Imam Al-Muzany bercerita:
“Aku menemui Imam Asy-Syafi’iy menjelang beliau wafat, lalu kubertanya, “Bagaimana keadaanmu pada pagi ini, wahai Ustadzku?”
Beliau
menjawab, “Pagi ini aku akan melakukan perjalanan meninggalkan dunia,
akan berpisah dengan kawan-kawanku, akan meneguk gelas kematian, akan
menghadap kepada Allah dan akan menjumpai kejelekan amalanku. Aku tidak
tahu: apakah diriku berjalan ke surga sehingga aku memberinya ucapan
kegembiraan, atau berjalan ke neraka sehingga aku menghibur
kesedihannya.”
Aku berkata, “Nasihatilah aku.”
Asy-Syafi’iy
berpesan kepadaku, “Bertakwalah kepada Allah, permisalkanlah akhirat
dalam hatimu, jadikanlah kematian antara kedua matamu, dan janganlah
lupa bahwa engkau akan berdiri di hadapan Allah. Takutlah terhadap Allah
‘Azza wa Jalla, jauhilah segalah hal yang Dia haramkan, laksanakanlah
segala perkara yang Dia wajibkan, dan hendaknya engkau bersama Allah di
manapun engkau berada. Janganlah sekali-kali engkau menganggap kecil
nikmat Allah kepadamu -walaupun nikmat itu sedikit- dan balaslah dengan
bersyukur. Jadikanlah diammu sebagai tafakkur, pembicaraanmu sebagai
dzikir, dan pandanganmu sebagai pelajaran. Maafkanlahorang yang
menzhalimimu, sambunglah (silaturrahmi dari)orang yang memutus
silaturahmi terhadapmu, berbuat baiklah kepada siapapun yang berbuat
jelek kepadamu, bersabarlah terhadap segala musibah, dan berlindunglah
kepada Allah dari api neraka dengan ketakwaan.”
Aku berkata, “Tambahlah (nasihatmu) kepadaku.”
Beliau
melanjutkan, “Hendaknya kejujuran adalah lisanmu, menepati janji adalah
tiang tonggakmu, rahmat adalah buahmu, kesyukuran sebagai thaharahmu,
kebenaran sebagai perniagaanmu, kasih sayang adalah perhiasanmu,
kecerdikan adalah daya tangkapmu, ketaatan sebagai mata percaharianmu,
ridha sebagai amanahmu, pemahaman adalah penglihatanmu, rasa harapan
adalah kesabaranmu, rasa takut sebagai pakaianmu, shadaqah sebagai
pelindungmu, dan zakat sebagai bentengmu. Jadikanlah rasa malu sebagai
pemimpinmu, sifat tenang sebagai menterimu, tawakkal sebagai baju
tamengmu, dunia sebagai penjaramu, dan kefakiran sebagai pembaringanmu.
Jadikanlah kebenaran sebagai pemandumu, haji dan jihad sebagai tujuanmu,
Al-Qur`an sebagai juru bicaramu dengan kejelasan, serta jadikanlah
Allah sebagai Penyejukmu. Barangsiapa yang bersifat seperti ini, surga
adalah tempat tinggalnya.”
Kemudian, Asy-Syafi’iy mengangkat pandangannya ke arah langit seraya menghadirkan susunan ta’bir. Lalu beliau bersya’ir,
Kepada-Mu -wahai Ilah segenap makhluk, wahai Pemilik anugerah dan kebaikan-
kuangkat harapanku, walaupun aku ini seorang yang bergelimang dosa
Tatkala hati telah membatu dan sempit segala jalanku
kujadikan harapan pengampunan-Mu sebagai tangga bagiku
Kurasa dosaku teramatlah besar, tetapi tatkala dosa-dosa itu
kubandingkan dengan maaf-Mu -wahai Rabb-ku-, ternyata maaf-Mu lebihlah besar
Terus menerus Engkau Maha Pemaaf dosa, dan terus menerus
Engkau memberi derma dan maaf sebagai nikmat dan pemuliaan
Andaikata bukan karena-Mu, tidak seorang pun ahli ibadah yang tersesat oleh Iblis
bagaimana tidak, sedang dia pernah menyesatkan kesayangan-Mu,Adam
Kalaulah Engkau memaafkan aku, Engkau telah memaafkan
seorang yang congkak, zhalim lagi sewenang-wenang yang masih terus berbuat dosa
Andaikata Engkau menyiksaku, tidaklah aku berputus asa,
walaupun diriku telah engkau masukkan ke dalam Jahannam lantaran dosaku
Dosaku sangatlah besar, dahulu dan sekarang,
namun maaf-Mu -wahai Maha Pemaaf- lebih tinggi dan lebih besar
[Tarikh Ibnu Asakir Juz 51 hal. 430-431]
Sumber: http://dzulqarnain.net
Semua yang kita punyai akan cinta, harta, jabatan, keluarga .. hanya sementara dan tidak kekal. Semoga kehidupan kita lebih bermakna dan bermanfaat.
Rabu, 24 Oktober 2012
Senin, 22 Oktober 2012
7 Wasiat Rasul Kepada Abu Dzar Al-Ghifari
Rasuliullah telah meninggalkan begitu banyak suri
tauladan yang baik yang dapat kita jadikan pedoman hidup agar dapat menjadi
seorang muslim yang kaffah dan seutuhnya. Salah satunya adalah ketujuh pesan
beliau kepada salah seorang sahabat, Abu Dzar Al-Ghifari. Ketujuh wasiat
tersebut adalah:
1.
Mencintai orang miskin
Beliau memerintahkan kita
seluruh umat Islam agar senantiasa untuk mencintai orang miskin. Orang-orang
miskin yang beliau maksudkan adalah orang-orang yang hidupnya tidak
berkecukupan dan tidak mempunyai harta untuk mencukupi kehidupannya, dan mereka
tidak mau meminta-minta untuk mencukupi kebutuhan mereka.
Wasiat ini berlaku umum untuk
seluruh umat Islam. Yang dimaksud dengan mencintai adalah lebih kepada sikap
dan perlakuan kita terhadap orang-orang miskin. Kita dituntut untuk berlaku
tawadhu, duduk bersama mereka, menolong mereka, serta turut bersabar bersama
mereka. Menolong dan berbagi dengan mereka, adalah salah satu bukti paling
nyata dan kongkret dari rasa cinta kita terhadap orang miskin. Berbagi dan
menolong terhadap sesama tentu saja akan mendatangkan Ridha-Nya dan kasih
sayang-Nya, seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW
“Barangsiapa menghilangkan
kesusahan dunia dari seorang mukmin, Allah akan menghilangkan darinya satu
kesusahan di hari Kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan kesulitan orang-orang
yang dililit utang, Allah akan memudahkan atasnya di dunia dan di akhirat.”
Dalam suatu riwayat Ibnu ‘Umar disebutkan pada satu hari bahwa salah seorang
dari kaum Muhajirin yang miskin menceritakan kepada Rasulullah, betapa
beruntungnya mereka yang memiliki kekayaan harta, karena dapat beribadah dan
beramal lebih banyak melalui harta mereka. Mendengar hal itu, Rasulullah pun
bersabda: “Wahai orang-orang yang miskin, aku akan memberikan kabar gembira
kepada kalian, bahwa orang mukmin yang miskin akan lebih dahulu masuk surga
daripada orang mukmin yang kaya, dengan tenggang waktu setengah hari, itu sama
dengan lima ratus tahun. Bukankah Allah berfirman: Sesungguhnya sehari di sisi
Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu”.
Lalu, bagaimana bisa seorang yang miskin akan lebih dahulu masuk surga? Padahal bisa dibilang orang yang memiliki hartalah yang lebih banyak beramal dan bersedekah. Rasulullah pun menjawab, orang-orang yang memiliki harta akan menyusul orang-orang miskin untuk memasuki surga, karena mereka harus melalui proses pertanggungjawaban dan perhitungan dari harta-harta yang mereka miliki dan mereka pakai selama mereka hidup di dunia ini. Maka, sungguh begitu banyak ladang amal yang telah Allah sediakan di muka bumi ini, salah satunya yaitu mengasihi dan menyayangi orang-orang miskin.
Lalu, bagaimana bisa seorang yang miskin akan lebih dahulu masuk surga? Padahal bisa dibilang orang yang memiliki hartalah yang lebih banyak beramal dan bersedekah. Rasulullah pun menjawab, orang-orang yang memiliki harta akan menyusul orang-orang miskin untuk memasuki surga, karena mereka harus melalui proses pertanggungjawaban dan perhitungan dari harta-harta yang mereka miliki dan mereka pakai selama mereka hidup di dunia ini. Maka, sungguh begitu banyak ladang amal yang telah Allah sediakan di muka bumi ini, salah satunya yaitu mengasihi dan menyayangi orang-orang miskin.
2.
Melihat pada orang yang lebih
rendah dalam hal materi dan penghidupan
Jauh dari syukur, itulah sifat
dasar dari manusia, oleh karena itu Rasulullah memerintahkan umat Islam untuk
melihat kepada orang yang lebih rendah dalam hal materi dan penghidupan, agar
kita senantiasa berterimakasih dan bersyukur atas segala sesuatu yang telah
Allah berikan kepada kita. Sebagaimana sabda Rasulullah: “Lihatlah kepada orang
yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena
yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah
diberikan kepadamu” (HR. Bukhari)
Namun, dalam hal beribadah justru sebaliknya, kita dianjurkan untuk melihat kepada mereka yang berada di atas kita, mereka yang ibadah dan akhlaknya lebih baik dari kita. Mengapa demikian? Hal ini akan memotivasi kita dan membuat kita senantiasa untuk berlomba-lomba dalam hal kebaikan dan meraih Ridha-Nya. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW: “Dan untuk yang demikian itu, hendaknya orang berlomba-lomba” (QS. Al-Muthaffifin [83]: 26)
3. Menyambung
silaturahim
Silaturahim adalah ibadah yang
mulia dan memberikan banyak berkah bagi siapa pun yang melakukannya.
Silaturahim merupakan fitrah dan kebutuhan manusia. Silaturahim merupakan salah
satu ibadah yang paling dianjurkan dan diwajibkan dalam Islam. Seperti peringatan
dan ancaman-Nya dalam firman “Maka, apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan
membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka
itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka, dan
dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (QS. Muhammad [47]: 22-23)
Maka, di zaman modern yang semakin memudahkan kita untuk berkomunikasi, rasanya tidak ada lagi alasan untuk tidak menyambung silaturahim kepada sesama saudara. Karena, menyambung tali silaturahim memiliki banyak manfaat, rahmat dan kebaikan dari Allah senantiasa tercurah kepada mereka yang senantiasa menyambung tali silaturahim, silaturahim juga merupakan sebab pentingnya seseorang masuk surga dan dijauhkan dari api neraka. Selain itu, silaturahim juga merupakan tanda ketaatan dan amalan yang mendekatkan seorang hamba kepada Tuhannya, Allah SWT.
4.
Memperbanyak ucapan “La Haula
Walaa Quwwata Illa Billah”
La haula walaa quwwata illa
billah (tidak ada daya dan upaya kecuali dari pertolongan Allah), sebuah
kalimat yang mengingatkan kita bahwa sudah semestinya sebagai hamba yang lemah
kita senantiasa dan meyakini bahwa segala sesuatu yang kita lakukan terjadi
karena kehendak dan kuasa-Nya. Segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini,
baik yang besar maupun kecil, semuanya terjadi karena kehendak-Nya, maka
tidaklah pantas kita sebagai manusia merasa sombong dan takabur. Kalimat ini
juga mengingatkan kita bahwa hanya Allah lah satu-satunya tempat kembali dan
meminta, tiada daya dan kekuatan yang dapat menandingi atau menyamai kekuatan
serta kehendak-Nya.
5. Berani
berkata benar meskipun pahit
Berkata benar, terkadang memang
terasa sulit, terlebih jika kebenaran tersebut adalah kebenaran yang terasa
pahit untuk diucapkan dan disampaikan. Berbagai alasan pun melatarbelakangi hal
ini, mulai dari rasa sungkan, atau rasa segan karena yang sedang kita hadapi
adalah orang yang memiliki derajat atau kedudukan lebih tinggi. Hal ini, tentu
saja bertentangan dengan apa yang Rasulullah sabdakan: “Jihad yang paling utama
ialah mengatakan kalimat yang haq (benar) kepada penguasa yang zhalim”.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk menyampaikan kebenaran kepada atasan,
pemimpin atau penguasa yang bathil. Cara yang dilakukan secara perlahan dan
baik-baik tentu akan lebih “ampuh” dibandingkan dengan cara kekerasan dan
“kengototan” kita dalam menyampaikan kebenaran. Penyampaian secara persuasif
akan jauh lebih efektif, karena Islam memberikan petunjuk tentang bagaimana
cara menyampaikan nasihat. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang
ingin menasihati penguasa, janganlah ia menampakkan dengan terang-terangan.
Hendaklah ia pegang tangannya lalu menyendiri dengannya. Kalau penguasa itu mau
mendengar nasihat itu, maka itu yang terbaik. Dan bila si penguasa itu enggan
(tidak mau menerima), maka sungguh ia telah menjalankan kewajiban amanah yang
dibebankan kepadanya”.
6. Tidak
takut celaan ketika berdakwah di jalan Allah
Berbagai cobaan dan siksaan
yang menimpa Rasulullah ketika berdakwah tentu tidak diragukan lagi
kebenarannya. Cobaan dan siksaan yang begitu perih dan pedih dialami oleh
Rasulullah dan para sahabat-Nya dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam, namun
hal itu tidak sedikit pun membuat mereka gentar dan takut, karena mereka
percaya dengan janji Allah yang begitu manis dan indah.
Dakwah, sedari dulu, memang bukan hal yang mudah dan pasti akan mengalami
banyak hambatan dan cobaan. Hambatan, rintangan, dan perlawanan tentu akan
datang dari mereka yang tidak menyukai melihat Islam berjaya. Hambatan dan
rintangan yang berat ini bukan tidak mungkin akan menyurutkan langkah kita
dalam berdakwah, namun Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk tetap bersikap
berani dan pantang menyerah dalam menyampaikan kebaikan (QS. Al-Ahzaab [33]:
39).
Allah begitu mencintai siapa pun yang mengutarakan kebenaran dari ajaran-Nya, seperti yang Allah sampaikan dalam surat Al-Maidah [5]: 54. Jaminan mendapatkan surga pun telah dijanjikan-Nya bagi siapa pun yang berdakwah di jalan-Nya. Dakwah memanglah tidak mudah, maka dakwah harus dilakukan semata untuk mendapatkan Ridha-Nya agar kita tidak dengan mudah berhenti dan keluar dari barisan dakwah yang begitu mulia ini.
7. Tidak
meminta-minta
Meminta-minta adalah perbuatan
yang sama sekali tidak mencerminkan sikap dan jiwa dari seorang muslim yang
baik. Meminta-minta adalah haram hukumnya dalam Islam, karena Islam mengajarkan
setiap umatnya untuk senantiasa berusaha dan berjuang untuk mendapatkan apa
yang diinginkan. Hidup memanglah tidak mudah dan membutuhkan perjuangan yang
besar untuk dapat tetap bertahan, oleh karena itu Islam mengharamkan hal ini
dan mendidik setiap umatnya agar dapat menjadi manusia yang tangguh dan tidak
bermental “peminta-minta”.
Meminta-minta diperbolehkan
jika untuk keperluan yang berkenaan dengan keperluan dan kepentingan umum umat
Islam, seperti untuk pembangunan sarana peribadatan, pendidikan bantuan untuk
fakir-miskin dan anak-anak yatim. Namun, semua hal tersebut pun harus dilakukan
sesuai dengan prosedural yang berlaku, tidak dapat dilakukan secara sembarangan
dan tanpa aturan.
Mental seorang muslim adalah
mental seorang muslim yang tangguh dan tidak mudah menyerah serta rela berjuang
keras untuk mendapatkan dan mencapai impiannya, bukan dari meminta-minta dan
sekedar berpangku tangan.
Demikian lah ke tujuh wasiat
Rasulullah yang disampaikan kepada Abu Dzar Al-Ghifari, semoga apa yang
disampaikan dapat bermanfaat, agar di hari akhir dan di akhirat kelak, kita
termasuk hamba-Nya yang mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAW.
Amin ya Rabbal Alamin.
Allahualam bisshawab.
Rabu, 09 Mei 2012
Menularkan Optimisme
Yakinlah kesuksesan akan datang
dengan apa yang kila kerjakan bila dilakukan dengan penuh optimisme.Karena
keyakinan akan menambah semangat untuk bekerja lebih gigih dan lebih baik.
Optimis adalah saloh satu syaraf kesuksesan. Jangan harap sukses, bila pekerjaaan yang dijalankan tanpa dibarengi dengan keyakinan. Optimis di sini adalah keyakinan diri dapat melakukan pekerjaan tersebut dengan baik dan keyakinan meraih prestasi. Optimisme ini tidak boleh hanya dipendam dalam hati sendiri saja, apalagi bagi seorang pemimpin.
Pancarkanlah keyakinan dan optimisme Anda kepada rekan team Anda dengan menyampaikannya penuh semangat, antusias dan penuh dengan kasih sayang. Bila keyakinan Anda sudah tersampaikan maka semua orang dapat merasa ada dorongan yang kuat untuk melakukan yang terbaik bersama Anda.
Semoga keyakinan dan optimisme yang Anda tunjukan akin menular kepada mereka yang Anda temui. Jika semua orang memiliki keyakinan dan optimisme yang kuat, Insyaallah akan melahirkan orang-orang sukses baru yang mampu memajukan negeri Indonesia yang tercinta ini.
ANTI GALAU
Galau dan galau. Betapa galau telah menjadi
trending topic. Kenapa kita galau? Galau karena cinta? Galau karena pekerjaan?
Galau karena problematika berumah tangga? Banyak hal bisa bikin kita galau.
Sebenarnya apa sih arti kata galau ? Menurut Kamus Bahasa Indonesia, galau
berarti keadaan pikiran yang tak keruan.
Pikiran tak keruan, tentu hati pun tak tenang.
Hati yang tak tenang, resah, gelisah tentu bukanlah hati yang sehat. Nah,
sebaiknya hati yang galau ini diobati. Bagaimana cara mengobati hati yang
galau? Pakai provider anti galau seperti yang di iklan itu? Hmmm… yakin,
galaunya bisa hilang? Bagaimana kalau kita buka Al-qur’an?
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar…”
( Q.S at Thalaq [65]:2)
“ Sampaikanlah kabar gembira kepada
orang-orang yang sabar…
(Q.S Al Baqarah[2]: 155).
“Dan bersabarlah,
sesungguhnya Allah tidak
menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan. ”
(Q.S Hud[11]:115)
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan,
sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
(Q.S Al Insyirah
[94]: 5-6)
“…Dan barangsiapa yang bertawakal kepada
Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap
sesuatu.”
(Q.S at Thalaq [65]:3)
Takwa, sabar, dan tawakal adalah obat galau.
Yakinlah bahwa kesulitan tak pernah berdiri sendiri, selalu ada solusi, bahkan
mungkin ada banyak solusi! Tak usah galau, tak perlu meratap, karena di balik
setiap kejadian selalu bertabur hikmah.
Kembalikan semua urusankepada Allah. Bukankah
Allah adalah Al Wakil (Yang mengurus hamba-Nya)? Sungguh, Allah tak pernah meninggalkan
kita, tak pernah menutup pintu rizki untuk hamba-hamba-Nya… Bukankah Allah
adalah As Shamad (tempat bergantung segala sesuatu)? Bersandarlah pada Allah,
mohonkan segalanya hanya kepada Allah.
Ridhalah dengan segala kehendak dan
ketetapan-Nya, karena boleh jadi kita tidak menyukai sesuatu padahal itu baik
untuk kita. Yang kita inginkan belum tentu yang terbaik untuk kita. Sungguh
Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya, sedangkan
pengetahuan kita tentang hakikat baik sangatlah terbatas.
Subhanallah… Betapa obat galau
bertaburan dalam Al Qur’an. Tapi sayangnya, Al Qur’an seringkali kita lupakan.
kita lebih memilih internetan daripada membuka Al Qur’an. Ditambah lagi semua
provider sangat gencar berpromosi dengan slogan anti galau, bebas galau,
ditambah gratis social network,dan serba gratis lainnya.Ahh..kita pun semakin
asik internetan, sementara Al Qur’an kian terpinggirkan…
Andaikan Rasulullah masih hidup, dapat
dibayangkan betapa sedih dan pedihnya hati Rasulullah melihat keadaan umat
islam sekarang ini… Umatnya yang jauh dari Al Qur’an, mengabaikan Al Qur’an…
”Dan Rasul berkata,”Ya Tuhanku, sesungguhnya
kaumku telah menjadikan AlQur’an ini diabaikan.”
( Q.S Al Furqan [25]:30)
Adakah kita meluangkan waktu kita untuk Al
Qur’an? Adakah kita menghiasi hari-hari kita dengan Al Qur’an? Adakah kita
mencari solusi drama kehidupan kita dalam Al Qur'an? Karena sungguh, obat
segala penyakit hati ada dalam Al Qur’an.
“Wahai manusia! Sungguh, telah datang
kepadamu pelajaran Al Qur’an dari Tuhanmu, penyembuh penyakit yang ada dalam
dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”(Q.S
Yunus[10]:57)
Wallahu'alam bishshawaab. Cibubur, 8 Mei
2012.
Oleh Silvani
Jumat, 20 April 2012
Cara Sederhana Berwirausaha
Menurut Anda
bagaimana cara yang paling tepat berwirausaha ?
Berikut adalah 3 langkah sederhana untuk berwirausaha:
Langkah
1:
Bersiaplah. Bersiaplah untuk
menjadi bos bagi diri sendiri. Tidak ada lagi yang mengatur jadwal Anda.
Hadapilah dengan sukacita. Kalau pun Anda memulai bisnis karena salah satunya
adalah karena lingkungan kerja Anda yang sebelumnya kurang mendukung (misal:
bos yang tidak koperatif, rekan kerja yang seenaknya sendiri, kemacetan yang
menghabiskan waktu berjam-jam usia Anda dll). Lupakan semua itu karena Anda akan
memasuki dunia baru yang menyenangkan.
Kalau selama ini Anda berangkat kerja sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam,.. hadapilah kenyataan yang menyenangkan bahwa sebentar lagi semuanya akan berubah. Jam 10 pagi Anda bisa duduk-duduk di Mall, meeting sambil makan siang, bisa menjemput anak sekolah, dll.
Kalau Anda memulai berwirausaha dengan keadaan lingkungan kerja sebelumnya yang menyenangkan, misal: bos yang mendukung, teman-teman yang mendukung, keluarga mendukung.. Wow.. apalagi yang Anda butuhkan selain itu semua? Anda sudah mempunyai harta karun. Jagalah baik-baik karena Anda akan lebih membutuhkannya sebentar lagi. Bersiaplah karena Anda akan menghadapi kenyataan yang menyenangkan! Jadi kapan Anda memulai?
Kalau Anda tanya persiapan apa yang perlu dipersiapkan untuk berwirausaha saya sependapat dengan Bob Sadino, Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang dijalankan. Mengapa? Karena sesungguhnya Anda sudah tahu jawabannya bukan? Anda hanya ingin supaya ada ‘rasa aman’ dengan bertanya seperti itu. Selama ini Anda merasa aman dengan pekerjaan yang Anda jalani. Menerima gaji pada tanggal yang tetap, pekerjaan yang harus dilakukan sudah ada, tinggal dikerjakan, kalau pun ada kurang-kurangnya ya itu wajarlah, selama manusia masih bernafas, ia tidak akan merasa puas. jadi kalau Anda bertanya apa yang perlu dipersiapkan, jawaban dari saya adalah…
Tidak.. tidak..tidak.. saudara.. tidak ada hal baku yang perlu dipersiapkan. Tidak ada prosedur bakunya. tidak ada SOP-nya. Anda nanti yang harus membuat sendiri aturannya. Satu hal yang penting, kata DR bakmi H. Wahyu Saidi, MSc., gunakan 1/3 saja anggaran yang ada untuk memulai usaha jika Anda baru pertama kali memulainya. Sisanya gunakan untuk berjaga-jaga. Anda boleh percaya, boleh juga tidak lho..Asal tekad sudah bulat, hati sudah mantab, tancap maaang….
Langkah 2:
Memulai. Mulailah berwirausaha sekarang juga. Kalau belum
bisa 100% mulailah sedikit demi sedikit dahulu. Jangan karena sangat
bersemangat kemudian Anda lupa menghitung resiko yang Anda ambil. Apalagi bila
Anda habis menghadiri seminar. Wah..wah..wah.. Saran saya, jangan memulai
bisnis ketika emosi Anda tidak stabil. Lebih jauh lagi, hindari mengambil
keputusan saat emosi tidak stabil.
O iya, ini bukan dunia sinetron di mana ketika Anda mencapai kesuksesan atau akan memulai hal besar seperti ini akan ada musik pengiring yang mengiringi langkah-langkah yang Anda ambil. Bukan seperti iklan TV yang menceritakan entrepreneur sukses lho.. Tidak ada saudara.. this is real life bro..sis.. Enaknya adalah, kalau suatu saat di tengah perjalanan Anda menemui kesulitan – dan pasti akan Anda temui – tidak akan ada musik sedih yang mengiringi. Jadi maksudnya apa? Ya… semuanya netral-netral saja. Tergantung Anda sendiri mau memainkan musik yang mana di hati Anda. Be realistic.. and Be Brave.. kata Alexander the Great.. Tuhan bersama orang-orang yang berani.
Tanya Om, “kalau saya tidak punya Persiapan bagaimana? tapi saya pingin berwirausaha ?”
Hmmm… good question… kata yang sering dipakai mantan bos saya dulu.
Gini Bos… gitu aja kok repot.. Berarti ente cocoknya sama langkah yang berikutnya.
Langkah 3:
Melangkah saja. Kadang-kadang kita perlu belajar dari
anak-anak kecil. Inget gak dulu waktu kecil. Jatuh, nangis, terus… bangkit
lagi. Berantem, nangis,… baikan lagi. Gak dibeliin mainan, nangis,.. diem lagi.
Wooow
it was a beatiful life, isn’t it? Jadilah anak kecil, jadilah seperti Anda yang
dahulu. Anda yang begitu perkasa saat menjadi anak-anak. Anda yang tidak takut
apa pun (kecuali paling sama gelap, hantu, tikus,.. hmm banyak juga ya
hahaha..).
Melangkah sajalah bung, karena kalau diam, apa yang didapat? Apa yang di harap? seumur-umur perjalanan hidup manusia yang sudah berlangsung ribuan tahun, seingat saya Tuhan belum pernah lho menurunkan hujan emas kayak di film Indiana Jones. Perubahan tidak ada akan pernah terjadi. Tetapi kalau Anda melangkah, walaupun masa depan itu tidak pasti, berita gembiranya adalah segala sesuatunya mungkin terjadi lho! (ini kata Om Mario Teguh) Termasuk sukses besoaaar yang menanti.
[Amin/quickstart]
Artikel www.PengusahaMuslim.com
Langganan:
Postingan (Atom)