berteman dengan apa saja dan siapa saja, yang masih bertoleransi dengan kejahiliyahan, kesesatan, serta kemungkaran, yang hanya akan membawa kehancuran dan kehinaan bagi kehidupan.

Abu Bakar Shiddiq ra memuntahkan seluruh isi perutnya, ketika tahu yang dia makan itu, makanan yang shubhat. Shahabat Anas bin Malik saat menyodorkan khamr kepada Abu Thalhah, Abu Ubaidah bin Jarrah, Abu Dujanah, Mu'adz bin Jabal, dan Suheil bin Baidha, hingga kepala mereka menunduk, tiba-tiba mendengarkan pengumuman bahwa khamr dharamkan, maka tidak ada seorang pun diantara para shahabat, kecuali membuang seluruh khamr dan memecah cawan-cawan itu.

Abu Buraidah ra bertutur, ketika turun ayat, " ... maka, berhentilah kamu (dari minum arak)". (QS : al-Maidah : 91). Spontan mereka membuang dan memuntahkannya. Seraya mereka berkata : "Wahai Rabb kami, kami berhenti .. Wahai Rabb kami, kami berhenti".

Wanita Ghamidiyah mendatangi Rasulullah Shallahu alaihi wassalam, menyampaikan tentang dirinya yang telah berbuat zina, dan meminta dihukum rajam. Rasulullah menyuruhnya pulang, dan sesudah melahirkan anaknya, dan anaknya besar, baru Rasulullah melaksanakan hukum rajam.

Wanita Ghamidiyah itu menggendong bayinya, dan meminta dilaksanakan hukum rajam. "Wahai Rasulullah ini bayiku, hasil dari zina!". Wanita itu ingin dilaksanakan hukum had, yang akan membersihkan dirinya di dunia, dan akan membebaskan ketika menghadap Rabbnya.

Betapa hari ini begitu banyak manusia telah berbuat faqisah (zina), tak satupun mereka merasa berdosa dan bahkan bangga. Betapa hari ini begitu banyak manusia meminum minuman yang memabukkan, tanpa merasa berdosa dan mau meninggalkannya.

Betapa banyak manusia hari ini makan makanan yang haram, yang merupakan hasil riba, mencuri, menipu, korupsi, dan merampok, tetapi tak pernah merasa bersalah, dan mau meninggalkannya.

Betapa banyak manusia hari ini yang dengan sadar hidup bersama sistem bathil dan kufur, tetapi merasa nyenyak dan nyaman dengan sistem yang bathil dan kufur itu. Tidak berusaha meninggalkannya.

Kekufuran, kesyirikan, kefasikan, kezaliman, dan kemunafikan, hanya akan mendatangkan kehancuran bagi manusia.

Tidak ada yang dapat diharapkan dengan cara hidup yang kufur, syirik, fasik, zalim, dan munafik. Semua itu hanya akan membuat manusia hina dihadapan Allah Azza Wa Jalla di dunia dan akhirat kelak. Wallahu'alam.

By. Era Muslim

Belajar pada Kehidupan Sang Daun


“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi(seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka'.” (QS. Ali Imran [3] : 190-191)

Saudaraku, apa yang kau rasakan saat membaca ayat tersebut? Adakah kau merasakan ajakan Allah Azza wa Jalla untuk memikirkan ciptaan-Nya, yang mana bila kau lakukan maka Dia akan memberi tanda/petunjuk-Nya padamu?

Bila kita merenungi ayat tersebut kemudian mencoba mengikutinya maka akan terasa tanda-tanda itu bicara pada kita. Sebagai contoh sederhana, kau tahu daun kan? Saking banyaknya daun di sekitar kita, mungkin kita tak pernah memikirkan pelajaran apa yang dapat kita petik dari kehidupan daun.

Mungkin saat mengenyam ilmu di sekolah atau kampus yang berkaitan dengan ilmu biologi atau pertanian, ada sedikit pengetahuan akan kehidupan daun kita peroleh dari ulasan guru atau dosen, baik tentang proses fotosintesis, kemanfaatannya buat alam, manusia, hewan juga tanaman itu sendiri. Tetapi bisa jadi kita menelaahnya hanya sebatas itu, tanpa pernah menyentuh hal ini dari sudut pandang iman.

Oleh karenanya Saudaraku, mari sejenak kita perhatikan daun. Ya, sejenak saja dari sekian banyak waktu yang kau habiskan dengan segala rutinitasmu. Kau pasti tahu bahwa sang daun sejak tumbuh ia memiliki peran penting untuk proses kehidupannya sendiri dan tak diragukan lagi teramat banyak manfaat bagi sekitanya termasuk untuk kita. Kau pun pasti sangat faham saat sang daun luruh ke bumi, ia tetap memberi manfaat sebagai humus yang menyuburkan tanah.

Tidakkah kita bisa mengambil hikmah/pelajaran dari siklus hidupnya ini? Ada sebuah tanda yang Allah tunjukkan pada kita tentang kehidupan daun. Mari kita garisbawahi, bahwa sejak tumbuh hingga luruh ke bumi ia bermanfaat untuk sekitarnya.

Tidakkah kita menginginkan kehidupan kita bisa bermanfaat seperti kehidupan sang daun? Di mana hal ini selaras dengan apa yang diriwayatkan dari Jabir berkata, ”Rasulullah saw bersabda, ’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia'.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)

Mari sejenak kita renungi pula hadits ini, dari Ibnu Umar bahwa seorang lelaki mendatangi Nabi saw dan berkata, ”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling dicintai Allah? dan amal apakah yang paling dicintai Allah swt?” Rasulullah saw menjawab,”Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang Muslim atau engkau menghilangkan suatu kesulitan atau engkau melunasi utang atau menghilangkan kelaparan. Dan sesungguhnya aku berjalan bersama seorang saudaraku untuk (menuaikan) suatu kebutuhan lebih aku sukai daripada aku beritikaf di masjid ini—yaitu Masjid Madinah—selama satu bulan. Dan barangsiapa yang menghentikan amarahnya maka Allah akan menutupi kekurangannya dan barangsiapa menahan amarahnya padahal dirinya sanggup untuk melakukannya maka Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk (menunaikan) suatu keperluan sehingga tertunaikan (keperluan) itu maka Allah akan meneguhkan kakinya pada hari tidak bergemingnya kaki-kaki (hari perhitungan).” (HR. Thabrani)

Mereka, kata Rasulullah saw, adalah sebaik-baik manusia. Mereka mendapatkan cinta Allah karena kebaikan dan manfaat hidupnya terhadap orang lain. Para sahabat pada masa Nabi memahami secara mendalam sebuah kaidah usul fiqih yang menyebutkan bahwa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih bermanfaat ketimbang yang manfaatnya dirasakan oleh diri sendiri.

Tidakkah kita ingin mendapat cinta Allah dengan menjadi bagian dari “Khairunnas anfa’uhum linnas?” Kurasa tak ada seorang pun yang tak menginginkan dicintai Allah. Bila demikian, mari kita tengok diri kita, apa saja yang sudah diperbuat sepanjang perjalanan hidup kita, adakah yang kita lakukan telah bermanfaat tak hanya untuk diri pribadi tetapi berguna pula untuk orang lain? Bagaimana peran kita selama ini sebagai anak, sebagai suami atau isteri, sebagai ayah atau bunda, sebagai bagian dari masyarakat, sebagai pekerja, pengajar, pedagang, pencari ilmu, atau sebagai apa pun peran yang saat ini sedang dilakoni? Apa pula yang kita ingin orang lain sebutkan tentang diri kita saat meninggalkan kefanaan dunia?

Bila perjalanan hidupmu Saudaraku… masih sama denganku, masih jauh dari bermanfaat untuk sekitar, mulai saat ini mari menyusun langkah dan menata aktivitas kita dengan berorientasi pada kemanfaatan untuk orang banyak. Dengan segenap potensi yang Allah karuniakan, mari kita berjuang menjadi pribadi yang dicintai-Nya.

Indah sekali rasanya bila hidup kita diwarnai semangat untuk selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain. Elok juga rasanya bila ajal telah tiba mengakhiri aktivitas kita di dunia, namun nilai kemanfaatan dari apa yang kita lakukan tetap dirasakan oleh mereka yang masih berkelana di dunia.

Sungguh sangat bermakna pula ketika kita dapat memikirkan tanda-tanda dari ciptaan-Nya, seperti sang daun itu. Mari kita segera bergerak untuk belajar pada kehidupannya: dari tumbuh hingga luruh meninggalkan manfaat untuk sekitar.

Menyambut tahun baru Hijriyah yang sebentar lagi akan kita songsong, mari kita hadirkan dalam hati tentang kehidupan sang daun dan merefleksikannya dalam tingkah laku kita . Menjadikan ia bagian dari inspirasi hidup kita. Semoga dengan mengingat dan belajar pada salah satu ciptaan Allah ini, membuat kita terpacu menjadi bagian dari "Khairunnas anfa’uhum linnas".

Oleh Ineu


Senin, 14 November 2011

Menjadikan Hidup Lebih Bermakna


Alangkah beruntung seseorang yang dikaruniai Allah kemampuan untuk memanfaatkan waktu hidup sebelum waktu matinya. Dia senantiasa memanfaatkan setiap detik dari waktunya sebaik mungkin. Memanfaatkan setiap helaan nafasnya secermat mungkin. Hal tersebut hanya dimiliki oleh seseorang yang terampil memainkan hidup. Sesungguhnya modal kita adalah umur dan waktu. Semua manusia diberi waktu yang sama, 1 hari 24 jam. Ada yang dalam satu hari bisa mengurus negara, atau mengurus perusahaan raksasa. Tapi ada yang dalam satu hari mengurus diri sendiri saja tidak bisa. Sebodo-bodo manusia adalah yang diberi modal tapi kemudian dihambur-hamburkannya. Modal itu adalah waktu. Waktu sangat berharga. Tidak layak kita melakukan sesuatu kecuali yang berharga.

Allah Yang Maha Adil telah melimpahkan karunia pada hamba-Nya tanpa pilih-pilih. Dia telah memberikan kesempatan, waktu yang sama. Dia pun telah memberikan keterampilan yang beraneka ragam bagi siapa pun. Dia juga telah membekali manusia dengan akal yang sempurna. Namun, tidak semua orang pandai memanfaatkannya. Banyak waktu, kesempatan terbuang dengan sia-sia, banyak potensi yang diabaikan begitu saja, dan tidak sedikit keterampilan yang dibekukan.

Hal tersebut terjadi karena ketidaktahuan akan tujuan hidup. Tidak tahu mau dibawa ke mana raga, pikiran, dan harapan. Sangat disayangkan. Sementara waktu bergulir begitu cepat. Kalau tidak dicari tahu ilmunya, bersiap-siaplah untuk terlunta-lunta. Tanpa tujuan yang jelas. Lalu, bagaimana caranya agar potensi yang ada dapat bermakna?

Hal pertama
dan terutama yang harus kita ketahui dan pahami yaitu mengetahui tujuan hidup. Untuk apa kita hidup? Apa yang akan kita lakukan selama hidup? Apakah mau mencari ridha Allah SWT atau hanya sekedar mencari kehidupan dunia? Tujuan hidup akan sangat menentukan seperti apa kelak kita dihadapan Allah. Pandai-pandailah memanfaatkan potensi. Sesungguhnya potensi atau keterampilan sudah ada, tinggal sungguh-sungguh mengoptimalkannya. Setiap manusia ketika lahir kedunia dibekali Allah SWT dengan bermacam potensi. Semua tergantung kita, apakah akan memanfaatkannya atau tidak.

Kedua, buat perencanaan dan target. Misalnya kita ingin menjadi hamba yang dicintai Allah SWT. Maka buat perencanaan amal yang nyata. Baik amal ibadah mahdhah maupun ghair mahdhah. Ringannya mulai dari aktivitas yang kita kerjakan sehari-hari dulu. Bejibun pekerjaan yang ada di hadapan. Akan menumpuk pada suatu waktu di kala tidak ada perencanaan yang jelas. Walaupun target tinggi, tetap saja keberhasilan tidak akan tercapai. Untuk itu matangkan setiap rencana jangan sampai gagal. Sebagaimana pepatah “Gagal dalam perencanaan berarti merencanakan kegagalan”.

Ketiga,
tampil istiqomah, konsisten. Kita menjadi lemah salah satu sebabnya karena mudah sekali terpengaruh dan tidak memiliki keteguhan dalam berprinsip. Pentingnya tampil istiqomah ini ketika dihadapkan pada hambatan dan rintangan hidup.

Dengan demikian, yang menjadikan hidup seseorang tidak bermakana karena ketidakjelasan tujuan hidup. Orang yang tidak memiliki tujuan hidup, hidupnya tidak akan terarah. Sebaliknya, orang yang punya tujuan hidup akan senantiasa tenang menjalanni hidup, karena orientasinya jelas. Ketika Allah menjadi tujuannya, maka semua apa yang dilakukan akan senantiasa terfokus untuk mendapat ridho Allah semata. Jadilah orang yang terampil membuat cita-cita, terampil menyusun rencana, dan terampil istiqomah, konsisten, tidak mudah terpengaruhi.
Wallahu a`lam bish showab


Oleh KH Abdullah Gymnastia