Oleh Usup Supriyadi
Sebagai manusia kita memang memiliki karakter dasar curious atau fudhul alias penasaran. Dan tidaklah jarang banyak manusia yang sangat tinggi rasa curiousnya mereka ingin menjadi manusia yang weruh saduruning winarah atau tahu sebelum kejadian. Makannya banyak dari mereka yang langsung datang kepada ahli nujum astrologi, dukun, dan sejenisnya. Mereka ingin mengetahui nasibnya di dunia ini seperti apa, misalnya tentang masalah harta, tahta, dan wanita (bagi wanita diganti pria). Astaghfirullah
Sebagai seorang yang beriman, kita harus melihat teladan hidup kita yakni Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, beliau shallallahu alaihi wa sallam yang mana sebagai Rasul Allah sama sekali tidak mampu mengetahui sesuatu sebelum kejadiannya kecuali kalau Allah Ta’ala memberitahukan kepadanya. Marilah kita simak kalamullah berikut ini;
Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfa’atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman” [7:188]
Itulah apa yang akan dikatakan oleh Rasul Allah, Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam jikalau ditanyai soal hal-hal yang belum terjadi. Tapi, kenapa orang-orang “pintar” itu jika dimintai tolong melihat masa depan mereka yang datang kepadanya malah dengan senang hati membantu dan seolah-olah memang tahu itu bakal terjadi. Ketahuilah Allah mengingatkan manusia melalui firman-firmannya, Rasul yang manusia pilihan-Nya pun tidak mampu untuk mengetahui hal-hal yang ghaib, apalagi manusia umum lainnya seperti kita.
Saya ingat sebuah sinema disalah satu Tv swasta judulnya kalau tidak salah Di Bawah Langit, dalam sebuah adegannya diceritakan bahwa beberapa nelayan akan melaut tapi mereka ingin meminta petunjuk dulu kepada seseorang (seingat saya yang jadi pemeran seseorang itu, maaf saya tidak hafal nama tokoh-tokohnya, yakni Opick), nah, saat melewati rumah seorang guru agama, kebetulan sang guru agama sedang membenarkan motornya dipekarangan rumahnya, lantas melihat beberapa nelayan hendak ke tempat seseorang tersebut, sang guru langsung menghadangnya, dan berikut ini kurang lebih dialog yang terjadi;
Sang Guru : “Maaf, kalian mau kemana?“
Para Nelayan : “Mau melaut, tapi kami mau ke seseorang dulu untuk minta petunjuk agar hasil melaut kita kali ini melimpah…“
Sang Guru : “Kalian orang beriman bukan! kalian orang beriman bukan! kalian orang beriman bukan!!! Meminta petunjuk itu sama Allah…berdo’a sama Allah…kalian itu sudah melakukan kesyirikan karena percaya dengan seseorang itu! Sekarang pulang!“
Itulah kurang lebih yang saya ingat, tahu tidak? saat itu berlangsung saya sangat tertegun…betapa itulah yang saya harapkan ada pada para da’i, ulama, dan sejenisnya untuk lantang menentang segala bentuk kesyirikan kepada Allah Ta’ala.
Sahabat, bagi saya, hidup ini untuk kita nikmati segala prosesnya dan perjalanannya, dan mengetahui yang seharusnya kita ketahui dan kita alami nanti itu bagi saya sangatlah tidak menarik… bagi saya, orang-orang yang seperti itu adalah orang-orang bodoh, dan tidaklah jauh berbeda dengan orang-orang yang tidak percaya akan adanya eksistensi Tuhan dalam segala aspek kehidupan ini…. tapi…Oleh Allah, manusia diberikan “kewenangan” menjalani hidupnya sesuai dengan pilihan jalan yang dimilikinya. Ada jalan keimanan, dan ada jalan kekufuran. Kedua jalan itu terbentang dihadapan setiap manusia. Allah telah menganugerahkan akal serta menurunkan pedoman hidup, Al-Qur’an. Di sini, saya hanya mengingatkan pada diri pribadi dan sahabat sekalian saja….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar