Rabu, 24 Oktober 2012

Nasihat Imam Asy-Syafi’iy kepada Muridnya, Imam Al-Muzany

Imam Al-Muzany bercerita:

“Aku menemui Imam Asy-Syafi’iy menjelang beliau wafat, lalu kubertanya, “Bagaimana keadaanmu pada pagi ini, wahai Ustadzku?”

Beliau menjawab, “Pagi ini aku akan melakukan perjalanan meninggalkan dunia, akan berpisah dengan kawan-kawanku, akan meneguk gelas kematian, akan menghadap kepada Allah dan akan menjumpai kejelekan amalanku. Aku tidak tahu: apakah diriku berjalan ke surga sehingga aku memberinya ucapan kegembiraan, atau berjalan ke neraka sehingga aku menghibur kesedihannya.”

Aku berkata, “Nasihatilah aku.”

Asy-Syafi’iy berpesan kepadaku, “Bertakwalah kepada Allah, permisalkanlah akhirat dalam hatimu, jadikanlah kematian antara kedua matamu, dan janganlah lupa bahwa engkau akan berdiri di hadapan Allah. Takutlah terhadap Allah ‘Azza wa Jalla, jauhilah segalah hal yang Dia haramkan, laksanakanlah segala perkara yang Dia wajibkan, dan hendaknya engkau bersama Allah di manapun engkau berada. Janganlah sekali-kali engkau menganggap kecil nikmat Allah kepadamu -walaupun nikmat itu sedikit- dan balaslah dengan bersyukur. Jadikanlah diammu sebagai tafakkur, pembicaraanmu sebagai dzikir, dan pandanganmu sebagai pelajaran. Maafkanlahorang yang menzhalimimu, sambunglah (silaturrahmi dari)orang yang memutus silaturahmi terhadapmu, berbuat baiklah kepada siapapun yang berbuat jelek kepadamu, bersabarlah terhadap segala musibah, dan berlindunglah kepada Allah dari api neraka dengan ketakwaan.”

Aku berkata, “Tambahlah (nasihatmu) kepadaku.”

Beliau melanjutkan, “Hendaknya kejujuran adalah lisanmu, menepati janji adalah tiang tonggakmu, rahmat adalah buahmu, kesyukuran sebagai thaharahmu, kebenaran sebagai perniagaanmu, kasih sayang adalah perhiasanmu, kecerdikan adalah daya tangkapmu, ketaatan sebagai mata percaharianmu, ridha sebagai amanahmu, pemahaman adalah penglihatanmu, rasa harapan adalah kesabaranmu, rasa takut sebagai pakaianmu, shadaqah sebagai pelindungmu, dan zakat sebagai bentengmu. Jadikanlah rasa malu sebagai pemimpinmu, sifat tenang sebagai menterimu, tawakkal sebagai baju tamengmu, dunia sebagai penjaramu, dan kefakiran sebagai pembaringanmu. Jadikanlah kebenaran sebagai pemandumu, haji dan jihad sebagai tujuanmu, Al-Qur`an sebagai juru bicaramu dengan kejelasan, serta jadikanlah Allah sebagai Penyejukmu. Barangsiapa yang bersifat seperti ini, surga adalah tempat tinggalnya.”

Kemudian, Asy-Syafi’iy mengangkat pandangannya ke arah langit seraya menghadirkan susunan ta’bir. Lalu beliau bersya’ir,

Kepada-Mu -wahai Ilah segenap makhluk, wahai Pemilik anugerah dan kebaikan-

kuangkat harapanku, walaupun aku ini seorang yang bergelimang dosa

Tatkala hati telah membatu dan sempit segala jalanku

kujadikan harapan pengampunan-Mu sebagai tangga bagiku

Kurasa dosaku teramatlah besar, tetapi tatkala dosa-dosa itu

kubandingkan dengan maaf-Mu -wahai Rabb-ku-, ternyata maaf-Mu lebihlah besar

Terus menerus Engkau Maha Pemaaf dosa, dan terus menerus

Engkau memberi derma dan maaf sebagai nikmat dan pemuliaan

Andaikata bukan karena-Mu, tidak seorang pun ahli ibadah yang tersesat oleh Iblis

bagaimana tidak, sedang dia pernah menyesatkan kesayangan-Mu,Adam

Kalaulah Engkau memaafkan aku, Engkau telah memaafkan

seorang yang congkak, zhalim lagi sewenang-wenang yang masih terus berbuat dosa

Andaikata Engkau menyiksaku, tidaklah aku berputus asa,

walaupun diriku telah engkau masukkan ke dalam Jahannam lantaran dosaku

Dosaku sangatlah besar, dahulu dan sekarang,

namun maaf-Mu -wahai Maha Pemaaf- lebih tinggi dan lebih besar

[Tarikh Ibnu Asakir Juz 51 hal. 430-431]

Sumber: http://dzulqarnain.net

Senin, 22 Oktober 2012

7 Wasiat Rasul Kepada Abu Dzar Al-Ghifari


Rasuliullah telah meninggalkan begitu banyak suri tauladan yang baik yang dapat kita jadikan pedoman hidup agar dapat menjadi seorang muslim yang kaffah dan seutuhnya. Salah satunya adalah ketujuh pesan beliau kepada salah seorang sahabat, Abu Dzar Al-Ghifari. Ketujuh wasiat tersebut adalah:

1.      Mencintai orang miskin
Beliau memerintahkan kita seluruh umat Islam agar senantiasa untuk mencintai orang miskin. Orang-orang miskin yang beliau maksudkan adalah orang-orang yang hidupnya tidak berkecukupan dan tidak mempunyai harta untuk mencukupi kehidupannya, dan mereka tidak mau meminta-minta untuk mencukupi kebutuhan mereka.
Wasiat ini berlaku umum untuk seluruh umat Islam. Yang dimaksud dengan mencintai adalah lebih kepada sikap dan perlakuan kita terhadap orang-orang miskin. Kita dituntut untuk berlaku tawadhu, duduk bersama mereka, menolong mereka, serta turut bersabar bersama mereka. Menolong dan berbagi dengan mereka, adalah salah satu bukti paling nyata dan kongkret dari rasa cinta kita terhadap orang miskin. Berbagi dan menolong terhadap sesama tentu saja akan mendatangkan Ridha-Nya dan kasih sayang-Nya, seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW

“Barangsiapa menghilangkan kesusahan dunia dari seorang mukmin, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan kesulitan orang-orang yang dililit utang, Allah akan memudahkan atasnya di dunia dan di akhirat.”
 
Dalam suatu riwayat Ibnu ‘Umar disebutkan pada satu hari bahwa salah seorang dari kaum Muhajirin yang miskin menceritakan kepada Rasulullah, betapa beruntungnya mereka yang memiliki kekayaan harta, karena dapat beribadah dan beramal lebih banyak melalui harta mereka. Mendengar hal itu, Rasulullah pun bersabda: “Wahai orang-orang yang miskin, aku akan memberikan kabar gembira kepada kalian, bahwa orang mukmin yang miskin akan lebih dahulu masuk surga daripada orang mukmin yang kaya, dengan tenggang waktu setengah hari, itu sama dengan lima ratus tahun. Bukankah Allah berfirman: Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu”.
Lalu, bagaimana bisa seorang yang miskin akan lebih dahulu masuk surga? Padahal bisa dibilang orang yang memiliki hartalah yang lebih banyak beramal dan bersedekah. Rasulullah pun menjawab, orang-orang yang memiliki harta akan menyusul orang-orang miskin untuk memasuki surga, karena mereka harus melalui proses pertanggungjawaban dan perhitungan dari harta-harta yang mereka miliki dan mereka pakai selama mereka hidup di dunia ini. Maka, sungguh begitu banyak ladang amal yang telah Allah sediakan di muka bumi ini, salah satunya yaitu mengasihi dan menyayangi orang-orang miskin.

2.      Melihat pada orang yang lebih rendah dalam hal materi dan penghidupan
Jauh dari syukur, itulah sifat dasar dari manusia, oleh karena itu Rasulullah memerintahkan umat Islam untuk melihat kepada orang yang lebih rendah dalam hal materi dan penghidupan, agar kita senantiasa berterimakasih dan bersyukur atas segala sesuatu yang telah Allah berikan kepada kita. Sebagaimana sabda Rasulullah: “Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu” (HR. Bukhari)

Namun, dalam hal beribadah justru sebaliknya, kita dianjurkan untuk melihat kepada mereka yang berada di atas kita, mereka yang ibadah dan akhlaknya lebih baik dari kita. Mengapa demikian? Hal ini akan memotivasi kita dan membuat kita senantiasa untuk berlomba-lomba dalam hal kebaikan dan meraih Ridha-Nya. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW: “Dan untuk yang demikian itu, hendaknya orang berlomba-lomba” (QS. Al-Muthaffifin [83]: 26)

3.      Menyambung silaturahim

Silaturahim adalah ibadah yang mulia dan memberikan banyak berkah bagi siapa pun yang melakukannya. Silaturahim merupakan fitrah dan kebutuhan manusia. Silaturahim merupakan salah satu ibadah yang paling dianjurkan dan diwajibkan dalam Islam. Seperti peringatan dan ancaman-Nya dalam firman “Maka, apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka, dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (QS. Muhammad [47]: 22-23)

Maka, di zaman modern yang semakin memudahkan kita untuk berkomunikasi, rasanya tidak ada lagi alasan untuk tidak menyambung silaturahim kepada sesama saudara. Karena, menyambung tali silaturahim memiliki banyak manfaat, rahmat dan kebaikan dari Allah senantiasa tercurah kepada mereka yang senantiasa menyambung tali silaturahim, silaturahim juga merupakan sebab pentingnya seseorang masuk surga dan dijauhkan dari api neraka. Selain itu, silaturahim juga merupakan tanda ketaatan dan amalan yang mendekatkan seorang hamba kepada Tuhannya, Allah SWT.

4.      Memperbanyak ucapan “La Haula Walaa Quwwata Illa Billah”
La haula walaa quwwata illa billah (tidak ada daya dan upaya kecuali dari pertolongan Allah), sebuah kalimat yang mengingatkan kita bahwa sudah semestinya sebagai hamba yang lemah kita senantiasa dan meyakini bahwa segala sesuatu yang kita lakukan terjadi karena kehendak dan kuasa-Nya. Segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini, baik yang besar maupun kecil, semuanya terjadi karena kehendak-Nya, maka tidaklah pantas kita sebagai manusia merasa sombong dan takabur. Kalimat ini juga mengingatkan kita bahwa hanya Allah lah satu-satunya tempat kembali dan meminta, tiada daya dan kekuatan yang dapat menandingi atau menyamai kekuatan serta kehendak-Nya.

5.      Berani berkata benar meskipun pahit
Berkata benar, terkadang memang terasa sulit, terlebih jika kebenaran tersebut adalah kebenaran yang terasa pahit untuk diucapkan dan disampaikan. Berbagai alasan pun melatarbelakangi hal ini, mulai dari rasa sungkan, atau rasa segan karena yang sedang kita hadapi adalah orang yang memiliki derajat atau kedudukan lebih tinggi. Hal ini, tentu saja bertentangan dengan apa yang Rasulullah sabdakan: “Jihad yang paling utama ialah mengatakan kalimat yang haq (benar) kepada penguasa yang zhalim”.
 
Berbagai cara dapat dilakukan untuk menyampaikan kebenaran kepada atasan, pemimpin atau penguasa yang bathil. Cara yang dilakukan secara perlahan dan baik-baik tentu akan lebih “ampuh” dibandingkan dengan cara kekerasan dan “kengototan” kita dalam menyampaikan kebenaran. Penyampaian secara persuasif akan jauh lebih efektif, karena Islam memberikan petunjuk tentang bagaimana cara menyampaikan nasihat. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang ingin menasihati penguasa, janganlah ia menampakkan dengan terang-terangan. Hendaklah ia pegang tangannya lalu menyendiri dengannya. Kalau penguasa itu mau mendengar nasihat itu, maka itu yang terbaik. Dan bila si penguasa itu enggan (tidak mau menerima), maka sungguh ia telah menjalankan kewajiban amanah yang dibebankan kepadanya”.

6.      Tidak takut celaan ketika berdakwah di jalan Allah
Berbagai cobaan dan siksaan yang menimpa Rasulullah ketika berdakwah tentu tidak diragukan lagi kebenarannya. Cobaan dan siksaan yang begitu perih dan pedih dialami oleh Rasulullah dan para sahabat-Nya dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam, namun hal itu tidak sedikit pun membuat mereka gentar dan takut, karena mereka percaya dengan janji Allah yang begitu manis dan indah.
 
Dakwah, sedari dulu, memang bukan hal yang mudah dan pasti akan mengalami banyak hambatan dan cobaan. Hambatan, rintangan, dan perlawanan tentu akan datang dari mereka yang tidak menyukai melihat Islam berjaya. Hambatan dan rintangan yang berat ini bukan tidak mungkin akan menyurutkan langkah kita dalam berdakwah, namun Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk tetap bersikap berani dan pantang menyerah dalam menyampaikan kebaikan (QS. Al-Ahzaab [33]: 39).

Allah begitu mencintai siapa pun yang mengutarakan kebenaran dari ajaran-Nya, seperti yang Allah sampaikan dalam surat Al-Maidah [5]: 54. Jaminan mendapatkan surga pun telah dijanjikan-Nya bagi siapa pun yang berdakwah di jalan-Nya. Dakwah memanglah tidak mudah, maka dakwah harus dilakukan semata untuk mendapatkan Ridha-Nya agar kita tidak dengan mudah berhenti dan keluar dari barisan dakwah yang begitu mulia ini.

7.      Tidak meminta-minta
Meminta-minta adalah perbuatan yang sama sekali tidak mencerminkan sikap dan jiwa dari seorang muslim yang baik. Meminta-minta adalah haram hukumnya dalam Islam, karena Islam mengajarkan setiap umatnya untuk senantiasa berusaha dan berjuang untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Hidup memanglah tidak mudah dan membutuhkan perjuangan yang besar untuk dapat tetap bertahan, oleh karena itu Islam mengharamkan hal ini dan mendidik setiap umatnya agar dapat menjadi manusia yang tangguh dan tidak bermental “peminta-minta”.
Meminta-minta diperbolehkan jika untuk keperluan yang berkenaan dengan keperluan dan kepentingan umum umat Islam, seperti untuk pembangunan sarana peribadatan, pendidikan bantuan untuk fakir-miskin dan anak-anak yatim. Namun, semua hal tersebut pun harus dilakukan sesuai dengan prosedural yang berlaku, tidak dapat dilakukan secara sembarangan dan tanpa aturan.
Mental seorang muslim adalah mental seorang muslim yang tangguh dan tidak mudah menyerah serta rela berjuang keras untuk mendapatkan dan mencapai impiannya, bukan dari meminta-minta dan sekedar berpangku tangan.

Demikian lah ke tujuh wasiat Rasulullah yang disampaikan kepada Abu Dzar Al-Ghifari, semoga apa yang disampaikan dapat bermanfaat, agar di hari akhir dan di akhirat kelak, kita termasuk hamba-Nya yang mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAW.
Amin ya Rabbal Alamin.

Allahualam bisshawab.

Rabu, 09 Mei 2012

Menularkan Optimisme




Yakinlah kesuksesan akan datang dengan apa yang kila kerjakan bila dilakukan dengan penuh optimisme.Karena keyakinan akan menambah semangat untuk bekerja lebih gigih dan lebih baik.





Optimis adalah saloh satu syaraf kesuksesan. Jangan harap sukses, bila pekerjaaan yang dijalankan tanpa dibarengi dengan keyakinan. Optimis di sini adalah keyakinan diri dapat melakukan pekerjaan tersebut dengan baik dan keyakinan meraih prestasi. Optimisme ini tidak boleh hanya dipendam dalam hati sendiri saja, apalagi bagi seorang pemimpin.

Pancarkanlah keyakinan dan optimisme Anda kepada rekan team Anda dengan menyampaikannya penuh semangat, antusias dan penuh dengan kasih sayang. Bila keyakinan Anda sudah tersampaikan maka semua orang dapat merasa ada dorongan yang kuat untuk melakukan yang terbaik bersama Anda.

Semoga keyakinan dan optimisme yang Anda tunjukan akin menular kepada mereka yang Anda temui. Jika semua orang memiliki keyakinan dan optimisme yang kuat, Insyaallah akan melahirkan orang-orang sukses baru yang mampu memajukan negeri Indonesia yang tercinta ini.

ANTI GALAU


 
Galau dan galau. Betapa galau telah menjadi trending topic. Kenapa kita galau? Galau karena cinta? Galau karena pekerjaan? Galau karena problematika berumah tangga? Banyak hal bisa bikin kita galau. Sebenarnya apa sih arti kata galau ? Menurut Kamus Bahasa Indonesia, galau berarti keadaan pikiran yang tak keruan.

Pikiran tak keruan, tentu hati pun tak tenang. Hati yang tak tenang, resah, gelisah tentu bukanlah hati yang sehat. Nah, sebaiknya hati yang galau ini diobati. Bagaimana cara mengobati hati yang galau? Pakai provider anti galau seperti yang di iklan itu? Hmmm… yakin, galaunya bisa hilang? Bagaimana kalau kita buka Al-qur’an?

“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar…”
( Q.S at Thalaq [65]:2)

“ Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar… 
(Q.S Al Baqarah[2]: 155). 

“Dan bersabarlah, 
sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan. ”
(Q.S Hud[11]:115)

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, 
sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” 
 (Q.S Al Insyirah [94]: 5-6)

“…Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” 
(Q.S at Thalaq [65]:3)

Takwa, sabar, dan tawakal adalah obat galau. Yakinlah bahwa kesulitan tak pernah berdiri sendiri, selalu ada solusi, bahkan mungkin ada banyak solusi! Tak usah galau, tak perlu meratap, karena di balik setiap kejadian selalu bertabur hikmah.

Kembalikan semua urusankepada Allah. Bukankah Allah adalah Al Wakil (Yang mengurus hamba-Nya)? Sungguh, Allah tak pernah meninggalkan kita, tak pernah menutup pintu rizki untuk hamba-hamba-Nya… Bukankah Allah adalah As Shamad (tempat bergantung segala sesuatu)? Bersandarlah pada Allah, mohonkan segalanya hanya kepada Allah.

Ridhalah dengan segala kehendak dan ketetapan-Nya, karena boleh jadi kita tidak menyukai sesuatu padahal itu baik untuk kita. Yang kita inginkan belum tentu yang terbaik untuk kita. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya, sedangkan pengetahuan kita tentang hakikat baik sangatlah terbatas.

Subhanallah… Betapa obat galau bertaburan dalam Al Qur’an. Tapi sayangnya, Al Qur’an seringkali kita lupakan. kita lebih memilih internetan daripada membuka Al Qur’an. Ditambah lagi semua provider sangat gencar berpromosi dengan slogan anti galau, bebas galau, ditambah gratis social network,dan serba gratis lainnya.Ahh..kita pun semakin asik internetan, sementara Al Qur’an kian terpinggirkan…

Andaikan Rasulullah masih hidup, dapat dibayangkan betapa sedih dan pedihnya hati Rasulullah melihat keadaan umat islam sekarang ini… Umatnya yang jauh dari Al Qur’an, mengabaikan Al Qur’an…

”Dan Rasul berkata,”Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan AlQur’an ini diabaikan.” 
 ( Q.S Al Furqan [25]:30)

Adakah kita meluangkan waktu kita untuk Al Qur’an? Adakah kita menghiasi hari-hari kita dengan Al Qur’an? Adakah kita mencari solusi drama kehidupan kita dalam Al Qur'an? Karena sungguh, obat segala penyakit hati ada dalam Al Qur’an.

“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran Al Qur’an dari Tuhanmu, penyembuh penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”(Q.S Yunus[10]:57)

Wallahu'alam bishshawaab. Cibubur, 8 Mei 2012.

Oleh Silvani

Jumat, 20 April 2012

Cara Sederhana Berwirausaha




Menurut Anda 
bagaimana cara yang paling tepat berwirausaha ? 

Berikut adalah 3 langkah sederhana untuk berwirausaha:
  

Langkah 1: 
Bersiaplah. Bersiaplah untuk menjadi bos bagi diri sendiri. Tidak ada lagi yang mengatur jadwal Anda. Hadapilah dengan sukacita. Kalau pun Anda memulai bisnis karena salah satunya adalah karena lingkungan kerja Anda yang sebelumnya kurang mendukung (misal: bos yang tidak koperatif, rekan kerja yang seenaknya sendiri, kemacetan yang menghabiskan waktu berjam-jam usia Anda dll). Lupakan semua itu karena Anda akan memasuki dunia baru yang menyenangkan.

Kalau selama ini Anda berangkat kerja sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam,.. hadapilah kenyataan yang menyenangkan bahwa sebentar lagi semuanya akan berubah. Jam 10 pagi Anda bisa duduk-duduk di Mall, meeting sambil makan siang, bisa menjemput anak sekolah, dll.

Kalau Anda memulai berwirausaha dengan keadaan lingkungan kerja sebelumnya yang menyenangkan, misal: bos yang mendukung, teman-teman yang mendukung, keluarga mendukung.. Wow.. apalagi yang Anda butuhkan selain itu semua? Anda sudah mempunyai harta karun. Jagalah baik-baik karena Anda akan lebih membutuhkannya sebentar lagi. Bersiaplah karena Anda akan menghadapi kenyataan yang menyenangkan! Jadi kapan Anda memulai?

Kalau Anda tanya persiapan apa yang perlu dipersiapkan untuk berwirausaha saya sependapat dengan Bob Sadino, Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang dijalankan. Mengapa? Karena sesungguhnya Anda sudah tahu jawabannya bukan? Anda hanya ingin supaya ada ‘rasa aman’ dengan bertanya seperti itu. Selama ini Anda merasa aman dengan pekerjaan yang Anda jalani. Menerima gaji pada tanggal yang tetap, pekerjaan yang harus dilakukan sudah ada, tinggal dikerjakan, kalau pun ada kurang-kurangnya ya itu wajarlah, selama manusia masih bernafas, ia tidak akan merasa puas. jadi kalau Anda bertanya apa yang perlu dipersiapkan, jawaban dari saya adalah…

Tidak.. tidak..tidak.. saudara.. tidak ada hal baku yang perlu dipersiapkan. Tidak ada prosedur bakunya. tidak ada SOP-nya. Anda nanti yang harus membuat sendiri aturannya. Satu hal yang penting, kata DR bakmi H. Wahyu Saidi, MSc., gunakan 1/3 saja anggaran yang ada untuk memulai usaha jika Anda baru pertama kali memulainya. Sisanya gunakan untuk berjaga-jaga. Anda boleh percaya, boleh juga tidak lho..Asal tekad sudah bulat, hati sudah mantab, tancap maaang….

Langkah 2: 
Memulai. Mulailah berwirausaha sekarang juga. Kalau belum bisa 100% mulailah sedikit demi sedikit dahulu. Jangan karena sangat bersemangat kemudian Anda lupa menghitung resiko yang Anda ambil. Apalagi bila Anda habis menghadiri seminar. Wah..wah..wah.. Saran saya, jangan memulai bisnis ketika emosi Anda tidak stabil. Lebih jauh lagi, hindari mengambil keputusan saat emosi tidak stabil.

O iya, ini bukan dunia sinetron di mana ketika Anda mencapai kesuksesan atau akan memulai hal besar seperti ini akan ada musik pengiring yang mengiringi langkah-langkah yang Anda ambil. Bukan seperti iklan TV yang menceritakan entrepreneur sukses lho.. Tidak ada saudara.. this is real life bro..sis.. Enaknya adalah, kalau suatu saat di tengah perjalanan Anda menemui kesulitan – dan pasti akan Anda temui – tidak akan ada musik sedih yang mengiringi. Jadi maksudnya apa? Ya… semuanya netral-netral saja. Tergantung Anda sendiri mau memainkan musik yang mana di hati Anda. Be realistic.. and Be Brave.. kata Alexander the Great.. Tuhan bersama orang-orang yang berani.

Tanya Om, “kalau saya tidak punya Persiapan bagaimana? tapi saya pingin berwirausaha ?”
Hmmm… good question… kata yang sering dipakai mantan bos saya dulu.
Gini Bos… gitu aja kok repot.. Berarti ente cocoknya sama langkah yang berikutnya.

Langkah 3: 
Melangkah saja. Kadang-kadang kita perlu belajar dari anak-anak kecil. Inget gak dulu waktu kecil. Jatuh, nangis, terus… bangkit lagi. Berantem, nangis,… baikan lagi. Gak dibeliin mainan, nangis,.. diem lagi.
Wooow it was a beatiful life, isn’t it? Jadilah anak kecil, jadilah seperti Anda yang dahulu. Anda yang begitu perkasa saat menjadi anak-anak. Anda yang tidak takut apa pun (kecuali paling sama gelap, hantu, tikus,.. hmm banyak juga ya hahaha..).

Melangkah sajalah bung, karena kalau diam, apa yang didapat? Apa yang di harap? seumur-umur perjalanan hidup manusia yang sudah berlangsung ribuan tahun, seingat saya Tuhan belum pernah lho menurunkan hujan emas kayak di film Indiana Jones. Perubahan tidak ada akan pernah terjadi. Tetapi kalau Anda melangkah, walaupun masa depan itu tidak pasti, berita gembiranya adalah segala sesuatunya mungkin terjadi lho! (ini kata Om Mario Teguh) Termasuk sukses besoaaar yang menanti.
[Amin/quickstart]

Artikel www.PengusahaMuslim.com