Kamis, 30 Juni 2011

Belajar Dari Tujuh Jenis Manusia


Krisis kepimpinan terjadi di mana-mana, di berbagai lembaga negara atau di berbagai organisasi biasa, baik di tingkat local, regional maupun Internasional. Dan type kepimpin yang asli baru terlihat bila situasi sangat genting.

Manusia baru kelihatan watak aslinya bila situasi yang genting, situasi yang tak terduga atau berbahaya, nah saat itulah akan terlihat siapa pemimpin sejati dan siapa yang palsu, siapa kawan sebenarnya dan siapa yang musuh dalam selimut. Mari kita lihat satu demi satu type atau jenis manusia bila dilihat dari kesalahan dan rasa tanggung jawabnya, kita dapat belajar darinya.

Pertama, pemimpin sejati.

Ini adalah manusia langkah , manusia jenis ini adalah manusia yang tidak salah dan tidak boleh salah, tapi tanggung jawabnya sangat besar. Jenis manusia seperti ini atau pemimpin sejati jangankan kesalahan yang besar, kesalahan yang kecilpun berusahan dihindari, dan hebatnya walaupun tidak melakukan kesalahan kecil, apa lagi kesalahan besar, namun bila bawahannya melakukan kesalahan, dia berani bertanggung jawab. Dengan tegas dia akan bilang:”Itu tangggung jawab saya”.

Sehingga bawahanyapun merasa terlindungi, merasa aman, nyaman dan tentram, Pemimpin yang sejati memang langkah, namun bukan berarti tidak ada. Pemimpin sejati biasanya mengabadi menjadi tokoh dunia di jamannya, bahkan bisa melintasi segala jaman. Dan hebatnya pemimpin jenis ini bukan dilimpahi oleh kekayaan atau harta benda yang melimpah, justru sebaliknya, bila dilihat dalam segi harta justru amat sederhana.

Nah karena kesederhanaannya dan rasa tanggung jawabnya yang besar, biasanya tokoh ini menjadi seperti payung yang melindungi bawahan atau rakyatnya.

Jenis pemimpin sejati bukan hanya mengejar prestasi ke atas, namun juga ke samping atau ke bawah. Pemimpin yang sejati akan didekati bawahannya, bukan dijauhi bawahan. Kok bisa?

Iya, karena pemimpin sejati bukan mencari-mencari kesalahan, tapi memperbaiki kesalahan. Bukan mencaci maki bawahan, tapi menunjukkan jalan. Bukan membodoh-bodohi bawahan, tapi mencerdaskan bawahan. Bukan membuat malu, tapi membuat bangga. Bukan mengintimidasi, tapi menasehati. Bukan menindas, tapi mengayomi dan seterusnya.

Wah susah mencari pemimpin seperti ini, tapi bukan tak ada. Dan jangan lupa, pajabat banyak, tapi sedikit sekali yang menjadi pemimpin sejati, apa lagi menjadi negarawan sejati, jauuuh!

Kedua, manusia pemberani.

Jenis yang kedua apa bila melakukan kesalahan, dia berani bertanggung jawab. Bukan malah kabur atau lari dari tanggung jawab, bahkan sampai ngumpet atau kabur dari negara tempat tinggalnya, agar kesalahannya dilupakan orang, setelah orang lupa baru kembali ke negara asalnya.

Nah manusia jantan atau pemberani adalah manusia yang penuh tanggaung jawab dan berani mempertanggungjawabkan kesalahan yang diperbuatnya. Dengan sebuah keyakinan yang wajar, bahwa manusia memang tak akan luput dari kesalahan dan dosa-dosa.

Jadi bila melakukan kesalahan dia mengakuinya dan menyatakan bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuat dan segera minta maaf, dengan demikian jenis manusia pemberani atau manusia jantan ini tidak dihinggapi rasa dendam dan ketakutan, karena dengan ikhlas dia nyatakan kesalahannya dan tidak lari dari tanggung jawab terhadap kesalahannya.

Manusia jenis ini yakin bahwa sebaik-baik manusia adalah yang ketika melakukan kesalahan atau dosa segera minta maaf dan bertobat, serta tidak melakukan perbuatan kesalahan atau dosa itu lagi. Manusia pemberani jenis ini punya prinsif”lebih baik berbuat, lalu salah, ketimbang tidak pernah salah, karena tak perbuat apa-apa!”

Ketiga, ilmuwan.

Manusia jenis ketiga ini biasanya dimiliki oleh para ilmuwan, peniliti atau penemu. Manusia jenis ilmuwan malah “akrab” dengan kesalahan dan tidak malu-malu mengatakan bahwa itu memang salah! Nah karena manusia jenis ini adalah seperti balita yang belajar jalan.

Coba saja anda perhatikan ketika balita belajar jelan, jalan dan jatuh bergantian dan tak ada istilah putus asa, akhirnya sang balita bisa jalan. Begitu juga jenis manusia ketiga ini, dia akan mencoba sesuatu, tapi hasil hasilnya salah, dia akan mencoba lagi, bila hasilnya salah lagi, dia akan mencoba lagi, sampai hasil percobaannya berhasil seperti yang diinginkan.

Manusia jenis ketiga adalah manusia yang penuh optimisme, kesalahannya adalah tanggung jawabnya dan dia akan segera memperbaiki kesalahannya itu, manusia jenis ketiga tak akan melemparkan kesalahannya pada orang lain, apa lagi sampai mencari”kambing hitam” atas kesalahan yang diperbuatanya,” tak ada kamusnya” dia berbuat demikian.

Manusia jenis ilmuwan yang akrab dengan kesalahan, bahkan dengan kesalahan yang telah diperbuat bukan dicampakan, tapi diperbaiki. Kesalahan demi kesalahan dalam penelitian atau uji coba menjadi bagian hidupnya sehari-hari, seribu kesalahan yang telah dicoba akan diperbaiki dengan seribu langkah selanjutnya.

Manusia jenis ini pantang menyerah, pantang mundur, pantang “patah arang”, pantang putus asa dan lain-lain, dia akan terus berusaha memperbaiki kesalahan tersebut dengan rasa tanggung jawabnya yang besar di bidang apapun.

Keempat, manusia biasa.

Manusia jenis ke empat ini adalah jenis yang terbanyak, memang di mana-mana manusia itu secara rata-rata ya jenis ini, jenis dimana ketika dia tidak melakukan kesalahan dia tak akan bertanggung jawab.

Logis kelihatanya, iya dong , masa tidak melakukan kesalahan harus bertanggung jawab? Maka kata-kata yang keluar bila ada kesalahan ditempatnya atau dilingkungannya”itu bukan kesalahan saya, maka buat apa saya bertanggung jawab, enak aja!” Dan dia akan melawan orang yang mengatakan dia ikut bersalah.

Manusia jenis yang keempat paling banyak, dan itu normal adanya, tidak melakukan kesalahan dan tidak ikut bertanggung jawab. Nah tipe ini memang bukan untuk pemimpin, apa lagi dijadikan pemimpin yang sejati, akan jauh panggang dari api.

Manusia jenis yang keempat adalah jenis manusia kebanyakan, prinsif hidupnya sejenis SDM(selamatkan diri masing-masing), yang penting dirinya tak melakukan kesalahan, dengan demikian bebas tanggung jawab bila ada kesalahan, maka selamatlah dia.

Kelima, pengecut.

Jenis manusia yang kelima ini banyak dihinggapi oleh para koruptor atau orang-orang yang melakukan perbuatan licik demi kepentingan pribadi, golongan, partai atau organisasinya.

Setelah mengeruk keuangan negara atau uang rakyat yang diambilnya dengan jalan KKN, ini jelas-jelas salah dan tak mau bertanggung jawab terhadap kesalahan yang diperbuatnya. Bahkan lari ke luar negeri dan sembunyi di negara lain, sembunyi setelah melakukan kesalahan, pengecut!

Jenis manusia yang satu ini ternyata lebih banyak dimiliki oleh -orang yang merasa dirinya terhormat dengan berjas dan berdasi, tapi korupsi! Aha ternyata yang jenis ini bukan hanya milik laki-laki, tapi juga perempuan.

Setelah korupsi kabur ke luar negeri, takut kembali ke dalam negeri! Dasar pengecut! Ya, manusia jenis ini walaupun punya jabatan, pangkat, titel yang tinggi tapi telah melakukan kesalahan dengan melakukan korupsi atau yang sejenis, dia akan lari ketakutan atau kabur ke luar negeri atau ke tempat mana saja, agar tidak dapat diketahui persembunyiannya oleh para penegak hukum.

Manusia jenis kelima ini sedang marak di negeri kita, manusia-manusia pengecut! Manusia yang telah membobol uang negara dan tak kembali lagi ke Indonesia, seperti Edi Tansil dan manusia yang sejenis atau para pengemplang BLBI yang sampai sekarang tak muncul”batang hidungnya” sedikitpun.

Manusia pengecut ini seperti ditelan bumi, entah ada dimana mereka berada, penegak hukum tak ada yang tahu atau “kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu” Manusia jenis kelima ini menjalar ke mana-mana, manusia jenis ini paling mudah lari dari tanggung jawab terhadap kesalahan yang diperbuatnya.

Benar-benar pengecut, lain sekali dengan penampilannya yang berjas dan berdasi dengan mobil mewah dan rumah yang megah, tapi ketika KPK atau penegak hukum “mengendus” kesalahannya, dia akan segera kabur ke luar negeri dengan alasan macam-macam, yang paling sering dijadikan alasan adalah sakit!

Heranya penegak hukumpun “percaya” begitu saja kalau yang sakitnya para koruptor, tapi kalau yang dituduh teroris, belum ditemukan kesalahannyapun, jangankan untuk berobat, lagi berobatpun ditarik paksa, dijemput paksa di rumah sakit!

Keenam, munafik.

Nah jenis manusia yang keenam ini lebih berbahaya dari yang kelima, kalau yang kelima bila melakukan kesalahan segera lari dan tak bertanggung jawab, karena sipat pengecutnya, kalau yang keenam sudah melakukan kesalahan, lari dari tanggung jawab lalu menyalahkan orang lain yang salah!

Orang yang munafik sebagaimana tiga sipatnya yang melekat yaitu” bila berjanji tidak menepati, bila berkata selalu dusta dan bila dipercaya dia khianat” Maka manusia jenis keenam ini bila melakukan kesalahan keluarlah sipat aslinya, bila berkata selalu berdusta! Dengan enteng berkata” saya tidak bersalah, yang salah si itu atau si ini” Tangannya segera dengan cekatan menunjuk kesalahan yang dilakukannya dilimpahkan kepada orang lain!

Manusia jenis keenam ini bahaya, karena dengan sipat munafiknya dia akan bersumpah palsu di dalam sidang pengadilan kalau dia menjadi saksi! Dia akan berani bersumpah dengan apapun, dengan kitab sucipun baginya tak masalah, yang penting dirinya bebas dari tanggung jawab yang seharusnya dia pikul dari kesalahan yang diperbuat. Manusia munafik ini sangat manis bersilat lidah, pandai sekali memutarbalikan fakta dan sangat licik dalam bertingkah laku. Manusia munafik adalah “musuh dalam selimut”, kelihatan kawan ternyata lawan!

Ketujuh, manusia srigala.

Ini jenis manusia yang paling berbahaya dalam bidang apapun, karena manusia jenis srigala ini bila melakukan kesalahan, selain tidak bertanggung jawab dan melimpahkan kesalahan pada orang lain lalu manusia jenis ini masih mengambil keuntungan dari kesalahan yang diperbuatnya.

Nah anda bisa bayangkan, sudah salah, lari dari tanggung jawab, melimpahkan kesalahan pada orang lain lalu mengambil keuntungan dari kesalahan tersebut untuk dirinya dan orang-orang yang berada di sekitarnya, maka terbentuklah kejahatan kolektif, kajahatan massal, kejahatan bersama, yang pada akhirnya saling menutupi, agar kejahatan yang mereka lakukan bersama tidak terbongkar!

Bahkan mereka tetap berjas dan berdasi serta duduk di lembaga-lembaga terhormat dengan fasilitas negara dari uang rakyat yang dimakannya! Tak ada yang tahu, tak ada yang bisa mengendusnya, karena sudah merupakan suatu system, yang kelihatannya benar, padahal salah! Persis para mafia di film-film hollywood!

Coba anda perhatikan mafia di film-fim tersebut, mereka seperti orang yang “bersih” hidup seperti orang terhormat, duduk dilembaga terhormat, ke mana-mana ingin dihormati dan difasilitasi, namun dibalik itu semua ada “srigala’ dalam diri mereka!

Negara bila dipenuhi oleh jenis manusia ketujuh ini, siap-siap menuju kehancuran, baik secara cepat maupun lambat, negara yang dipenuhi manusia srigala seperti rumah yang tiang-tiangnya keropos dimakan rayap!

Manusia srigala adalah manusia yang digambarkan oleh orang bijak sebagai pemangsa bagi sesamanya. Rakyat tambah miskin atau negara menjadi bangkrut karena KKN yang dilakukannya, bagi manusia srigala tak peduli! Manusia srigala akan mencabik-cabik sesamanya untuk kepuasan hawa nafsunya sendiri, hawa nafsunya telah menjadi Tuhan bagi dirinnya!

Dan dia berubah menjadi singa yang sangat buas yang kemudian menjadi raja di hutan rimba dan hukum yang berlaku ya hukum rimba, siapa kuat dia yang menang, tak ada keadilan, yang ada kekuasaan, “aku yang berkuasa, kau mau apa?” Bagitu kata singa si raja hutan!


Oleh Syaripudin Zuhri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar