Selasa, 11 Agustus 2009

Memupuk Kepedulian dan Meringankan Beban Sesama



Rasulullah saw bersabda, “Sesama muslim itu bersaudara karena itu janganlah menganiaya dan jangan mendiamkannya. Barangsiapa yang memperhatikan kepentingan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kepentingannya. Barangsiapa yang melapangkan satu kesulitan sesama muslim, pasti Allah akan melapangkan satu kesulitan dari beberapa kesulitannya di hari kiamat kelak. Barangsiapa menutupi kejelekan seorang muslim Allah akan menutupi keburukannya di hari kiamat.” (HR Mutafaqun Alaihi)

Suatu ketika di ramadhan tahun yang lalu, hamba itu berbuka puasa di sebuah masjid yang megah dan ramai dikunjungi para musafir. Pengurus takmir menyediakan buka puasa kepada siapa saja yang berkunjung. Seperti masjid-masjid lainnya, mereka sangat mengharapkan sumbangan buka puasa dari rumah-rumah disekelilingnya. Masjid itu dikelilingi oleh 2 real estate besar dan beberapa tempat usaha yang mapan.

Sore itu pengurus takmir menyediakan minuman aqua gelas dan teh manis serta kopi. Para musafir yang kala itu berjumlah sekitar 30 an orang mengantri rapi untuk memperoleh minuman dan makanan tersebut. Ketika giliran hamba itu sampai, alangkah terkejutnya ia mendapati makanan hari itu hanya sejumput pisang rebus dan pisang molen. Tidak ada kurma, tidak ada kue atau bubur. “Alhamdulillah, masih bisa menikmati buka puasa hari ini.” Begitu hamba itu berkata. Dari pembicaraan dengan para pengurus takmir didapat informasi bahwa masjid itu hanya membuat anggaran seadanya untuk membeli gula, teh dan kopi. Sedangkan anggaran untuk makanan tidak ada. Mereka sangat mengharapkan sumbangan. Jika tidak ada sumbangan, maka dengan anggaran yang masih tersisa mereka membeli pisang rebus dan pisang molen seperti yang mereka hidangkan sore itu. Sangat menyedihkan memang.

Di sore lainnya masih dibulan ramadhan tahun lalu, hamba itu mendapat undangan untuk berbuka puasa di salah satu Mall terbesar di Jakarta Selatan oleh seorang teman lamanya. Hamba itu setuju untuk menghadirinya karena disetiap lantai Mall tersebut ada musholla yang tersedia. Waktu ketika itu masih menunjukkan pukul 17.30 sore hari. Masih ada sekitar 30 menit lagi menuju waktu berbuka, tetapi setiap sudut café dan restaurant di Mall tersebut telah penuh oleh para shauman (istilah hamba itu bagi orang yang berpuasa). Para Shauman tersebut sudah memesan aneka makanan dan minuman penggugah selera. Tak tanggung-tanggung, seperti teman yang berada di depannya memesan 2 porsi dari makanan yang berbeda, lengkap dengan minuman penghilang dahaga yang berwarna warni. Hamba itu berkata kepada temannya, “Nanti aja setelah sholat maghrib baru saya pesan makanannya.” Temannya berkata, “Kalo pesan nanti pasti sudah habis!” Tapi hamba itu tetap pada pendiriannya.

Mendekati untuk berbuka, suasana dalam setiap restaurant atau café di Mall tersebut makin riuh dan ketika setiap monitor tv menayangkan gambar seorang laki-laki berlebai mengumandangkan adzan, suasana riuh makin menjadi-jadi. Semua tertawa dan gembira. Hamba itu mengeluarkan kurma yang telah dikantonginya sejak berangkat dari rumah sore tadi. Bersama dengan sebotol air mineral yang dipesannya dan 3 butir kurma Nabi oleh-oleh orang tuanya yang mengerjakan umroh di awal ramadhan itulah ia berbuka. Ia ingat sunnah Rasulullah saw yang mulia, “Berbuka dengan 3 kurma yang basah atau kering dan 3 teguk air kemudian Rasulullah saw shalat maghrib.” (HR Abu Daud). Ketika hamba itu telah selesai, ia mengajak temannya itu sholat maghrib di musholla Mall tersebut. Si teman yang masih sibuk dengan makanan dan minumannya tadi berkata, “Nanti dulu lah. Musholla juga masih kosong. Lagipula sholat maghrib kan bisa di jamak.” Wajah hamba itu memerah dan dalam hatinya ia beristighfar. Ia berkata, “Tidaklah demikian yang diajarkan Nabi. Menyegerakan berbuka adalah sunnah tapi tidak berlebihan seperti ini. Dan menyegerakan sholat maghrib adalah sunnah diatas sunnah!” Tanpa ingin berbantahan, hamba itu pergi untuk sholat maghrib. Dalam perjalanannya ke musholla itu, ia melihat bagaimana suasana di Mall itu masih riuh. Kebanyakan mereka masih tertawa dan bercanda sambil menikmati makanan berbuka yang ada di depan mereka.

Ketika sampai di musholla Mall tersebut, waktu maghrib baru berlalu sekitar 7 menit. Hanya ada tiga orang disana, seorang petugas cleaning service yang sederhana dan seorang satpam yang memiliki wajah yang penuh kedamaian selain dari petugas penjaga penitipan sepatu. Terlihat masing-masing mereka hanya menikmati sebotol air mineral dan kurma murah yang sederhana. Hamba itu mengucapkan salam dan ketika ia masih mengambil wudhu, petugas cleaning service tadi sudah melantunkan iqamahnya. Mereka mempersilahkan hamba itu untuk menjadi imam sore itu.

Ketika shalat maghrib selesai didirikan, suasana terlihat masih lowong. Hanya 2 orang yang datang belakangan yang ikut dalam sholat berjamaah tadi. Dari penampilannya mereka bukanlah pengunjung dari Mall tersebut melainkan pekerja. Lama hamba tadi memperhatikan, waktu sudah bergeser 25 menit sejak waktu maghrib, barulah para shauman berbondong-bondong memasuki musholla tersebut.

Apakah seperti ini yang Rasulullah saw contohkan kepada ummatnya?

Dalam bagian khutbah di akhir bulan Sya’ban ketika kewajiban puasa ramadhan baru saja diperintahkan, Rasulullah saw menyampaikan, “Bulan ramadhan adalah bulan penuh tolong menolong. Bulan ditambahkannya rezeki orang mukmin. Barangsiapa yang memberi makan kepada orang yang berpuasa , maka pemberiannya tersebut merupakan ampunan atas segala dosa-dosanya dan pembebasan dirinya dari api neraka, dan ia akan mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang ia beri makan itu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Begitu indahnya apa yang disampaikan Rasulullah saw tersebut. Sadarkah kita bahwa bulan ramadhan yang akan menghampiri kita sebentar lagi ini adalah bulan tolong menolong? Sadarkah kita bahwa dalam bulan ramadhan, kepekaan kita dilatih untuk menyadari begitu banyak orang-orang yang masih membutuhkan disekeliling kita?

Pantaslah dalam sebuah pernyataannya, Rasulullah saw pernah menyampaikan, “Begitu banyak orang yang berpuasa ramadhan, tapi tidak ada yang diperolehnya kecuali hanya lapar dan hausnya saja.” (HR Muslim)

Wallahu ‘Alam Bissawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar