Kamis, 14 Juli 2011

Percaya Diri dengan Anak Banyak


Tanggal 7 May 2011, kami pergi berkunjung ke lab tempat suami bekerja di Univ. of Calgary, seperti biasa hampir semua orang yang bertemu dengan kami takjub melihat empat anak mungil-mungil yang menyertai kami. Dan Alhamdulilah, teman-teman suami di lab menyambut kami dengan baik, dan rasanya kami nyaman dengan kondisi ini, Sepulangnya dari lab, saat menunggu bis di halte, seorang perempuan bertanya padaku, “Apakah itu semua anakmu?”, dia melihat tiga anak lelakiku yang berjalan duluan hampir bersamaan denganku. lalu jawabku “ya, benar, semuanya anak saya, anak saya ada empat.” “What? Empat? Betapa merepotkanmu ya?” katanya dengan nada miring… Lalu kuberikan senyum padanya, sambil kukatakan kalau aku bahagia dengan anak empat, dan aku baik-baik saja. Setelah mendengar jawabanku, dia langsung berbicara dengan ungkapan yang asing kudengar, rupanya dia berbicara dengan bahasa prancis. Aku berusaha husnudzon, apapun penilaiannya biarlah, itu adalah haknya, yang penting aku merasa bahagia dengan kondisi ini.

Aku lanjutkan obrolanku dengan bertanya padanya darimana ia berasal. Ternyata ia berasal dari China, lalu aku bilang padanya, “O kamu merasa aneh ya, karena di China hanya boleh mempunyai satu orang anak?” lalu katanya, iya, tapi boleh juga sampai dua anak, hmmm empat anak pastilah sangat repot”. Tak lama bis pun datang.

Dalam bis perjalanan pulangku, aku teringat beberapa kejadian saat masih berada di Jepang maupun Depok. Menurutku masih wajar jika orang Jepang heran melihatku berentot hamil dan punya anak dengan jarak dekat, namun ternyata di Depok juga ada aja yang sering mengungkapkan ke-‘takjuban’-nya, suatu hari saat kubawa anakku empat naik angkot, ada seorang bapak yang bertanya padaku, “Ibu, ini semua anaknya? Waduuuh masih kecil-kecil gitu, gimana ngurusnya bu? Saya mah satu aja repot, belum beli susunya belum beli bajunya, waah repot deh”, saya tersenyum dan kujawab “Insya Allah rejeki selalu datang Pak, jangan kuatir”.Dan pada saat di Jepang, seorang ibu yang kutemui di undokai-nya kakak di Shogakkou, malah merasa tidak yakin kalau aku memang baik-baik saja mengurus empat anak (sendirian, tanpa asisten). Dia menyatakan kalimat negasinya “daijobu janai yo okaasan.”

Semua orang berhak menilai, setiap orang memang berbeda dalam menanggapi masalah anak ini. Memang tak semua orang yang berpandangan negatif melihat banyak anak, banyak juga yang menyemangati dengan kalimat-kalimat positif, misalnya “Gambatte kudasai, genki okaasan”. Atau jika aku bertemu dengan ibu-ibu yang berasal dari Mesir atau Pakistan, mereka selalu mensupportku dengan doa. “Barokallahu, sister”.

Di Indonesia, aku pernah melihat iklan layanan masyarakat yang gambarnya menunjukkan perbedaan antara keluarga beranak dua dengan keluarga lebih dari dua anak, tenang versus repot, senang versus susah.. Bisa jadi ini memang kenyataan, tapi tak selamanya hal itu benar.

Berbicara tentang repot, jelas berbeda antara satu dengan empat. Tetapi urusan setiap anak baik satu maupun empat atau lebih sebenarnya sama, dari mulai ia lahir sampai ia dewasa itu hamper sama khan? Menangis, menyusui, ngompol, ganti popok, ngepel bekas najisnya anak, urusan makanannya, memenuhi kebutuhan sandangnya, dan hal-hal lain, adalah kebutuhan yang sama melekat pada setiap anak. Hal itulah yang bagi sebagian orang, memiliki anak satu, dua, tiga ataupun lebih itu sama saja, ya, yaaa sama repotnya. Makanya ada yang bilang, biarlah sekalian repot. Dan bagi sebagian ibu, masa-masa ini adalah masa yang dikhususkan sepenuhnya untuk mengurusi anak-anak. Jadi repot atau tidak akan sangat tergantung pada keikhlasan kita mengurusi amanah Allah ini.

Menurut pengalaman dan pandangan sederhanaku, minimal ada tiga sisi keuntungan jika anak-anak dibesarkan secara bersamaan,

1. Sisi materi

Aku memiliki tiga anak yang terlahir secara “tunji” (setahun hiji-satu), aku merasa terbantu dengan jarak ini, keperluan adik bayi yang baru lahir disupport dari barang-barang milik sang kakak, walaupun tidak semuanya tapi paling tidak ada beberapa barang yang tidak perlu lagi dibeli, jadi hemat financial khan.

Memiliki anak-anak yang masih kecil, memang selalu mendatangkan simpati bagi mereka yang memiliki sifat penyayang dan pengasih, sering tanpa diduga ada saja yang memberikan hadiah mainan, hadiah buku dan atau makanan dari orang yang sebelumnya kenal bahkan dari mereka yang baru ketemu saat itu, sewaktu di Jepang, saya dan anak-anak pernah lewat di suatu rumah ojisan, dan ojisan itu menyetop kami, lalu ia berikan 2 buah buku sinkansen yang berbunyi pada anak laki-lakiku, di bazaar juga pernah, seorang obaasan tertarik pada putri saya yang saat itu memakai jilbab, obaasan itu menawarkan putrid saya untuk memilih barang di bazaar itu. Alhamdulilah, mungkin ini rahasia Allah yang mengatakan bahwa setiap anak membawa rejeki, dan kita memiliki rejekinya masing-masing. Syukurku pada Allah, karena anak yang banyak dapat memberi kesempatan pada orang lain untuk tulus membantu dan berderma. Kuyakin, mereka berbuat seperti itu karena Allah menunjuki hati mereka untuk menyayangi anak-anak.

2. Ilmu dan pengalaman mengurusi bayi

Bagi sebagian ibu yang memiliki anak dengan jarak lahir yang jauh, kadang ada ungkapan “sudah lupa, bagaimana dulu rasanya melahirkan dan cara memandikan bayi”, inilah untungnya bagi ibu yang melahirkan dengan jarak dekat, ingatan bagaimana mengurus bayi tentu saja masih nempel kuat.

3. Sudut Pandang Anak

Tidak bisa dipungkiri, fenomena cemburu sang kakak pada adik bayi yang baru lahir pastilah ada, dengan kadar sedikit atau banyak, hal ini wajar saja, karena perhatian memang menjadi terbagi. Tapi ini tidak akan jadi masalah, jika orangtua pandai memainkan perannya dan memberikan hak seadil-adilnya pada setiap anak. Orangtua pandai mengelola rasa cemburu sang kakak pada adik maupun cemburu adik pada kakak, agar diantara mereka tidak ada yang merasa diasingkan dan tidak ada anak yang frustasi. Jika anak tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih sayang, maka insya Allah mereka akan senang hidup bersama, jika diantara mereka ada yang tidak ikut berkumpul, maka pasti ditanyakan kemana dan dirindu.

Pengalamanku bisa membuktikan bahwa dengan empat anak, anak-anak merasa senang bermain bersama baik di dalam maupun di luar rumah, saling membantu, tertawa bercanda bersama, saling menyayangi, saling berbagi dan cerdas mencari solusi bila diantara mereka ada yang berselisih dan berebutan.

Jadi, jangan kuatir jika Allah menakdirkan kita beranak lebih dari satu.Selamat jadi orangtua dengan anak banyak.

Oleh Ike Binti Bashri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar