Senin, 14 Juni 2010

Mau Gimana Lagi?


Mau Gimana Lagi?

Oleh Abdul Mutaqin

Apakah kita kenal dengan Al A’war? Banyak di antara kita mungkin telah mengenalnya. Tetapi saya percaya, mengenalnya akan membuat kita semakin tidak ingin dekat kepadanya. Patut juga berhati-hati apabila belum mengenal siapa dia.

Bisa jadi dengan tidak mengenalnya, kita akan menyesal dan terlambat mengantisipasi aksinya di belakang hari. Dan ... braaakk! jatuh ke pelukannya. Na’udzu billlah.

Al A’war adalah setan spesialis zina. Iblis mengangkatnya sebagai komandan yang menggerakkan nafsu agar anak manusia senang kepada zina. Mujahid bin Jabr, murid utama Ibnu Abbas menyebutkan bahwa Iblis memiliki 5 anak, satu di antaranya bernama Al-A’war. Dia memiliki tugas khusus menyeru orang untuk berbuat zina dan menghiasinya agar nampak baik dalam pandangan manusia.

Fasilitas yang tersedia untuk menggiring manusia ke jurang zina sangat melimpah saat ini, mudah, murah dan relatif canggih. Maka Al-A’war girang tidak alang ke palang dengan fasilitas itu. Bahkan nampaknya Al-A’war tidak terlalu bersusah payah lagi untuk membuat manusia senang kepada zina. Why?

Sebab para setan dari golongan manusia sebagai tim sukses untuk mengkampanyekan perbuatan zina telah menyediakan perangkat lunak yang friendly. Situs, video, fashion, VCD/DVD, Ponsel dan berbagai macam perangkat IT memudahkan Al-A’war mengakses dan menyusun strateginya. Apalagi banyak pula relawan yang bersedia memerankan lakon mesum yang dipesan Al-A’war meski tidak dibayar. Mau gimana lagi?

Para prajurit Al-A’war luar biasa allout menyiapkan perangkat zina baik perangkat lunak maupun perangkat kerasnya. Sebagian telah disebutkan di atas, selebihnya adalah perangkat pemikiran yang mengecoh. Zina dibungkus dengan kemasan modernitas yang memikat. Maka kita menjadi tidak heran apabila selingkuh diberi stempel sebagai kebebasan privat.

Telanjang dijuluki sebagi karya seni dan HAM. Pemilihan ratu kecantikan yang hanya mengenakan bikini dalam satu sesi, disematkan dengan penggilan sebagai duta bangsa dan budaya. Pacaran disebut proses penjajakan dan persiapan. Tarian erotis dinyatakan sebagai bentuk kebebasan akspresi bukan sumber birahi dan dibela habis-habisan. Mau gimana lagi?

Itulah strategi setan yang sebenarnya klasik. Strategi ini pernah dipakai bapak moyangnya; Iblis, seperti ketika dia membujuk Adam dengan perkataannya:

“Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?” (terjemah QS. Thaha [20]: 120). Iblis menyebut pohon larangan dengan sebutan ’khuldi’ atau pohon kekelan yang apabila dimakan buahnya menyebabkan pemakannya kekal di surga. Iblis memanipulasi larangan Allah dengan memberi istilah menarik sehingga perbuatan keji seolah menjadi perbuatan yang baik.

Maka luar biasa, strategi ini epektif memperdaya Adam yang menyebabkan dia terusir dari surga. Maka berbagai istilah baru yang memparhalus zina di zaman ini sebenarnya hanyalah metamorfosa dari istilah khuldi rekayasa Iblis di masa silam.

Strategi ini terus digunakan Al-A’war pagi dan petang siang dan malam. Maka banyak orang yang paginya bersih, sorenya telah jadi pezina. Sorenya dia alim, malamnya tak tahan mencicipi hangatnya ”selimut” zina. Kemarin sekedar membuat video klip musik, esoknya ...... Na’udzubillah. Rasululah pernah mengingatkan: “Jika datang pagi hari, Iblis menyebar para tentaranya ke muka bumi lalu berkata, “Siapa di antara kalian yang menyesatkan seorang muslim akan aku kenakan mahkota di kepalanya.” Salah satu tentaranya menghadap dan berkata, “Aku terus menggoda si fulan hingga mau menceraikan istrinya.” Iblis berkata: “Ah, bisa jadi dia akan menikah lagi.” Tentara yang lain menghadap dan berkata: “Aku terus menggoda si fulan hingga ia mau berzina.” Iblis berkata: “Ya, kamu (yang mendapat mahkota)!” (HR Ahmad dan Ibnu Hibban).

Al-A’war tertawa lebar dan semakin lebar. Bagaimana tidak? Gambar porno mudah diakses dan situs porno melimpah ruah. Konon menurut seorang budayawan Indonesia ternama, ada tidak kurang dari 4,200,000 (empat koma dua juta) situs porno dunia, 100,000 (seratus ribu) situs porno Indonesia di internet. Dengan empat kali klik di komputer, anatomi tubuh perempuan dan laki-laki, sekaligus (maaf) cara berfungsinya, dapat diakses gratis, sama mudahnya dilakukan baik dari San Francisco, Timbuktu, Rotterdam, maupun Sidoarjo. Sinetron yang membuka aurat menjadi top rating. Berita perselingkuhan digemari. Dan video mesum mirip-mirip artis seperti tak pernah lelah berproduksi. Mau gimana lagi?

Yang membuat Al A’war semakin terbahak-bahak adalah kelakuan segelintir “intelek” yang berkiblat pada kebebasan. Siapa mereka? Merekalah kaum terpelajar yang telah dicuci otak dan hatinya oleh Al-A’war. Mereka yang menganggap peraturan perundangan yang menerapkan sanksi segala hal yang berbau porno adalah primitif. Sehingga mereka tidak merasa malu apalagi merasa berdosa menyatakan bahwa lesbi dan homo seksual sebagai kebiasaan yang normal. Mereka yang menyatakan bahwa pernikahan sesama jenis adalah indah dan sah. Dan mereka yang dengan bangga menulis surat meminta izin kepada Tuhan untuk menjadi pelacur. Mau gimana lagi?

Nampaknya usaha Al-A’war dan bala tentaranya betul-betul menuai panen raya. Silih berganti generasi kita yang jatuh ke dalam pelukannya. Mereka mengikuti bujuk rayu Al-A’war, mendatangi umpannya, lalu menelan kailnya. La haula walaa quwwata illa billah.

Akan tetapi pantaskah kita berputus asa? Tidak! Sekali-kali tidak!

Mau gimana lagi?, hanyala sekedar ungkapan keprihatinan kita atas masalah ini. Sementara tidak semua generasi sudi menjadi pengikut dan pengagum Al-A’war. Masih tersisa tentara Allah yang akan melawan Al-A’war dan para pengikutnya. Betapapun gigihnya usaha Al-A’war, bagi generasi yang beriman dan konsisten dengan keimanannya, tipu daya setan itu lemah: “… karena sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” (terjemah QS. An-Nisa [4]: 76).

Hai Al A’war, sesungguhnya kamu lemah.

Kami tetap menunggu.

Menunggu datang masa di mana generasi kami benci kepada aurat yang terbuka di jalan-jalan, di pasar-pasar dan di mana tempat ikhtilat terjadi.

Akan datang masa di mana setiap nyanyian adalah seruan jihad.

Akan datang masa di mana kehormatan adalah hijab.

Akan datang masa di mana kesucian adalah pernikahan.

Akan datang masa di mana setiap pertunjukan adalah dakwah.

Kami tetap menunggu dan berupaya.

Hai Al-A’war, mungkin saat ini kamu yang menang sebab sebagian dari media adalah milikmu. Separuh berita adalah penamu. Setengah episode cerita adalah skenariomu. Sebagian aktor nakal adalah aktrisrmu. Dan para penulis jahat berada di belakangmu. Tapi kami tak sudi menjadi budakmu hingga kelak neraka memanggilmu.

Hai Al-A’war, ”Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka*”.

Saudaraku, mari kita buat al-A’war menangis tak berdaya. Sederhana saja. Pelihara kehormatan diri dari kotornya pandangan, dari liarnya khayalan, dari nakalnya obrolan dan rayuan serta dari lacurnya kemaluan. Rusak properti Al-A’war dari kemungkinan yang masih tersimpan pada kita. Buang konten yang membuat Al-A’war seyum penuh kemenangan dari ponsel kita. Hapus dia dari memori notebook kita dan katakan ’Goodbye’ untuk selamanya. Insya Allah, selamatlah kita dan generasi kita.

Allahu a’lam.

Semoga selamat setiap generasi muslim beriman dari tipu dayanya.

Depok, Juni 2010.

abdul_mutaqin@yahoo.com

*terjemah QS. Al-Israa [17] :64.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar