Rabu, 03 Juni 2009

Dunia Dalam Pandangan Seorang Hamba


Hamba itu melihat sahabatnya di masjid sedang tekun berdoa setelah sholat berjamaah usai dilakukan. Terlihat wajah sahabatnya itu begitu khusyuk dalam munajatnya kepada Allah SWT. Ia menunggu untuk beberapa saat sampai sahabatnya itu selesai. Telah menjadi kebiasaan mereka untuk selalu mengucapkan salam dan saling menyapa. Dalam penantiannya itu, seseorang yang dikenal mendekati hamba tersebut dan mengucapkan salam lalu berkata, “Bagaimana ia mau kaya kalau kerjanya hanya di masjid dan berdoa saja dengan sedikit usaha? Kita yang mati-matian mencari rezeki belum tentu bisa kaya, apatah lagi seorang yang hanya menggantungkan dirinya dengan doa dan usaha yang ala kadarnya.” Hamba itu hanya diam dan tersenyum tanpa sedikitpun ingin mengomentari pernyataan itu. Dipandanginya lagi sahabatnya itu yang belum juga selesai bermunajat.

Ia selalu ingat bahwa sahabatnya itu sangatlah menjaga hubungannya dengan Allah SWT. Disaat begitu banyak orang yang menggantungkan hidupnya terhadap dunia ini dan terkadang sampai lupa waktu seolah–olah menjadikan harta benda sebagai sembahan mereka, sahabatnya itu memilih sebuah kehidupan yang kecil. Sebuah kehidupan yang jauh dari hiruk pikuk dunia ini. Jauh dari segala gemerlapnya. Bukannya tanpa usaha, ia selalu berjuang dengan niat dan ikhtiar untuk mencari keridhaan Allah SWT. Suatu niat yang ikhlas dan ikhtiar yang jujur telah mendatangkan ridha Allah kepadanya sehingga ia selalu dapat mencukupi segala kebutuhan hidup istri dan anak-anaknya. Berbeda dengan kita yang bisa jadi salah dalam berniat dan ikhtiar. Niat kita selalu ingin menjadi kaya dan ikhtiar kita selalu ingin dengan usaha yang sekecil-kecilnya mendapat sesuatu manfaat yang sebesar-besarnya. Pantaslah kita jauh dari ridha Allah SWT. Rezeki yang kita dapatkan walaupun banyak diraih, tapi tidak memiliki berkah sama sekali. Semakin banyak yang didapat semakin kekurangan kita merasa. Seperti seorang musafir yang meminum air garam yang semakin diminum semakin haus kita merasa.

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (nicaya mereka pasti menyesal).” (QS Al Baqarah [2]:165)

“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendakinya tanpa batas.” (QS Al Baqarah [2]:212)

Hamba itu kembali mengingat sebuah hadish dari Rasulullah yang begitu indah tentang kehidupan seorang hamba yang selalu menggantungkan segala harapannya dan bekerja demi mencari keridhaan Allah semata. Rasulullah bersabda, “Jika engkau menggantungkan hidupmu pada dunia, maka Allah SWT akan menyerahkan urusan mu pada dunia ini, jika engkau menggantungkan hidupmu kepada Allah semata, Allah akan jadikan dunia mendatangimu dengan sukarela.” (HR Ahmad)

http://edakwahkita.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar